Aluna, gadis berusia delapan belas tahun dengan trauma masa lalu. Dia bahkan dijual oleh pamannya sendiri ke sebuah klub malam.
Hingga suatu ketika tempat dimana Aluna tinggal, diserang oleh sekelompok mafia. Menyebabkan tempat itu hancur tak bersisa.
Aluna terpaksa meminta tolong agar diizinkan tinggal di mansion mewah milik pimpinan mafia tersebut yang tak lain adalah Noah Federick. Tentu saja tanpa sepengetahuan pria dingin dan anti wanita itu.
Bagaimana kehidupan Aluna selanjutnya setelah tinggal bersama Noah?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 004
Ethan merobek paksa gaun bagian atas yang Aluna kenakan. Tubuh gadis itu hampir terekspos. Aluna cepat-cepat menutup dadanya dengan kedua tangan.
“Benar-benar ciptaan yang sangat indah. Apa ini pertama kalinya untukmu? Kamu terlihat kaku, kucing nakal,” desis Ethan mendekati Aluna.
Ethan sampai menelan ludahnya susah payah melihat pemandangan langka di depan matanya.
“Kumohon! Jangan sentuh aku! Aku akan melakukan apapun asal tidak dengan menyerahkan diriku padamu, Tuan,” pinta Aluna dengan wajah memelas.
Tetapi, semua usaha Aluna sia-sia. Ethan bukanlah pria yang memiliki belas kasihan seperti itu.
“Haha! Jika sedang merengek, kamu semakin bertambah cantik.” Ethan menahan Aluna yang mencoba lepas dari cengkeramannya.
“Ya, Tuhan! Aku mohon, siapapun tolong aku,”batin Aluna menjerit meminta pertolongan. Meski Aluna tahu, tidak akan ada siapapun yang membantunya.
“Baiklah. Kita mulai dengan—”
Belum sempat Ethan membuka celana, terdengar suara ledakan yang begitu dahsyat dari luar. Menggetarkan seluruh ruangan, termasuk kamar dimana dia tengah berada.
“Brengsek! Siapa yang sudah berani mengusik ketenanganku?” geram Ethan menyambar kemeja dan memakainya kembali.
Aluna bernafas lega. Untuk sementara ia bebas.
Sementara Ethan, bergegas melangkah keluar. Baru saja akan membuka pintu yang ada di depannya, tiba-tiba pintu itu di dobrak oleh seseorang.
Munculah sosok Vincent dengan beberapa bodyguard yang berdiri di belakangnya.
“Wah, hebat sekali! Sepertinya kamu sedang bermain dengan wanita di ranjangmu, Tuan Ethan Storm?”
Ethan menatap datar pria yang ada di depannya ini. Seakan-akan mereka sudah saling memendam permusuhan sejak lama.
“Vincent Orlando! Apa yang kamu lakukan di sini. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di wilayah kekuasaan Strom?!” pekiknya.
Ethan langsung meraba pinggang belakang. Berniat mengambil senjata dan juga ponselnya. Yang ternyata masih tertinggal di atas tempat tidur. “Sialan!” desisnya.
“Miris sekali nasib Tuan Strom.” Vincent tersenyum mengejek. Muak sekali melihat wajah Ethan. “Tenang saja. Aku tidak akan menyakitimu, Ethan.”
Vincent melirik ke arah gadis yang sedang bersembunyi di samping ranjang lalu tersenyum kecut. Ethan benar-benar penjahat kela—min.
“Berikan akses ke gudang bahan baku yang kamu sembunyikan dari bos kami. Setelah itu, aku akan membebaskan mu. Bagaimana?” tawar Vincent lalu melemparkan sebuah cincin ke arah Ethan dan berhasil di tangkap oleh pria itu.
“I—ini?” Ethan terkejut melihat sebuah cincin beserta jari manis yang tak dia yakini itu adalah milik Calvin—putra pertamanya.
“Apa yang sudah kamu lakukan pada putraku? Katakan!” teriak Ethan dengan lantang.
Dadanya bergemuruh. Dia tidak menyangka jika putranya tewas di tangan Vincent—asisten kepercayaan Noah.
“Dia menolak memberitahuku dimana kunci aksesnya. Terpaksa aku mengirimnya lebih dulu ke neraka,” jawab Vincent tanpa rasa bersalah sama sekali.
Kedua bola mata Ethan membulat sempurna. Seperti akan keluar dari tempatnya. Dugaannya benar, putra kesayangannya kini telah tiada.
“Bed*bah gila! Kamu pikir aku akan menyerahkannya begitu saja? Tidak, Vin! Lebih baik aku menyusul putraku daripada harus bertekuk lutut pada Noah dan juga—”
Dua tembakan Vincent lepaskan begitu saja dan tepat mengenai dada dan kepala Ethan. Ethan langsung jatuh terkapar di lantai dengan tubuh berlumur darah.
“Kalau aku tahu, akan semudah ini menghabisi mu. Aku tidak perlu turun tangan sendiri,” gumam Vincent.
“Hancurkan tempat ini tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Dan buatlah seolah-olah klub ini terbakar.” Vincent memberi perintah pada anak buahnya.
Mereka mengangguk serempak.
“Lalu, bagaimana dengan gadis itu?” Dia menunjuk Aluna yang sejak tadi diam ketakutan dan meringkuk dengan wajah tertunduk.
Aluna Bersembunyi di balik selimut.
“Biarkan saja. Karena aku tidak membutuhkan gadis itu!” tegas Vincent. “Mungkin dia salah satu wanita milik Ethan. Noah tidak menyukai barang bekas.” Vincent menyeringai.
Kematian Ethan sudah cukup membuatnya puas!
Vincent memutar tubuhnya. Memberi kode lada mereka semua untuk segera pergi, kecuali Aluna.
Gadis itu berlari dan berlutut. Menghalangi Vincent yang terpaksa menghentikan langkah kakinya.
“Tuan... bawalah aku, kumohon...” lirih Aluna, mendongak dengan mata berkaca-kaca.
yg pawang jg lanjut dong
XBcVxVmxvmx