" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
speed boat
Pamungkas memperhatikan speed boat berwana kuning yang sedang berputar putar di telaga itu.
Ia duduk ditepian telaga sembari menunggu.
" Kok ndak ikut mas?" tanya bapak bapak duduk disamping Pamungkas, sepertinya juga salah satu pengunjung.
" Mboten (tidak) pak.." jawab Pamungkas pada laki laki yang usainya sepantaran kakaknya Adi itu.
" Saya juga, biar istri sama anak anaklah..
sudah tua, jantung ndak kuat mas.. orang nyetir perahunya kencang begitu.." ujar si laki laki yang duduk santai di samping Pamungkas itu,
Pamungkas hanya tersenyum sopan, lalu kembali memperhatikan speed boat yang di tumpangi Ratih.
" Cantik istrinya mas.. kelihatan masih muda sekali, usia berapa??" tanya si bapak begitu saja.
Pamungkas tertunduk sejenak sembari tersenyum tipis,
" keponakan saya pak, usianya sudah dua puluh lima tahun.."
" Lho? ponakan? serius ini mas?"
Pamungkas mengangguk sembari tersenyum, lagi lagi senyum seadanya.
" Saya kira suami istri mas.. owalah..
jadi momong tho ini??" si bapak tertawa lebar.
" Nggih pak.." Pamungkas bangkit, dan mengambil rokoknya dari saku celana.
Dari kejauhan speed boat yang di tumpangi Ratih mendekat, dan akhirnya bersandar.
" Om.." panggil Ratih turun dari speed boat dan berjalan mendekat,
wajahnya pucat, kakinya gemetar.
" Eh?!" Pamungkas menangkap Ratih yang hampir saja jatuh.
" Rasanya jantungku mau copot om.." keluhnya berpegangan di lengan Pamungkas,
sementara rambutnya acak acakan.
" Aduh.. sebentar om, biar kutenangkan diriku.." Ratih menyandarkan kepalanya di dada Pamungkas.
Pamungkas terdiam, ia tak mungkin menolak saat keponakannya itu menyandarkan diri kepadanya.
Dari kejauhan Pamungkas melirik bapak bapak yang tadi duduk disampingnya, ia merasa tidak nyaman dengan posisi mereka sekarang.
Namun bapak bapak itu hanya tersenyum saja saat Pamungkas meliriknya.
" Sudah?" tanya pamungkas,
" Aku mau kembali ke hotel om, kepalaku pusing.." ujar Ratih,
" bisa jalan?" tanya Pamungkas mengintip wajah yang masih bersandar di dadanya itu.
" Bisa om.." jawab Ratih mengangguk,
Keduanya berjalan kembali ke arah hotel.
Di sepanjang jalan Ratih terlihat lemas,
" Apa kau tidak bilang pada sopir speed boatnya untuk pelan pelan saja?"
" sudah om.. tapi dia langsung tancap gas.."
" mau kumarahi juga tidak mungkin, karena kau sendiri yang ngotot naik.."
" aku cuma kaget om..",
Pamungkas dan Ratih akhirnya sampai di hotel, keduanya naik ke lantai dua,
" apa yang kau inginkan atau perlukan akan ku belikan?" tanya Pamungkas di depan pintu kamar Ratih,
" tidak om, pakai minyak kayu putih saja sudah enakan,"
" kau yakin?"
" iya om.." Ratih mengangguk,
" ya sudah.. chat om kalau ada yang ku butuhkan, segera tidurlah.." ujar Pamungkas menjauh dan kembali ke kamarnya, meninggalkan Ratih yang masih berdiri disamping pintu.
Entah apa yang ia tunggu di samping pintu dan tidak segera menutupnya, perempuan itu terlihat pucat dan terlihat menahan sakit di kepalanya.
Mobil mini bus berwarna hitam itu berhenti di depan pagar rumah keluarga Ratih.
" Lho.. mas Arga..? mbak Ratih ndak ada mas.." Mak Karso menyambut suami Kinanti itu sembari membuka pagar.
" Jangan bohong mak?" Arga tak percaya, laki laki itu terlihat tidak sabar,
" saestu (serius) mas.. mbak Ratih sedang pergi, sudah dua hari.."
" kemana mak??" tanya Arga dengan wajah menahan marah.
" Mau Ratih kemana itu bukan urusanmu!" terdengar suara seorang laki laki keluar dari dalam rumah.
" Ratih itu masih istri saya mas?!" sahut Arga dengan nada tak kalah tinggi,
" Istrimu?! tidak tau diri sekali kau! masih berani berkata seperti itu! pergi sana! papa mama tidak sudi melihat wajah orang yang sudah menyakiti putrinya!"
" Mas Hendra jangan ikut campur urusan rumah tangga kami?!"
" Ratih adik kandungku mana mungkin aku tidak ikut campur!!" Hendra berjalan menuju pagar.
" Jangan di buka pagarnya mak!" tegas Hendra,
" Pergi! jangan harap kau bisa membawa adikku pulang kerumahmu lagi!
kalau kau tidak terima silahkan tuntut kami! tapi kami juga tidak akan segan segan untuk membawa perselingkuhan mu ke jalur hukum juga!
biar kau di proses!"
Kata kata Hendra membuat Arga diam, laki laki itu terlihat geram, ia menendang pagar dengan keras kemudian berjalan masuk kembali ke mobilnya.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆