Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 14
“Bangunlah! Kamu akan menyebabkan bau di seluruh ruangan ku!” Leandra menatap sangat kesal pada Tora yang masih di ranjang nya.
Tapi Tora terdiam, dia seperti menatap langit-langit kamar Leandra itu yang rupanya ada bintang-bintang menyala yang tertempel di sana seperti langit penuh bintang. “. . . Kau benar-benar takut pada gelap yah... Biasanya hanya anak-anak yang takut gelap.”
Leandra yang mendengar itu menjadi agak terdiam.
Kemudian Tora melanjutkan perkataan nya. “Bintang bahkan tak terlihat seperti itu.”
“. . . Kita tinggal di tempat penuh dengan gedung distrik yang berdempetan... Tak ada celah untuk melihat ke langit sedikit pun,” kata Leandra sambil menatap ke bawah dengan kecewa bahkan dia masih membawa buku tebal tadi. Tapi dia baru menyadari dia melewatkan memperingatkan Tora untuk keluar dari ranjang, bahkan Tora sekarang malah bersantai menggunakan kedua tangan nya sebagai bantal nya.
“Hei, sebenarnya apa yang kau lakukan sih, keluar dari sana,” Leandra mendekat dengan kembali kesal. Tapi kebetulan pandangan nya tertuju pada gelas kosong di meja dekat ranjang seketika dia terkejut. “Ka-kamu meminum air dari gelas itu!!” dia menatap panik.
“Kenapa? Aku haus, api unggun membuat ku---
Duk!!
“Ough!!” Tora terkejut belum selesai berbicara bahkan Leandra melempar buku tebal dan berat tadi di perut Tora yang terkejut kesakitan bahkan langsung mengangkat kepalanya.
Lalu suara panik Leandra bertambah. “Ada pill tidur di dalam nya!!”
Tora menjadi terdiam sebentar mendengar itu. “Tunggu, untuk apa kau butuh obat tidur? Berapa umurmu?” dia tampak bernada serius di balik topeng nya.
“Itu bukan urusan mu, aku tak ingin kau tinggal di sini, kau harus pergi sebelum kau tidur, sekarang pergilah!!” Leandra menunjuk jendela dengan kesal.
“Jangan terlalu khawatir,” Tora mengambil sesuatu dari saku celana belakang nya, yang rupanya sebuah ponsel. “Sebelum aku pergi, ambil ini,” dia melemparkan pelan pada Leandra yang terkejut dan langsung menangkap nya. Rupanya itu sebuah ponsel.
“Apa ini? Hei, ini bukan ponsel ku!” dia menatap kesal. Padahal itu adalah ponsel dari Pria tadi malam yang tersiksa.
“Ambilah saja itu, pemilik nya tak membutuhkan nya...” kata Tora sambil kembali terbaring tapi Leandra tampak melihat ponsel itu dan tampak seperti ponsel yang di reset ulang, pastinya yang melakukan nya Tora.
“Bahkan ini seperti masih bisa digunakan, bagaimana bisa pemilik nya tidak membutuhkan nya,” tatapnya dengan bingung, tapi ketika dia kembali menatap ke Tora.
Rupanya Tora sudah bernapas berat dan tampak tak bergerak dari terbaring nya.
Seketika Leandra terpucat dan langsung beranjak ke ranjang mendekat. “Tidak... Tidak... Aku mohon jangan!” dia berusaha mengguncang cepat tubuh Tora. Tapi untungnya Tora memegang tangan nya. “Hentikan itu, aku tidak mati,”
“Huf, syukurlah kau belum tidur, karena wajah mu tidak terlihat tertutup topeng itu,” Leandra menghela napas panjang.
“Kau ingin tahu wajahku,” kata Tora sambil kembali berbaring, dia juga bisa kembali melihat bintang di langit-langit itu.
“Apa?! Siapa yang mau melihat wajah jelek mu, aku bahkan tidak pernah mau bertemu dengan mu,” Leandra tampak kesal sambil membuang wajah.
“Aku yakin kau ingin tahu, ngomong-ngomong, bicara soal bintang, kenapa kau menjadikan bintang untuk menghiasi kamarmu?” tanya Tora, terdengar sekali suaranya tampak berat dan mengantuk.
Tanpa sadar, Leandra menjawabnya setelah dia terdiam sebentar. “Tidak ada alasan khusus mengapa aku menggunakan bintang, ini hanya saran dari seseorang,”
“Kalau begitu, apa kau mau melihat bintang secara langsung?”
“. . . Tak ada tempat di sini, aku tak pernah berharap akan sesuatu yang mustahil aku kerjakan,”
“Aku bisa menunjukan nya padamu,” Tora langsung mengatakan itu membuat Leandra kembali terdiam.
“Menunjukan bintang padaku, dari pada menunjukan bintang, lebih baik kau pergi dari sini,” tatap Leandra.
Tapi siapa sangka, tak ada reaksi, sudah jelas, obat itu sudah membuat nya tertidur sangat pulas.
“Tidak... Bangunlah Macan Jahat! Aku mohon...” Leandra tampak takut dan menjadi putus asa.
Tak lama kemudian, terlihat Leandra berlutut di bawah ranjang dengan meletakkan kepalanya di ranjang menggunakan rasa putus asa. Lalu mengangkat kepalanya menatap Tora yang bahkan masih tertidur di ranjang nya.
“Bagaimana ini...” dia masih khawatir. “Bagaimana jika Nenek datang ke sini karena keributan tadi, dia pasti sedang berjalan ke sini... Apa yang harus kulakukan....?!" ia panik.
Dan yang benar saja.
TOK!! TOK!!
“Leandra, kamu di dalam? Nenek mendengar suara teriakan mu dari tempat sebelah,” itu benar-benar Nenek nya yang sekarang ada di depan pintu.
Seketika Leandra terkejut dan membalas. “I-ini baik-baik saja!! A-ku hanya sedang... Mempraktekan karakter novel yang aku buat! Nenek tahu kan, aku harus mendalaminya!”
“Oh, aku pikir apa... Baiklah kalau begitu, jangan lupa tidur, jangan sampai malam-malam,” Nenek nya akhirnya percaya dan berjalan pergi membuat Leandra menggela napas panjang. “Fyuh... Akhirnya...” Leandra bisa tenang tapi ia menatap lagi ke Tora, lalu masuk ke ranjang dan menatap topeng di wajah Tora itu.
“Kamu benar-benar Macan yang jahat...” dia menatap kesal, lalu terlintas di pikiran nya untuk membangunkan dengan cara lain.
“Um... hanya sedikit...” dia menyentuh topeng Macan itu dan menariknya ke atas kepala Tora perlahan sehingga menunjukan setengah wajah Tora, dari hidung hingga dagu. Padahal itu kesempatan Leandra melihat wajah Tora, tapi sepertinya dia tak tertarik melakukan nya.
Leandra malah gemetar, lalu dia berpikir harus melakukan nya, kemudian dia mengambil ancang-ancang yakni mengangkat tangan membentuk tamparan, seketika menampar keras pipi Tora.
SMACK!!
Hingga kepala Tora miring, tapi tak ada reaksi sama sekali.
“Auch!” Leandra yang malah terkejut melihat lengan nya yang malah sakit. “Aku terlalu keras memukulnya bahkan tangan ku yang sakit... dan itu bahkan tidak membangunkan nya... tunggu! Apa dia mati!?” Leandra mendadak menjadi panik, seketika menempelkan telinga nya di dada Tora.
“Aku masih bisa merasakan detak jantung nya...” gumam nya, tapi ia terkejut dan segera menarik wajahnya. “Apa yang sebenarnya aku lakukan...” dia berwajah merah bahkan menjauh.
Tapi ia terdiam, dia menatap baju Tora, penuh dengan warna hitam, sarung tangan yang kuat dan tidak menutupi jarinya, kemudian dia bahkan memakai penahan senjata tidak hanya di badan nya tapi di kedua pahanya yang terhubung ke sabuk pinggang. Jaket tebal dan terlihat kecil dan pendek jika di pakai di tubuhnya.
“Dasar, apa kamu tak punya modal? Apa kau menghabiskan uang hanya untuk membeli perlengkapan itu? Kau hanyalah seorang pria yang aneh yang menjadi perampok...” Leandra menatap kesal sendiri tapi ia masih harus tetap memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalah saat ini.