“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.
Gawat, pelanggan denger makian gue!
***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 Tanggung Jawab
Melvin tersenyum smirk setelah mendapat informasi orang yang telah memakinya di telepon. “Disra Auristela,” gumamnya.
Alisnya menaut, tertera Disra adalah seorang agent call center di Terabig Net. Dia sangat yakin bahwa Disra adalah agent bernama Angel yang telah memakinya, karena hanya dia yang pernah berseteru dengannya. “Kenapa tidak ada photo nya,” lirih Melvin. Melvin menggelengkan kepalanya, dia berencana untuk menemui agent tersebut untuk memberi pelajaran.
***
Disra masih sibuk mencari lowongan pekerjaan di situs lowongan kerja. Hari ini dia hanya menghabiskan waktu di dalam kamar.
“Dis, kamu nggak kerja?” tanya Tina.
Disra menoleh saat sang ibu masuk ke dalam kamarnya. “Libur, Bu.”
“Oh libur. Hari ini, bisa kunjungi ayahmu?” tanya Tina yang masih dengan kondisi bersedih. “Ayah belum masuk persidangan, apa masih bisa dikeluarkan?” tanyanya lagi.
“Disra nggak tahu, Bu. Sebenarnya ayah nggak tahu tentang pencurian itu. Namun, secara tidak langsung terlibat. Bukti ayah membawa kardus juga terekam CCTV dan ayah mendapatkan imbalan 10 juta itu,” terang Disra.
“Apa bisa minta bantuan pengacara?”
“Kalau kita menyewa pengacara biayanya mahal, Bu,” jelas Disra. Terlebih lagi, dirinya yang sedang menjadi pengangguran.
“Emang berapa?” tanya Tina.
“Kurang tahu sih, Bu. Tapi, setahu Disra, selama proses persidangan akan ada pengacara atau advokat untuk memberikan penjelasan mengenai hak-hal hukumnya. Tapi, Disra tidak tahu juga yang mendapatkan hak tersebut kasus seperti apa. Soalnya, yang Disra cari di internet. Apabila tersangka atau terdakwa diancam hukuman mati atau pidana penjara di atas 5 tahun, maka wajib diberikan bantuan hukum dengan didampingi pengacara. Kalau Disra nggak salah baca, kasus seperti ayah bisa dikenakan hukuman di bawah 5 tahun. Tapi, Disra nggak tahu jugalah Bu, bukan anak hukum,” papar Disra.
Tina hanya menghembuskan napasnya pelan. “Kamu bisa jenguk ayahmu hari ini? ibu udah masak masakan kesukaan ayah. Kamu antar ya?”
“Ya, Disra bisa mampir sebelum ke kampus.”
“Kamu masih ada sisa uang nggak? Dika butuh biaya study tour,” jelas Tina.
“Berapa Bu, biayanya? Soalnya, bertepatan bayar uang semester.” Disra tidak mungkin tega jika sang adik tidak ikut study tour. Tingkat akhir bersama para temannya akan membuat suatu kenangan di masa sekolah.
Ting tong! Suara bel rumah terdengar. “Sebentar ya, Ibu buka pintu dulu. Sepertinya ada tamu,” jelas Tina.
Tina keluar dari kamar Disra dan membuka pintu rumah. “Cari siapa ya, Mas?” tanya Tina.
“Apa ini rumah Angel?”
“Angel? Kamu tahu Angel?” tanya Tina. Hanya keluarga inti yang mengetahui nama pertama Disra dan nama Angel dipakai oleh Disra sebagai nama online-nya.
“Maksud saya Disra Auristela?”
“Oh, itu anak saya. Namanya dulu memang Angel Auristela, tetapi karena sering sakit waktu bayi, saya dan suami mengganti namanya menjadi Disra,” papar Tina.
“Apa Angel ada di rumah?” tanya Melvin.
“Ya, ada. Kalau boleh tahu, Anda siapa?” tanya Tina menelisik pria tampan di depannya. Tidak ada pria yang mencari anak gadisnya kecuali Felix.
“Saya Peter, pelanggan Terabig Net,” jawab Melvin.
“Oh, sekarang anak saya berhubungan langsung dengan pelanggan,” gumam Tina. Tidak tahu prosedur tentang dunia call center. Dia langsung mempersilakan Peter masuk. “Silakan masuk, saya panggilkan Disra dulu.”
Melvin duduk di ruang tamu sedangkan Tina masuk ke dalam kamar Disra. Melvin mengedarkan pandangannya dan melihat isi dari ruang tamu tersebut. Dia bangkit dari duduknya dan melihat ke arah bupet. Berjejer photo-photo keluarga. Melvin terkejut saat melihat photo seorang gadis. Seorang mahasiswi yang diajarnya. Menelisik lagi photo-photo yang ada.
Photo kelulusan Disra saat menempuh pendidikan D3, SMA, SMP dan SD. Melvin mengulurkan tangannya dan meraih pigura photo Disra yang memakai seragam putih merah. Mata Melvin mulai berembun. “Akhirnya, aku menemukanmu,” lirihnya.
Tina masuk ke dalam kamar anak gadisnya. “Dis, ada cowo ganteng nyari kamu,” ujar Tina.
“Felix dibilang ganteng!” ejek Disra.
Siapa lagi kalau bukan Felix yang datang ke rumahnya. Hanya sahabatnya itu yang sering ke rumah.
“Bukan Felix, ini lebih oke.”
“Ah ngaur si Ibu. Siapa yang datang cari aku!” dengus Disra.
“Namanya Peter, dia bilang pelanggan Terabig Net. Bahkan, awalnya dia nyari kamu pake nama Angel.”
“Apa!” ujar Disra terkejut hingga membelalakkan matanya.
“Kenapa kaget? Pasti ada apa-apanya ya kamu sama dia? Bilang sama Ibu, dia pacar kamu bukan?”
Tidak mungkin Disra mengatakan yang sejujurnya pada sang ibu bahwa dirinya berseteru dengan pelanggan. “Bukan gitu, cuma urusan pekerjaan aja kok. Dia di mana sekarang, Bu?”
“Di ruang tamu.”
“Kamu samperin deh. Ibu buatkan minum dulu,” ujar sang ibu.
Tina keluar dari kamar Disra dan menuju dapur sedangkan Disra sedang dilanda kegugupan. Dirinya berdiri di depan cermin. Menepuk-nepuk pipinya sendiri. “Kamu harus bisa Disra! Jangan pernah takut apapun, kamu bukan wanita yang mudah ditindas!” ujarnya memberi semangat diri sendiri.
Setelah merasa lebih tenang, dia beralih ke ruang tamu untuk bertemu dengan Peter. Seorang pria yang duduk membelakanginya. Pria dengan pakaian santai.
“Apa Anda mencari saya, Tuan Peter?” tanya Disra lantang di belakang Melvin.
Melvin menoleh saat mendengar suara Disra. Disra terperangah melihat yang datang adalah seorang dosen muda yang saat ini mengatakan bahwa dirinya adalah Peter. Ya, tidak bohong, Disra bahkan masih mengingat dengan jelas nama asli dosen muda yang mengajarnya. Hanya saja, dia tidak menyangka mereka orang yang sama. “Peter Melvin Damara,” gumamnya.
“Ya, Peter Melvin Damara,” ulang Melvin. “Pelanggan Terabig Net sekaligus dosen kamu,” jelas Melvin. Dia tersenyum tulus pada sang gadis. Namun, ketulusan tidak terlihat oleh Disra. Dia menganggap senyuman tersebut adalah senyuman mengejek.
“Ada apa ke sini? Mau perhitungan? Mau melapor ke Terabig Net? Atau mau melapor ke pihak kepolisian?” tantang Disra.
Dia yakin, Melvin sudah mengetahui bahwa dirinya agent call center bernama Angel dan juga yang telah memakinya di telepon.
“Ingin bertemu denganmu,” ujar Melvin menatap mata Disra.
Tatapan penuh kerinduan. Mengapa dia baru menyadari saat ini bahwa mahasiswinya adalah gadis yang selama ini dia cari. Mengapa otaknya meragukan hatinya yang mengatakan bahwa mahasiswinya adalah gadis impiannya.
“Mau apa? Apa belum puas membuatku dipecat dari pekerjaanku?” cecar Disra. Namun, dirinya mengecilkan suaranya saat mengatakan dipecat. Khawatir sang ibu mendengarnya.
“Dipecat?” tanya Melvin memastikan.
“Apa kau pikir tindakanmu hanya suatu gurauan ringan yang hilang tertiup angin?” tanya Disra sarkas. Dia sudah tidak peduli lagi dengan status Melvin yang sebagai dosennya. Pikirannya sudah kacau, hanya ingin melampiaskan kekesalan.
“Kalau begitu, saya akan bertanggung jawab,” ujar Melvin penuh keseriusan.
“Tanggung jawab? Mau bilang pada Terabig Net agar aku diterima kembali ke sana?” tanya Disra menahan amarahnya.
“Tidak. Tapi, aku akan menikahi mu,” tegas Melvin.
“Apa!”
dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/