NovelToon NovelToon
Star Of Death Heavenly Destroyer

Star Of Death Heavenly Destroyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Light Novel
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Leluhur

Update Sebulan Sekali (Opsional)
Local Galactic Group, dimensi yang menjadi ajang panggung pertarungan para dewa dalam siklus pengulangan abadi. Noah, Raja Iblis pertama harus menghadapi rivalitas abadinya, Arata, Dewa Kegilaan akan tetapi ia perlahan menemukan dirinya terjebak dalam kepingan-kepingan ingatan yang hilang bagaikan serpihan kaca. The LN dewa pembangkang yang telah terusir dari hierarki dewa. Mendapatkan kekuatan [Exchange the Dead] setelah mengalahkan dewa Absurd, memperoleh kitab ilahi Geyna sebagai sumber kekuatan utama.'Exchange the Dead' kemampuan untuk menukar eksistensi dan mencabut jiwa sesuka hati, mampu menukar kematian ribuan kali, menjadikannya praktis tak terkalahkan menguasai kitab ilahi Dathlem sebagai sumber kekuatan tambahan menciptakan makhluk-makhluk rendah dengan satu bakat sihir sebagai perpanjangan kekuasaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bulan Penciptaan

Cahaya putih memudar. Ledakan Void De Noice mencapai puncaknya, lalu menyusut dengan cepat—seperti gelembung sabun yang pecah.

Dari pusatnya, semesta baru mekar. Perlahan seperti kuncup bunga, kemudian—seperti kanvas yang tiba-tiba dipenuhi warna. Dimensi tercipta dalam sekejap mata, tanpa prolog panjang atau pengantar mewah.

Laksamana Gigi muncul pertama kali. Spiral-spiralnya tidak lagi dingin dan mengancam, tapi berdenyut dengan energi kehidupan. Pilar-pilarnya berpendar dalam cahaya, menarik partikel-partikel realitas untuk membentuk kembali struktur dimensi.

Water Dew berpencar ke seluruh penjuru, tidak lagi sebagai peluru kematian. Esensinya mengalir seperti hujan yang menyegarkan warna dunia water dew seperti perak yang memantulkan kilauan.

Para dewa yang pernah dibunuh oleh Arata langsung hadir. Tidak ada dramatisasi, tidak ada prosesi panjang. Mereka ada begitu saja, mereka semua menunduk sujud di hadapan cahaya bulan penciptaan sampai satu dewa membawa kebencian di hadapannya.

Di tengah dewa-dewa yang bersujud, Shiesgeld berdiri tegak. Matanya menyala penuh dendam. Penjaga dimensi Adomte itu masih mengingat rasa sakit saat tubuhnya dijadikan singgasana Shigesties.

"Mereka tak pantas hidup lagi," ucapnya lantang. Suaranya menggema ke seluruh ruang hampa. "Arata dan Noah sudah menghancurkan segalanya."

The Creator—sosok cahaya keemasan diatas bulan penciptaan—melayang diam di hadapannya.

"Aku yang dulu agung, dijadikan benda mati. Tubuhku diubah jadi singgasana, lalu dibuang begitu saja." Tangannya terkepal. "Semua gara-gara persaingan bodoh mereka."

Shiesgeld melangkah maju. "Jika Engkau ingin menciptakan mereka kembali, cabut semua kekuatan mereka. Biarkan mereka jadi makhluk biasa. Biarkan mereka merasakan apa yang kurasakan."

Dewa-dewa lain berbisik pelan. Beberapa setuju, sisanya kaget atas perbuatannya yang begitu lancang.

The Creator akhirnya bergerak. Bukan gerakan fisik, tapi energi yang membuat semua bergetar.

"Dendam hanya membawa kehancuran baru," ucap The Creator tanpa suara, tapi semua bisa mendengarnya. "Aku lebih tahu dari kalian semua, aku akan menciptakan mereka terus dengan kekuatan penghancur dan kegilaan."

Shiesgeld menyipitkan mata, tak yakin apakah ini kemenangan atau bukan.

"Arata dan Noah akan menjadi sahabat menjelajahi dimensi lain yang selama ini kalian tidak aku ajarkan untuk mengetahui hal itu, dimensi lain yang berada jauh ," lanjut The Creator. "Bukankah aku yang lebih mengetahui?"

Sifat arogan muncul di wajah Shiesgeld, namun segera pudar.

"Bisakah engkau menjamin tidak lagi terjadi pembantaian masal. Aku memohon sudah cukup dengan kematian yang kedua kali ini, padahal aku menjadi penguasa sukses dimensi Adomte."

The Creator semakin menyilaukan dirinya. "Semua itu karena aku Shiesgeld, jangan kau anggap semua karena kehebatan mu!"

"Dalam lingkaran dendam, tak ada korban atau pelaku—hanya orang-orang yang saling melukai," jawab The Creator. "Saat mereka berdua telah selesai kemudian bersahabat, apakah kalian bisa menjamin untuk tidak melakukan hal sama? Perang akan terus berlanjut sampai mereka menyadari sendiri dan kehancuran ketiga tergantung pada dendam kalian bukan Noah atau Arata,"

Tubuh Shiesgeld bergetar saat kekuatannya ditarik keluar. "Ini tidak adil! Aku tidak salah seperti mereka!" akibat kelancangan mu aku menarik segalanya dari dirimu. The creator tidak berucap namun terdengar menekan.

Untuk terakhir kali ucapan. "Mulailah peperangan kembali untuk memperebutkan dimensi yang telah kosong kalian memulai lagi dari awal berjuang mati untuk menempati posisi penguasa dimensi!"

Kemudian, kekosongan.

Kekuatan yang menekan kini telah hilang—The Creator seolah tidak lagi hadir. Keheningan yang mencekam menyelimuti para dewa yang masih terpaku. Beberapa masih bersujud, yang lain mulai bangkit perlahan, mata mereka menatap sekeliling dengan waspada.

Shiesgeld, kini tanpa kekuatan, jatuh menekuk lutut. Tubuhnya yang megah kini tampak biasa saja—aura keilahiannya lenyap seperti kabut yang tertiup angin. Wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan, kemudian berubah menjadi amarah yang membara.

"Ini tidak adil!" teriaknya sekali lagi, suaranya kini hanya gaung lemah dibandingkan gemanya yang dulu.

Sesaat setelah ucapannya, atmosfer berubah drastis. Udara bergetar dengan ketegangan. Para dewa saling pandang—beberapa dengan tatapan takut, yang lain dengan kilatan ambisi. Pertanyaan yang sama berkecamuk dalam benak mereka: "siapa yang akan mengambil alih kekuasaan dimensi-dimensi yang kini kosong?"

Dewa Asvamedha, penjaga dataran api Mordeth di masa lalu, adalah yang pertama bergerak. Tangannya terangkat tinggi, mengeluarkan energi merah membara yang membentuk pedang lava raksasa.

"Dimensi Adomte adalah milikku sekarang!" teriaknya lantang. Suaranya bergema di ruang hampa yang diciptakan kembali.

Tidak perlu waktu lama, Dewi Lyrana— sosok yang pernah dikalahkan oleh Dewa Zerdeck di masa lalu—mengangkat tongkat kristalnya yang berpendar biru. "[Divine Art of Shield: Levfiska]!" Air muncul dari ketiadaan, membentuk perisai di sekelilingnya.

"Bukan, tapi milikku!"

Dalam hitungan detik, ruang tersebut berubah menjadi medan perang. Ribuan energi sihir melesat dari berbagai arah. Pedang bertemu perisai, mantra melawan kontra-mantra. Para dewa yang sebelumnya bersatu dalam pelahiran kembali, kini terpecah dalam kelompok-kelompok yang saling bertikai.

Dewa Vexxus menghunuskan tombak petirnya ke arah Dewa Groven. Kilatan listrik biru menyambar ke segala arah, namun ditangkis oleh perisai tanah yang muncul dari bawah.

"Tidak akan kubiarkan kau mengambil dimensi Floreneck! [Divine Art of Stone Blocks: Lerengu]!" teriak Groven, melemparkan bongkahan batu raksasa yang muncul dari ketiadaan.

Di sisi lain, Dewi Sylphia, penguasa angin, menciptakan badai dahsyat , menerbangkan beberapa dewa minor yang mencoba melawannya. "Kalian semua tidak pantas memerintah! Akulah yang akan menguasai semua dimensi!"

Beberapa dewa yang lebih bijak—atau mungkin lebih pengecut—memilih untuk mundur. Mereka menghilang dalam kilatan cahaya, teleportasi ke tempat yang jauh untuk menyusun strategi atau sekadar menyelamatkan diri.

Dewi Niyx, penguasa dimensi Devibatalyon di masa lalu, adalah salah satunya. Ia menghilang dalam bayangan, berbisik, "Biarkan mereka saling bunuh. Aku akan menunggu saat yang tepat."

Dewa Revalon, penjaga labirin gurun tandus dimensi Endignyu, mengajak beberapa dewa lain untuk mengikutinya. "Kita perlu waktu untuk menyusun rencana Eikahetra, temanku. Perang ini tidak akan dimenangkan dengan kekuatan semata," ujarnya sebelum menghilang dalam pusaran kabut pasir .

Semua ini terjadi sementara Shiesgeld masih berlutut, menyaksikan kehancuran yang ia sendiri mungkin telah ikut memprovokasi. Tanpa kekuatan, ia hanyalah pengamat kejatuhan. Sebuah ironi pahit baginya yang dulu begitu berkuasa.

1
IamEsthe
Maaf. aku enggak paham alur ceritanya sama sekali, atau emang genre nya di luar biasa aku kuasai/mengerti.
IamEsthe
bla bla bla terpana akan kecantikan rupaku (wujudku) sendiri.
Legenda: jatuh cinta saat memandang rupa malaikat
total 1 replies
IamEsthe
ribet kalimatnya, susah dimengerti.


apa maksudnya begini,

Mengapa Dia hanya memikirkan hiburan untuk dirinya hingga membuat kita mati mempertahankan sebuah 'nyawa'.
Legenda: iya mungkin. Membangkang banget sama Tuhan/author dia punya kemauan sendiri ga dikendalikan sama The Creator
IamEsthe: Dewa Azura, kisah dewa Azura.
total 5 replies
IamEsthe
Untuk siapa aku diciptakan, Tuhan? Di ambang kekalahan kenapa aku masih mempersalahkan persoalan konyol ini.


mungkin bagus jika kalimatnya begitu. coba dipertimbangkan.
IamEsthe
alangkah baiknya mendeskripsikan kondisi tubuh pake makna kias. mungkin bagus
IamEsthe: dicoba dikit2 gitu, kias2an.
Legenda: aku kurang soal kias makna.
total 2 replies
IamEsthe
dibuang, bukan di buang
IamEsthe
jangan angka 1 ribu, tp satu ribu. ini ada aturannya, aku lupa yg mana penjelasannya
IamEsthe
narasi ini kayaknya jangan dalam satu kalimat panjang begini. kembangkan lagi beberapa kalimat biar penjelasannya tidak rumit dan berbelit
IamEsthe
typo dialog
Protocetus
okiro
Legenda: hah! lawak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!