Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.
Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.
Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan
Hari itu, Evans membawa Lucy ke pertemuan dengan seorang klien besar di sebuah hotel bintang lima. Suasana rapat formal dan penuh tekanan, tetapi Lucy berhasil menampilkan dirinya dengan profesional seperti biasa. Ia duduk di samping Evans, mencatat poin-poin penting sambil memberikan saran cerdas di beberapa momen. Namun, di tengah-tengah diskusi, Lucy meminta izin untuk pergi ke toilet.
“Maaf, aku perlu ke toilet sebentar,” ucap Lucy sambil tersenyum sopan pada klien.
Evans mengangguk tanpa berpikir panjang. “Tentu, jangan lama-lama.”
Namun, setelah 30 menit berlalu, Lucy belum kembali. Evans mulai merasa gelisah. Di mana Lucy? pikirnya. Ia mencoba tetap fokus pada diskusi, tetapi pikirannya terus melayang.
“Aku akan periksa Lucy,” bisiknya pada Brandon, yang duduk di sebelahnya. Brandon mengangguk dan ikut berdiri.
Evans dan Brandon berjalan menyusuri lorong menuju toilet wanita. Namun, sebelum sampai di sana, mereka berhenti mendadak ketika melihat sesuatu yang aneh. Di ujung lorong, Lucy tampak berjalan dengan langkah pelan, mengikuti dua orang pria paruh baya.
Evans langsung mengenali pria itu. Tuan Marten dan entah siapa satunya. Tn. Marten adalah teman bisnis lama Evans dan seorang pengusaha kaya yang sering menjadi bahan pembicaraan karena bisnisnya yang penuh intrik.
“Lucy mengikuti Tuan Marten?” bisik Brandon dengan alis terangkat. “Apa-apaan ini?”
Evans mengerutkan kening, mencoba memahami situasinya. "Kenapa Lucy mengikuti Marten? Tidak mungkin dia tertarik pada pria tua itu. Atau... mungkin ada alasan lain?"
“Aku tidak suka ini,” gumam Evans. “Brandon, aku butuh bantuanmu.”
Evans berbalik menghadap Brandon dengan ekspresi serius. “Cari tahu lebih banyak tentang Lucy. Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya.”
Brandon tampak ragu sejenak. “Bos yakin? Bukankah tuan sudah mulai... tertarik padanya?”
Evans menghela napas. “Itulah masalahnya. Jika aku semakin dekat dengannya, aku harus tahu dia bisa dipercaya. Kalau terjadi sesuatu padanya, aku harus siap melindunginya. Tapi aku tidak bisa melindungi seseorang yang menyimpan rahasia besar.”
Brandon mengangguk pelan. “Baik. Aku akan menghubungi detektif langgananku. Mereka biasanya cepat bekerja.”
Brandon melangkah pergi sambil mengeluarkan ponselnya. Dalam hati, ia merasa dilema.
“Ini pertama kalinya aku melihat Bos begitu perhatian pada seorang wanita. Tapi kenapa harus wanita yang misterius seperti Noba Lucy? Dia bekerja di The Cupid Agency, itu jelas. Tapi siapa sebenarnya Nona Lucy di luar pekerjaannya? Apakah dia hanya talent, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?”
Brandon menelepon detektifnya dan menjelaskan situasinya. “Aku butuh semua informasi tentang seorang wanita bernama Lucy Harlow, Bekerja di The Cupid Agency dan pendamping Tn. Evans Dawson. Apa pun, mulai dari latar belakang, pekerjaan, hingga kemungkinan koneksi mencurigakan.”
Di seberang telepon, suara detektif terdengar antusias. “Tenang, aku akan mengurusnya. Berikan waktu 48 jam.”
Brandon menutup telepon dan bergumam pada dirinya sendiri, “Semoga aku tidak menemukan sesuatu yang membuat segalanya lebih rumit.”
Sementara itu, Evans terus mengamati Lucy yang tampak sedang mengintip Tuan Marteen dari balik pilar. Lucy tampak serius, bahkan ekspresi wajahnya berubah tajam, tidak seperti biasanya.
Evans mendekatinya perlahan, berusaha tidak menarik perhatian. Namun, ketika jaraknya tinggal beberapa meter, Lucy tiba-tiba menoleh. Matanya membelalak saat melihat Evans berdiri di sana.
“Evans!” bisik Lucy dengan nada terkejut. “Apa yang kau lakukan di sini?”
Evans menyilangkan tangan di dadanya. “Itu seharusnya pertanyaanku, Lucy. Apa yang kau lakukan mengikuti Tuan Marten?”
Lucy terlihat bingung sejenak sebelum menjawab. “Aku bukan mengikutinya, aku.. Aku sedang melihat apakah itu teman lamaku yang sangat mencurigakan.”
Evans mengerutkan kening. “Mencurigakan? Apa urusanmu dengan dia?”
Lucy terdiam, mencoba mencari alasan. “Aku... Aku ingin memastikan temanku baik-baik saja.”
Evans tidak langsung percaya. “Lucy, ini bukan tugasmu untuk memastikan hal-hal semacam itu. Kau di sini sebagai pendampingku, bukan sebagai penyelidik.”
Lucy mengangguk cepat. “Aku tahu, maaf. Aku hanya... terlalu terbawa suasana.”
"Memangnya temanmu yang mana, Lucy?" Tanya Evans curiga.
"Yang itu... Lah mana? Kok sudah hilang?" jawab Lucy dengan terlihat bingung.
Namun, Evans tidak puas dengan jawaban itu. "Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Marten kan juga baru pertama kali ia lihat, teman yang mana? Yang bersama Marten kah? Tapi itu juga terlihat tua. Sedangkan usia Lucy masih muda." pikirnya.
Setelah Tuan Marteen menghilang di keramaian, Evans mengajak Lucy kembali ke ruang pertemuan. Namun, suasana di antara mereka menjadi canggung. Di tengah perjalanan, Evans memutuskan untuk berbicara.
“Lucy,” katanya dengan nada serius. “Aku harus tahu sesuatu.”
Lucy menatapnya dengan hati-hati. “Apa?”
“Kau bekerja di The Cupid Agency, aku tahu itu. Tapi aku merasa kau lebih dari sekadar talent biasa. Apa yang sebenarnya kau lakukan?”
Lucy berhenti melangkah, lalu menghela napas. “Evans, aku profesional dalam pekerjaanku. Itu saja yang perlu kau ketahui.”
“Tapi itu tidak cukup,” balas Evans. “Jika kau terus bersamaku, aku harus tahu kau tidak membawa masalah ke kehidupanku.”
Lucy menatapnya tajam. “Jadi kau tidak percaya padaku?”
Evans terdiam sejenak sebelum menjawab. “Aku ingin percaya. Tapi kau harus memberiku alasan untuk itu.”
"Bukankah kita sebelum bekerja sama telah melakukan perjanjian kontrak, yang tidak akan mencampuri urusan kedua belah pihak?" tanya Lucy menyudutkan Evans.
"Aku... Aku tau itu, tapi..." ucap Evans bimbang.
"Tapi kau kan menjadi pendampingku, Lucy. Bukankah kamu harus memberitahu padaku segalanya?" tanya Evans penasaran.
Lucy tidak menjawab. Ia hanya berjalan lebih cepat menuju ruang pertemuan, meninggalkan Evans yang berdiri termenung di belakangnya.
Di sisi lain, Brandon masih memikirkan permintaan Evans. Setelah menelepon detektif, ia merenung sejenak.
“Tn. Dawson benar-benar peduli pada Nona Lucy, aku bisa melihat itu. Tapi jika Nona Lucy memiliki rahasia besar, apakah Tn. Dawson siap menghadapi konsekuensinya? Dan bagaimana kalau rahasia itu melibatkan sesuatu yang berbahaya?”
Brandon menggelengkan kepala, mencoba menghapus kekhawatiran itu. “Aku hanya berharap, apa pun yang ditemukan detektif nanti, itu tidak akan menghancurkan Tn. Dawson.”
Brandon kembali ke ruang pertemuan dan melihat Evans duduk di tempatnya, tampak sibuk memikirkan sesuatu. Ia memilih tidak mengganggunya.