Kinanti Amelia, remaja pintar yang terpaksa harus pindah sekolah karena mengikuti ayahnya.
Ia masuk ke sekolah terbaik dengan tingkat kenakalan remaja yang cukup tinggi.
Di sekolah barunya ia berusaha menghindari segala macam urusan dengan anak-anak nakal agar bisa lulus dan mendapatkan beasiswa. Namun takdir mempertemukan Kinanti dengan Bad Boy sekolah bernama Kalantara Aksa Yudhstira.
Berbekal rahasia Kinanti, Kalantara memaksa Kinanti untuk membantunya belajar agar tidak dipindahkan keluar negeri oleh orang tuanya.
Akankah Kala berhasil memaksa Kinan untuk membantunya?
Rahasia apa yang digunakan Kala agar Kinan mengikuti keinginanya?
ig: Naya_handa , fb: naya handa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
XII Ipa 2
“Kelas mana?” tanya Roki saat melihat Kinanti keluar dari ruangan pembimbing akademik.
“XII IPA 2.” Sahut Kinanti seraya menujukkan halaman depan map dokumen yang ia dapatkan dari pembimbing akademiknya. Ia tersenyum kecil karena katanya satu kelas dengan Riko.
“Mampus!” dengus Roki sambil menepuk jidatnya.
“Hah, mampus kenapa?” ekspresi Kinanti langsung berubah. Ia penasaran dengan respon Roki.
“Kita sekelas sama Kala.” Ungkap Roki.
“Hah, sekelas?” Kinanti tercengang tidak percaya. Sudah bisa ia bayangkan kesulitan apa yang akan dihadapi Kinanti nantinya.
“Iya, kenapa, kamu gak percaya?” Roki balik bertanya.
“Iya, aku pikir orang seperti Kala, ngambilnya IPS.” Tubuh Kinanti mendadak lemah. Takut lebih dulu untuk masuk ke kelasnya. Ia bersandar lunglai pada dinding lalu duduk berjongkok.
“Gak usah ngerasa aneh, di sini banyak hal yang gak sesuai sama yang kamu pikirkan. Jadi sebaiknya mulai sekarang kamu diam, jangan mencari masalah lagi. Karena ada banyak orang berbahaya lainnya selain Kala.” Ucap Roki memperingatkan.
Kinanti hanya mengangguk lemah. Ia sungguh menyesal sudah berurusan dengan seseorang yang seharusnya ia hindari di sekolah ini.
Melihat Kinanti yang terjongkok lemah, Riko merasa iba. Ia seperti melihat anak kucing yang tersesat di dalam sumur yang gelap. Tidak ada cahaya dan tidak tahu harus pergi kemana. Semuanya buntu.
“Jangan nyerah dulu, itu cuma sisi gelap sekolah ini. Di sekolah ini juga punya banyak sisi terang, misalnya, kurikulum pelajarannya yang berbasis internasional. Pengajarnya yang asyik dan kamu juga bisa dapet banyak tawaran beasiswa di sekolah ini.”
“Sisi terangnya lebih banyak di banding sisi gelapnya, makanya sekolah ini jadi salah satu sekolah terbaik.” Tegas Riko, memberi harapan.
Kinanti hanya mengangguk. Paling tidak, ucapan Riko barusan membuat ia merasa memiliki sedikit harapan.
“Yuk ke kelas.” Riko berjalan lebih dulu di depan Kinanti.
Jujur, ia mengasihi Kinanti karena ia pun pernah berada di posisi Kinanti. Merasa berada di tempat yang asing dan tidak ia inginkan. Bedanya, keluarganya memiliki kekuasaan hingga ia tidak sampai dibuly oleh teman sekolahnya. Hal ini yang membuat ia lebih beruntung dari Kinanti.
Kinanti mengikuti Riko dengan pasrah. Ia berusaha menghibur dirinya sendiri dengan mengingat banyak sisi terang di sekolah ini. Rasanya ia memang perlu berpikir positif agar tidak tersiksa dalam ketakutan yang ia ciptakan sendiri di pikirannya.
"Belum tentu kamu menghadapi hari senin semua seumur hidupmu. Pasti ada hari sabtu dan minggu. Jadi tenanglah Kinan." Hibur Kinanti pada dirinya sendiri.
Dari jendela kelas, Kinanti melihat kalau pelajaran belum dimulai. Para siswa masih asyik dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berbincang, asyik memoles wajah dengan make up dan tidak sedikit yang bercanda satu sama lain.
Ia membiarkan Riko masuk lebih dulu, sementara ia memilih menenangkan diri sebelum berteu dengan orang-orang yang terbuat dari bubuk berlian di banding dirinya yang hanya remahan rengginang.
“Kamu murid baru?” tanya seorang laki-laki yang menyapa Kinanti.
“Oh, iya pak.” Kinanti segera mengangguk sopan pada laki-laki berperawakan tinggi itu.
“Masuklah, kita berkenalan dulu dengan teman-teman barumu.” Laki-laki itu berjalan di depan Kinanti.
Kinanti mengangguk patuh berjalan di belakang.
“Morning anyone.” Rupanya laki-laki ini guru yang mengajar di kelas Kinanti.
“Morning Mr Jack.” Balas para siswa. Mereka sudah langsung rapi duduk di kursi masing-masing.
“Okey class, hari ini sebelum kita memulai pelajaran, saya mau memberitahu kalau kita kedatangan teman baru. Kinanti, masuklah.” Panggil Mr Jack.
Kinanti pun mengangguk sopan. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan kelas dan di sambut oleh tatapan teman-temannya dengan berbagai arti. Beberapa orang terkekeh melihat sosok Kinanti yang berdiri di depan dengan penampilan yang sederhana dan blazer yang sedikit kedodoran, tidak press body seperti gadis lainnya.
“Cupu.” Bisik salah satu gadis yang berbisik pada gadis lainnya.
Sepertinya gadis itu tipe gadis pick me di kelas ini. Ia memperhatikan Kinanti dari atas ke bawah sambil memintal-mintal rambutnya yang ikal dan berwarna kecoklatan. Riasan wajahnya lengkap, memakai eyeshadow tipis, lipstick merah muda hingga bulu mata palsu dan blash on yang merona.
Kinanti hanya tersenyum saat tatapannya bertemu dengan gadis itu. Terlihat sekali tarikan bibirnya yang sinis tersenyum pada Kinanti.
“Okey, silakan perkenalkan diri kamu.” Suara Mr Jack menyadarkan lamunan Kinanti.
Kinanti menggangguk sopan. Ia berusaha tersenyum sebelum memulai kalimatnya.
“Perkenalkan, saya Kinanti Amelia, pindahan dari Bandung. Senang bertemu dengan teman-teman,” Kalimat singkat itu yang diucapkan Kinanti.
“Hahahaha... teman dia bilang. Mana mungkin kita berteman dengan gadis seoerti dia.” Ucap salah satu siswa sambil menyengol temannya.
Kinanti hanya tersenyum kecil, ia tidak mempermasalahkan ucapan itu. Pandangannya menyapa semua pasang mata yang menatapnya dengan berbagai pandangan yang berbeda.
Di salah satu kursi, ia melihat seorang siswa yang duduk dengan tenang dan menatapnya. Wajahnya begitu tampan dan tidak aneh-aneh seperti kebanyakan siswa di kelas ini. Kinanti jadi malu sendiri melihat laki-laki itu.
“Kinanti ini, juara olimpiade MIPA tahun kemaren. Dari sekolah kami, ada Demian yang mewakili. Mungkin kalian pernah bertemu. Demian,” panggil Mr Jack.
Pria bernama Demian itu pun mengangkat tangannya. Kinanti cukup terkejut karena ternyata Demian adalah nama remaja yang menatapnya penuh atensi. Samar-samar ia mengingatnya, dan wajah tampannya tidaklah asing.
“Kalau masih mau berkenalan, kalian bisa ngobrol setelah kelas. Sekarang duduklah disebelah sana.” Tunjuk Mr Jack pada sebuah bangku kosong.
“Baik, terima kasih.” Kinanti mengangguk sopan.
Dengan semangat ia menuju kursinya. Di belakang kursi kosong itu ada seorang siswa yang sedang menelungkup seperti tertidur. Kinanti berpikir, bagaimana mungkin ada siswa yang tidur di kelas sepagi ini.
Baru ia akan menarik kursinya, tiba-tiba saja laki-laki itu bangun dan mengangkat wajahnya. Ia menunjukkan ekspresi terganggu dengan kedatangan Kinanti.
“Kala?” batin Kinanti yang terhenyak kaget di tempatnya. Untuk beberapa saat keduanya saling terdiam sampai kemudian,
“DUK!” Kala menendang kursi Kinanti agar sedikit maju dan tidak menempel di mejanya.
“Astaga!” Kinanti terhenyak kaget.
“Kala, tolong bersikap ramahlah pada teman barumu.” Ucap Mr Jack.
Kala tidak menimpali, ia hanya memalingkan wajahnya dari Kinanti dan Mr Jack. Pemandangan di luar lebih indah menurutnya.
“Permisi ya.” Ucap Kinanti sebelum kemudian ia duduk dengan tidak tenang di tempatnya.
Hah, kenapa malah harus duduk sedekat ini? Padahal laki-laki ini sedang berusaha di hindari oleh Kinanti.
"Tenang Kinan, dia mungkin tidak seburuk yang diceritakan oleh Riko." Hibur Kinanti pada dirinya sendiri.
*****