Menantu Yang Tidak Diinginkan

Hengki sedang bersiap untuk memeriksa beberapa devisi, ia keluar dari ruangannya.

“Saya rasa devisi ini cukup baik, saya harap kalian semakin kompak dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan” ucap Hengki

“Kami akan berusaha yang terbaik untuk perusahaan pak” jawab kepala bagian

Setelah itu Hengki keluar dan melanjutkan untuk melihat bagian keuangan. Namun ketika hendak masuk Hengki melihat perempuan yang terasa tidak asing untuknya tapi siapa Hengki tidak ingat.

“Tino” panggil Hengki

“Iya pak” jawab Tino

“Dia karyawan”

Tino menoleh pada perempuan yang sedang berjalan.

“Iya pak dia karyawan di sini, ada apa bos?”

“Tidak aku hanya bertanya”

Tino mengangguk.

“Aku ke ruangan dulu”

“Tapi devisi humas bos”

“Kamu saja yang lihat, aku ada perlu di ruangan aku”

Hengki meninggalkan Tino

“Kalau jadi bos enak bisa langsung perintah” ucap Tino

*

Sedangkan Nita yang sedang berjalan keluar dari toilet merasa tubuhnya terasa lemas bahkan kepalanya terasa pusing.

“Kenapa kepala aku pusing banget, perut aku juga tidak enak rasanya” keluh Nita

Nita hendak kembali ke ruangannya namun karna tubuhnya lemas ia terjatuh dan pingsan.

Hengki ingin ke toilet dan ia terkejut ada seseorang yang sedang pingsan di dekat toilet, Hengki langsung menghampirinya dan melihat siapa dia.

“Sepertinya dia pingsan” Hengki membawa Nita ke rumah sakit

Semua karyawan melihat Hengki yang sedang menggendong Nita, seperti biasa akan ada bisik-bisik karyawan yang didengarnya namun Hengki tak mempedulikannya, Hengki terus berjalan dan membawa Nita ke mobilnya.

Hengki selalu melirik ke arah Nita, ia merasa tidak asing dengan wajah wanita ini tapi di mana ia pernah bertemu, Hengki tidak bisa mengingatnya.

Setelah sampai di rumah sakit, dokter memeriksa keadaan Nita.

“Bagaimana keadaannya dok?” tanya Hengki

“Selamat ya pak, istri bapak sedang mengandung dan badannya lemas jadi menyebabkan dia pingsan” jawab dokter

“Maksud dokter hamil?” Hengki terkejut

Apa mungkin wanita yang ditolongnya adalah istri seseorang dan dia sedang hamil.

“Iya pak, usia kandungannya 6 minggu. Tolong dijaga kesehatan istrinya pak karna usia kandungan yang masih muda rentan jangan terlalu lelah”

“Tapi dia bukan istri saya dok dia hanya karyawan saya” jelas Hengki yang merasa tidak enak karna menyebutnya sebagai istrinya

Dokter itu terkejut dan langsung meminta maaf pada Hengki

“Maaf pak saya kira ini istri bapak” ucap dokter merasa tidak enak

“Tidak apa-apa dok”

“Sebentar lagi pasien akan bangun, kalau begitu saya permisi dulu kalau ada apa-apa bisa panggil saya”

“Iya dok, terima kasih”

“Sama-sama”

Dokter pun keluar dari ruangan Nita dirawat.

Nita membuka matanya, ia melihat sekelilingnya merasa bahwa ia tidak sedang berada di tempat sebelum ia pingsan.

“Aku di mana” ia melihat seseorang sedang duduk tapi tidak terlalu jelas wajahnya

“Kamu di rumah sakit tadi kamu pingsan” jawab Hengki

“Pak Hengki” Nita terkejut bahwa orang yang menolongnya adalah bosnya sendiri “Bapak yang menolong saya?”

Hengki mengangguk.

“Terima kasih pak sudah menolong saya”

“Oh iya kata dokter bilang kamu jangan terlalu lelah karna usia kandungan kamu masih rentan”

“Kandungan?”

“Iya, apa kamu belum tahu kalau kamu sedang mengandung?”

Nita menggelengkan kepalanya.

“Jangan bilang kamu-“

Seakan mengerti apa yang dipikirkan sang bos, Nita langsung menyangkalnya.

“Saya sudah bersuami pak, tapi saya memang belum tahu karna saya kira hanya masuk angin dan tidak memeriksanya” jelas Nita

Hengki tidak menjawab ucapan Nita, ia mendengarkan namun tak ada niat untuk menanggapinya.

“Mau ke mana?” Hengki melihat Nita bangun

“Saya mau pulang pak, ini juga sore pasti orang rumah khawatir”

“Tapi kamu masih belum pulih, biar aku yang mengabari keluargamu aku juga sudah menyuruh asistenku untuk membawakan tas kamu sebentar lagi dia akan datang”

“Tidak perlu pak, saya akan menunggu asisten bapak lalu pulang kondisi saya juga sudah baik-baik saja istirahat di rumah juga sudah lebih baik nanti”

“Terserah kamu saja”

Hengki tidak mau memaksa lagi.

Beberapa menit kemudian Tino datang membawa tas milik Nita.

“Ini tasnya pak” Tino memberikan tas itu pada Hengki

“Ini tas kamu, apa kamu yakin ingin pulang kondisi kamu belum pulih total”

“Tidak apa-apa pak saya hanya sedikit pusing”

Ketika Nita berjalan ia merasa kepalanya masih pusing dan hampir terjatuh beruntung Hengki sigap menangkap tubuh Nita.

“Sudah aku bilang kamu masih belum pulih kenapa keras kepala”

“Saya masih bisa pak” Nita masih memaksa untuk pulang

“Tino antarkan dia pulang”

“Tidak perlu pak, saya bisa naik taksi saya tidak mau merepotkan bapak lagi”

“Ini bukan penawaran tapi ini perintah sudah ikut saja daripada kamu pingsan di tengah jalan”

“Benar nona”

“Ya sudah”

Nita pun mau diantarkan pulang oleh Tino.

Sesampainya di rumah, Nita langsung turun dari mobil. Di depan rumah sudah ada Surya yang sedang menunggu Nita dengan cemas.

“Mas”

“Sayang kamu kenapa? Kenapa kamu pulangnya telat? Terus dia siapa? Mobil siapa?” deretan pertanyaan dilontarkan Surya pada Nita

“Mas tanyanya nanti saja kalau sudah di kamar, aku pusing dengar pertanyaan kamu”

Surya menuntun sang istri masuk ke dalam rumahnya.

Nita berbaring dan Surya duduk di sampingnya.

“Sekarang kamu jawab pertanyaan aku”

“Iya aku akan menjawab pertanyaan kamu, aku pingsan di kantor saat sedang ke toilet dan yang menolong aku itu bos aku jadi dia membawa aku ke rumah sakit, aku memaksa pulang karna aku tahu kamu pasti khawatir jadi aku memaksa pulang. Bos aku menawarkan untuk diantar dengan sopirnya jadinya aku terpaksa di antar” jelas Nita

“Kamu sakit? Kenapa tidak bilang sama aku”

“Aku hanya pusing saja mas, tadi juga mual di kantor dan kamu harus dengar berita ini”

“Berita apa sih” Surya terlihat penasaran

Nita mengambil tangan Surya dan menaruhnya di perutnya “Kamu akan menjadi ayah” ucap Nita

“Sa-sayang kamu tidak bohongkan?” Surya tak menyangka bahwa kini benihnya tumbuh

“Tidak mas, aku tidak bercanda di sini sudah ada anak kita” ucap Nita bahagia

Surya langsung memeluk Nita dan mencium kening sang istri “Terima kasih sayang, aku akan menjadi ayah aku tidak menyangka” Surya merasa sangat bahagia karna keinginannya selama ini untuk segera memiliki anak akan terwujud

“Iya mas, aku juga senang banget ternyata Tuhan memberi kepercayaan untuk kita”

“Baik-baik ya di perut mamah jangan buat mamah sakit lagi biar mamah bis jaga kamu, papah tidak sabar mau gendong kamu” Surya mengelus perut Nita lalu menciumnya

“Kamu ada-ada saja mas, ini masih usia 6 minggu, sabar dong mas”