NovelToon NovelToon
Pasutri Bobrok

Pasutri Bobrok

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik / Tunangan Sejak Bayi / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Cegil? itulah sebutan yang pantas untuk Chilla yang sering mengejar-ngejar Raja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bayangan Raja

Pagi itu, sinar matahari mulai menerobos masuk melalui celah-celah tirai kamar, menyinari wajah Chilla yang sudah terjaga lebih dulu. Kebiasaan ini sudah menjadi rutinitasnya. Setiap pagi, ia akan bangun lebih dulu dan mendapati Raja yang masih tertidur pulas di sampingnya. Namun, ada satu hal yang selalu membuatnya geleng-geleng kepala: kebiasaan Raja memeluknya erat saat tidur, meski pria itu selalu menyangkal perasaannya terhadap Chilla.

Hari ini, Chilla memutuskan untuk bermain sedikit licik. Dengan senyuman penuh tipu daya, ia perlahan mengambil tangan Raja yang terkulai di samping tubuhnya, lalu menempatkannya tepat di dadanya. Dia memastikan posisi itu terlihat jelas, seolah Raja sengaja melakukannya. Setelah puas dengan rencananya, Chilla kembali berbaring, memejamkan matanya, dan menunggu Raja terbangun.

Beberapa saat kemudian, Raja mulai menggeliat pelan, tanda-tanda bahwa ia mulai sadar dari tidurnya. Matanya perlahan terbuka, dan yang pertama kali ia sadari adalah posisi tangannya. Seketika wajahnya memucat.

“Astaga, kenapa tangan gue di sini?!” gumamnya panik.

Sebelum sempat menarik tangannya, Chilla membuka matanya dan langsung berteriak histeris.

“Aaakh! Raja, lo udah apain gue?! Apa-apaan ini?!” seru Chilla dengan nada penuh tuduhan sambil menatap tangan Raja yang masih berada di dadanya.

Raja tersentak dan buru-buru menarik tangannya, wajahnya merah padam. “Hei! Gue nggak ngelakuin apa-apa! Gue juga nggak tahu kenapa bisa kayak gini!” jawabnya frustasi.

Namun, Chilla tidak berhenti di situ. Ia semakin meningkatkan drama yang sudah ia rencanakan. “Lo tega banget sama gue, Raja! Lo bilang lo nggak suka sama gue! Lo bilang gue cuma istri di atas kertas, tapi ini apa?! Lo seenaknya pegang-pegang gue!” ujar Chilla dengan suara memelas, seolah benar-benar terluka.

Raja mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba mengendalikan rasa kesalnya. “Diam, Chilla! Gue nggak tahu kenapa tangan gue bisa sampai ke situ! Lo nggak usah nuduh gue yang macem-macem!” balasnya dengan nada tinggi.

Chilla tidak mau kalah. “Lo pasti mimpi nggak bener, kan? Sumpah, lo mesum banget, Raja! Pantes aja tangan lo nyasar ke tempat yang nggak seharusnya!” katanya sambil menunjuk wajah Raja dengan ekspresi penuh tuduhan.

Raja membuka mulutnya untuk membantah, tetapi ia sadar bahwa ini bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi. Entah bagaimana, kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya, dan ia selalu berakhir dalam posisi yang sulit menjelaskan.

“Denger ya, gue nggak mimpi apa-apa, dan gue nggak punya niat buat nyentuh lo! Lo pasti yang bikin ini semua jadi kelihatan kayak gue salah, kan?!” seru Raja dengan suara keras, mencoba membela dirinya.

Chilla memutar matanya dengan dramatis. “Oh, jadi sekarang lo balik nuduh gue, ya? Raja, gue nggak sebodoh itu buat ngejebak lo! Lo aja yang nggak bisa ngontrol diri waktu tidur!” katanya sambil berpura-pura terisak.

Raja merasa kepalanya akan meledak. “Lo gila, Chilla! Gue udah cukup sabar selama ini, tapi lo nggak berhenti bikin hidup gue ribet!” gerutunya.

“Tapi lo tetep aja nggak bisa nolak pesona gue, kan?” balas Chilla dengan senyum penuh kemenangan, berubah total dari sikap dramatis sebelumnya.

Raja melotot, merasa seperti dipermainkan. “Lo benar-benar nggak waras!” teriaknya sebelum bangkit dari tempat tidur, meninggalkan Chilla yang kini terkikik puas.

Begitu Raja keluar dari kamar, Chilla memeluk dirinya sendiri sambil tersenyum kecil. “Huh, kena lagi dia. Lihat aja, Raja. Gue bakal bikin lo nggak bisa lepas dari gue,” gumamnya sambil meraih ponselnya. Ia memeriksa hasil fotonya tadi malam, termasuk posisi kompromi yang baru saja terjadi.

Chilla tahu cara ini licik, tapi ia tidak peduli. Baginya, semua sah-sah saja demi mempertahankan Raja sebagai miliknya. Dalam hati, ia bertekad bahwa tidak ada wanita lain, termasuk Sandra, yang akan berhasil merebut Raja darinya.

Sementara itu, di luar kamar, Raja berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil mengusap rambutnya dengan frustrasi. “Apa salah gue sampai gue harus berurusan sama cewek kaya dia?” gumamnya kesal. Namun, di sudut pikirannya, ia tidak bisa mengabaikan rasa canggung yang terus mengganggunya.

Setiap kali Chilla melakukan hal seperti ini, Raja merasa dirinya semakin terjebak. Meski ia ingin menyangkalnya, ada perasaan tertentu yang mulai tumbuh, meski ia mati-matian mencoba mengabaikannya. Namun, ia tidak akan menyerah pada permainan Chilla begitu saja. Atau... setidaknya, itu yang ia pikirkan saat ini.

*****

Raja duduk di sudut kelas dengan pandangan kosong menatap tangannya sendiri. Ia bahkan tidak peduli dengan teman-teman sekelasnya yang sibuk berbicara atau mengerjakan tugas. Hari ini guru mereka hanya memberi tugas dan tidak masuk kelas, tetapi perhatian Raja tidak tertuju pada buku atau pena di mejanya. Ia terus memikirkan kejadian pagi tadi—kejadian yang membuatnya merasa frustasi hingga kini.

Dia menatap telapak tangannya dengan pandangan penuh kebingungan, seolah sedang mencoba mencari jawaban dari benda mati itu. Dalam pikirannya, peristiwa yang melibatkan Chilla kembali terulang seperti film yang diputar ulang.

"Sialan..." gumamnya pelan, hampir tidak terdengar. "Ciuman pertama gue udah Chilla renggut, sekarang... kesucian tangan gue juga dia renggut. Apa-apaan sih ini?" Raja menggerutu sambil mengacak rambutnya dengan kasar, membuat penampilannya sedikit berantakan.

Chilla, yang duduk di sebelahnya, hanya tersenyum kecil sambil mencuri-curi pandang ke arah Raja. Ia tahu betul apa yang sedang dipikirkan suaminya itu. Bagaimana tidak? Dia yang merancang semua ini. Melihat Raja yang kebingungan seperti itu membuatnya merasa puas.

“Eh, Raja, kenapa bengong gitu? Lagi mikirin apa, sih?” tanya Chilla dengan nada usil, mencoba memancing reaksinya.

Raja menoleh dengan tatapan tajam. “Lo nggak usah sok polos, Chilla. Gue tau lo pasti ada hubungannya sama ini!”

Chilla pura-pura memasang ekspresi terkejut. “Ih, apaan sih? Gue nggak ngerti lo ngomong apa. Emang gue ngapain, Raja?” tanyanya sambil menahan tawa.

Raja mendengus kesal. “Jangan sok nggak tau. Gue yakin lo yang bikin tangan gue nyasar ke tempat itu! Nggak mungkin gue semesum itu!”

Chilla hanya tersenyum tipis dan mengangkat bahu. “Ya kalau lo yakin nggak semesum itu, berarti kejadian itu cuma kebetulan, kan? Lagian, kita udah nikah, Raja. Kalau gue emang sengaja, apa salahnya? Lo suami gue, kok,” ujarnya dengan nada santai yang justru semakin membuat Raja frustasi.

“Lo tuh ya... nggak ada malunya banget! Mana ada istri kayak lo, sengaja bikin suaminya malu di depan diri sendiri!” balas Raja sambil mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri.

Chilla hanya terkikik pelan, tidak merasa bersalah sama sekali. “Raja, lo tuh aneh banget. Nikmatin aja, kali. Lagian gue kan nggak jelek. Banyak cowok di luar sana yang bakal rela kalau jadi lo.”

“Ya, tapi gue nggak minta hal kayak gini terjadi!” seru Raja, suaranya sedikit lebih keras dari yang ia maksudkan, membuat beberapa teman sekelas mereka melirik penasaran. Raja langsung merunduk, merasa malu karena hampir membuat keributan.

“Raja, lo tau nggak, lo lucu banget kalau lagi marah kayak gini,” kata Chilla sambil menahan tawa.

Raja hanya menghela napas panjang, mencoba mengabaikan keusilan Chilla. Tapi dalam pikirannya, perasaan ragu mulai muncul.

“Chilla serendah itu, nggak, sih?” pikirnya sendiri. “Walaupun dia istri gue, nggak mungkin kan kalau dia sengaja naruh tangan gue di... situ? Tapi gue juga nggak mungkin semesum itu, kan?”

Chilla memandang Raja yang masih terjebak dalam pikirannya sendiri. Ia bisa melihat jelas konflik yang terjadi di kepala suaminya itu. Dan jujur saja, melihat Raja kebingungan seperti itu membuatnya merasa puas.

“Lo tuh kebanyakan mikir, Raja,” ujar Chilla sambil menopang dagunya dengan tangan, memandang Raja dengan tatapan jahil.

“Dan lo kebanyakan bikin masalah,” balas Raja tajam.

Chilla hanya tertawa kecil. “Yah, Raja, lo bakal berterima kasih sama gue suatu hari nanti. Percaya deh.”

Raja mendengus lagi, tidak mau memperpanjang pembicaraan. Namun, dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa meskipun Chilla sering membuatnya kesal, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa sepenuhnya marah. Dan itulah yang membuatnya semakin frustasi

1
Kelinciiiii
bersyukur ja
Ciaa
ayo lanjut seru juga ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!