Istri Kontrak CEO Dingin

"Tuan Sky ngapain buka kancing kemeja depan saya?" protes Siska yang masih menutup matanya dengan telapak tangan. Sebenarnya pemandangan yang ada di hadapannya sekarang begitu memanjakan mata kaum hawa, pasalnya dada Sky cukup bidang dengan pahatan yang sempurna. Di dukung dengan wajah yang good looking. Sayang sekali kalau pemandangan seperti itu di sia-siakan. Namun, Siska cukup sadar diri dengan statusnya yang sudah punya suami dan anak.

"Siska!" pekik Sky tersentak kaget, matanya melotot tajam dan reflek mengambil jas untuk menutupi bagian dadanya yang terekspos. Walaupun punya tubuh sempurna tapi Sky tidak ingin memamerkan otot-otot nya yang kata orang-orang bisa menghangatkan rahim kaum hawa.

"Ngapain kamu masih ada disini?" sewot Sky sambil mengancing kemejanya lagi di balik jas.

Siska mengintip dari sela jari nya, dia membuka mata saat melihat dada Sky sudah di tutup oleh jas warna hitam.

Sambil menyingkirkan tangan dari wajah cantiknya, dia menyengir kuda tanpa dosa. Siska tampak santai saja, tidak ada rasa takut sama sekali menghadapi ucapan ketus Sky karena dia sudah kebal dan tahu bagaimana sikap Sky sebenarnya.

"Mmm ... sebenarnya saya sedang butuh bantuan Tuan Sky. Saya harap Tuan Sky bisa membantu," tutur Siska.

"Ck, langsung intinya saja. Kamu tahu sendiri kan saya nggak suka basa-basi," sahut Sky berdecak kesal dengan ucapan Siska yang menurutnya terlalu berbelit-belit.

Mendengar itu, Siska langsung mengangguk paham dengan ucapan bos nya. Sebelum akhirnya dia mengatakan niatnya yang ingin meminjam uang sebesar 500 juta. Jelas membuat Sky kaget dengan apa yang di katakan Siska padanya. Selama beberapa tahun bekerja dengannya, Siska tidak pernah meminjam uang sampai ratusan juta. Paling banyak 50 juta, itu pun baru 2 kali ini Siska meminjam padanya. Sungguh sangat aneh sekali menurut Sky melihat Siska yang mengutarakan keinginannya tersebut. Terlebih baru 2 bulan kemarin Siska melunasi hutang nya yang Siska pinjam untuk biaya renovasi rumah.

Sebelum akhirnya Sky mengajukan banyak pertanyaan, Siska seperti sedang di interogasi. Di tanya akan di pakai untuk apa uang sebanyak itu. Dan saat Siska menjawab untuk di pinjamkan pada sahabatnya, membuat Sky mengerutkan dahi. Tatapannya tampak menelisik penuh dengan kecurigaan.

"Sahabat yang mana? Memangnya kamu nggak takut di tipu?" cecar Sky. Bukannya pelit atau apa, sebenarnya Sky bisa saja langsung mentransfer uang sejumlah 500 pada sekretaris nya. Tapi karena sedikit mencurigakan, Sky memastikan dulu kalau sekretaris nya tidak sedang di tipu orang lain.

Siska menggeleng cepat, mana mungkin dia sedang di tipu, sedangkan Siska sendiri yang menawarkan pinjaman pada Aletta. Lagi pula Siska sudah mengenal Aletta lama dan tahu bagaimana seluk-beluk keluarga sahabatnya itu. Mama Aletta sedang sakit keras dan butuh uang banyak untuk segera di operasi.

"Dia sahabat saya sejak di kampus Tuan, dan orang tuanya sedang sakit keras, 3 hari lagi akan di operasi. Dia juga jadi tulang punggung keluarga, Papanya sudah meninggal, dan sekarang dia harus biayain kuliah adiknya. Sahabat saya kerja di perusahan ini di bagian divisi umum," terang Siska panjang lebar berusaha meyakinkan bos nya sesuai dengan fakta yang ada. Sky tampak diam mencerna segala ucapan Siska dan berusaha mengingat akan sosok wanita yang bernama Aletta. Pasalnya nama tersebut tidak lah asing, tapi Sky tidak tahu persis seperti apa orangnya.

Beberapa detik kemudian tiba-tiba muncul ide gila yang menghinggap di kepalanya. Entah darimana asalnya ide itu, yang jelas saat ini Sky sedang merencanakan sesuatu. Padahal sudah lama Sky jadi jomblo akut setelah di tinggal pergi oleh kekasihnya, dan dia juga jarang bergaul dengan orang-orang yang memberikan pengaruh buruk padanya.

"Kalau benar dia bekerja di perusahaan saya, kenapa kamu yang harus pinjam? Bawa dia ke ruangan saya sekarang juga, biar dia sendiri yang langsung pinjam sama saya!" titah Sky tegas yang tidak ingin di bantah.

🌷🌷🌷

Aletta mendadak keringat dingin saat di beritahu oleh Siska untuk menemui CEO perusahaan. Awalnya Aletta menolak, lebih baik dia pinjam di tempat lain daripada harus pinjam langsung pada CEO di perusahaan nya. Status sosial yang berbanding terbalik membuat Aletta takut jika berurusan dengan Sky.

"Kak, aku pinjam di tempat lain aja deh. Takut kalau berurusan dengan Tuan Sky. Pasti dia akan marah kalau tahu aku mengembalikan uangnya dalam jangka waktu yang lama," tutur Aletta mengeluarkan semua unek-unek nya. Mungkin sudah ke 10 kalinya Aletta menolak untuk menemui Sky, tapi selalu di paksa Siska.

Siska menghela nafas beratnya, menatap lekat Aletta. "Aletta, kamu jangan negatif thinking dulu sama Tuan Sky, dia bos baik kok. Dan kamu harus ingat sama kondisi Mama kamu sekarang."

"Lebih takut mana kalau Mama kamu tidak bisa di operasi karena susah dapat pinjaman?" Siska menaikkan nada bicaranya karena terlalu gemas pada sahabatnya ini. Sudah di bilang kalau Sky tidak semenakutkan apa yang di katakan orang-orang, tapi Aletta tetap saja tidak percaya. Gara-gara bos nya yang terlihat dingin, jarang senyum, irit bicara, dan selalu pasang wajah datar. Hal itu lah yang membuat nyali Aletta menciut untuk bertemu dengan Sky, selaku bos di tempat dia bekerja. Bukan Aletta saja yang seperti itu, semua karyawan yang tidak pernah berinteraksi langsung dengan Sky menganggap pria itu menyeramkan seperti hantu kuyang.

Aletta terdiam mematung mendengar semua ucapan Siska. Benar apa yang di katakan sahabatnya itu, saat ini yang paling penting adalah bagaimana dia mendapatkan uang sejumlah 500 juta untuk biaya operasi Mamanya. Sebelum akhirnya Aletta memantapkan diri untuk pergi ke ruangan Sky, di antar oleh Siska.

Kini Aletta menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruangan CEO. Sontak Aletta memegang dadanya, jantungnya berdegup dengan kencang, keringat dingin mengucur membasahi dahinya. Tiba-tiba rasa takut kembali menyeruak ke permukaan, takut dan overthinking yang menyelimuti dirinya. Sampai akhirnya Siska membuka pintu setelah mengetuknya lebih dulu.

"Aletta, ayo masuk." Siska menarik tangan Aletta membawanya masuk ke dalam ruangan Sky. Ini pertama kalinya buat Aletta menginjakkan kakinya di ruangan CEO tempat dia bekerja. Kesan pertama yang dia lihat adalah tampak ruangan yang sangat begitu luas, mewah dan pastinya wangi. Aroma parfum maskulin menguar di indra penciuman Aletta.

Di balik meja kebesarannya, Sky menoleh ke arah pintu yang sudah di tutup oleh Siska. Manik matanya mengamati sosok wanita muda yang berdiri di samping sekretaris nya. Sky memperhatikan penampilan Aletta dari ujung kepala sampai kaki.

Penampilannya rapi dengan kemeja biru dan rok sepan berwarna putih yang panjang nya di bawah lutut, di padukan dengan sepatu high heels warna hitam. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang tergerai indah membuat Aletta semakin cantik dan anggun. Di banding staf dan karyawan lainnya, cara berpakaian Aletta termasuk golongan yang sopan. Tidak memamerkan paha, apalagi belahan dada. Kemejanya di kancing sampai ke atas, hanya menyisakan satu kancing saja.

Dan yang paling mendominasi adalah wajahnya. Ya wajahnya yang berhasil menarik perhatian sosok Sky pria yang terkenal dingin dan juga arogan. Memang wajah Aletta tidak secantik dan se glowing model atau pun artis-artis, tapi cukup lumayan menurut Sky.

"Tuan Sky, ini Aletta," kata Siska yang sudah berdiri di depan meja Sky. Di belakang Siska tampak Aletta melempar senyum ramah pada Sky dan membungkuk sopan.

"Selamat siang Tuan Sky," sapa Aletta ramah, kembali menampilkan senyum manisnya.

Bukannya membalas sapaan Aletta, Sky malah mengalihkan tatapan elangnya pada Siska.

"Kamu boleh keluar Siska!" usir Sky secara halus.

.

.

.

🌷Bersambung🌷