Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alex Olsen
Keira membeli sebuket bunga mawar putih di toko bunga tak jauh dari apartement. Setelah itu dia pergi ke suatu tempat. Tanpa ia sadari sejak tadi ada yang mengikutinya dari belakang.
“Mau ke mana dia?” gumam orang tersebut, mengikuti mobil Keira. “Dia membeli bunga, apakah bunga itu untuk kekasihnya?” Pikir orang tersebut yang tak lain adalah Logan. Niat hati ingin menemui Keira tapi ia malah mendapati wanita itu membeli bunga.
Setelah 20 menit mengemudi, Keira memarkirkan mobilnya di area parkir pemakaman di Kota tersebut. Keira keluar dari mobil, membawa buket bunga tersebut lalu memasuki area pemakaman.
Logan mengerutkan alis, heran kenapa wanita itu berhenti di pemakaman? Atau mungkin wanita itu ingin ke makam kedua orang tuanya? Begitu pikir Logan, karena yang ia tahu kedua orang tua Keira sudah tiada. Karena rasa penasarannya begitu besar, ia memutuskan turun dari mobil, mengikuti Keira secara diam-diam.
Dari arah kejauhan, Logan melihat Keira berdiri di depan sebuah makam. Wanita itu terlihat membersihkan sekitar makam itu lalu meletakkan sebuket bunga mawar putih di atas batu nisan.
Keira memandang nama yang tertera di batu nisan tersebut. Air matanya mengalir deras membasahi pipi.
“Alex Olsen.” Itulah nama yang tertera di batu nisan tersebut yang tak lain adalah makam putranya.
“Halo, Alex, apa kabar?” tanya Keira seraya mengusap air matanya. Ia kembali teringat peristiwa itu saat ia kehilangan putranya yang berusia 1 bulan. Alex lahir prematur saat usia kandungannya 7 bulan. Dokter sudah berusaha keras menolong Alex tapi takdir berkata lain. Paru-Paru Alex belum matang, hal itulah yang membuat bayi malang itu tidak bisa bertahan lama di dunia ini.
“Mommy merindukanmu, Anak surgaku,” lirih Keira seraya menangkup wajahnya yang berlinang air mata. Masih teringat jelas di ingatannya saat pertama kali menggendong bayinya, mendengar suara tangis bayinya untuk pertama kali. Hal paling menyakitkan di dunia ini adalah ketika kita kehilangan orang yang kita cintai untuk selamanya.
Menjadi Keira tidaklah mudah, saat hamil Alex ia berjuang sendirian, tidak memiliki teman, tidak memiliki keluarga. Ia harus bekerja keras menjadi buruh cuci piring di salah satu restoran seafood untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi ia juga harus berjuang keras menghindar dari kejaran pamannya. Beruntung saat itu ia bertemu dengan Bibi Jolie, dan Henry, mereka berdua yang membantunya melaporkan pamannya ke kantor polisi. Dan akhirnya pamannya itu di penjara untuk waktu yang sangat lama.
Keira selalu datang ke makam putranya setiap seminggu sekali. Setelah selesai berdoa, Keira beranjak pergi.
Logan buru-buru bersembunyi, agar kehadirannya tidak ketahuan Keira.
Setelah Keira tidak terlihat, Logan keluar dari persembunyian, lalu menuju makam tersebut.
“Alex Oslen?” gumam Logan, melihat nama yang tertera di batu nisan tersebut. “Siapa dia?” Logan bertanya-tanya di dalam hati. Rasa penasarannya semakin membuncah, ia harus mencari tahu tentang makam ini.
*
*
“Nona kecil, ayo makan sedikit saja,” ucap Bibi pelayan, membujuk Mia. Gadis kecil itu sejak siang tadi tidak mau makan. Ia khawatir kalau Mia nanti sakit.
“Aku tidak mau!” jawab Mia, seraya mendorong piring yang di pegang Bibi pelayan.
“Nona kecil mau makan apa? Biar Bibi buatkan.” Bibi pelayan tidak menyerah, ia terus berusaha membujuk Mia.
“Aku hanya ingin Bu Guru cantik!” jawab Mia, cemberut, tidak berselang lama ia kembali menangis histeris.
Bibi pelayan jadi semakin bingung. Ia meletakkan piring yang ia pegang ke nakas, lalu membawa gadis kecil itu ke pangkuannya. “Nona kecil yang sabar ya. Daddy sedang berusaha membujuk Bu Guru cantik,” ucapnya, berusaha menenangkan gadis kecil itu.
“Tapi, kenapa lama sekali, Bi? Ini sudah malam tapi Daddy tidak kunjung pulang. Apa Daddy gagal membujuk Bu Guru cantik?” tanya Mia di sela tangisannya.
“Mia berdoa saja ya semoga Daddy berhasil membujuk Bu Guru cantik.” Hanya kalimat itu yang bisa Bibi pelayan ucapkan untuk menenangkan Mia.