Calia Averie Katarina, seorang model berbakat yang selalu disebut sebagai figuran.
Pengkhianatan yang ia terima dari sang kekasih membuat Calia terikat dalam sebuah pernikahan bersama pria yang baru saja ia kenal, Ronan Lysander. Pria sederhana berprofesi sebagai kurir yang mendapatkan pengkhinatan yang sama dari tunangannya.
Namun siapa sangka, pria yang selalu melakukan pekerjaan sebagai kurir itu menyimpan rahasia besar.
Ketika Calia menunjukkan kepada publik bahwa ia bisa menjadi model sesungguhnya, Ronan menunjukkan identitas aslinya dan membuat rahasia dibalik pernikahan mereka terungkap. Lalu, bagaimana dengan nasib pernikahan mereka?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Terimalah Suamiku
Untuk pertama kalinya Ronan melihat raut penyesalan terlukis di wajah Retha. Wanita itu menundukkan kepala, mengucapkan kata maaf secara berulang bahkan sampai menitikkan air mata dari sudut matanya. Wajah cantiknya menyiratkan kepiluan serta kesedihan mendalam. Akan tetapi, hal itu tidak membuat Ronan memberikan simpati sedikitpun.
"Aku hanya seorang kurir, dan aku tidak pantas berada di dekatmu yang seorang model terkenal,"
Kalimat yang baru saja Ronan ucapkan membuat wajah Retha terangkat cepat, tertohok dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia sadar, kalimat itulah yang pernah ia ucapkan pada Ronan kala itu.
"Aku sadar akan posisiku, Retha. Aku tak pantas," ucap Ronan.
"Tidak!" Retha menggeleng kuat, nyaris menangis.
"Aku minta maaf, saat itu aku benar-benar terhanyut dengan apa yang sudah aku dapatkan. Aku lupa bahwa dari kamulah aku bisa mencapai semuanya, aku,,, minta maaf,"
"Beri aku kesempatan untuk memperbaiki diri, Ronan. Kumohon,"
Retha melangkah mendekat, kembali mengulurkan tangan untuk meraih tangan mantan tunangannya. Akan tetapi, Ronan mengangkat satu tangannya, meminta Retha untuk berhenti mendekat sekaligus sebagai permintaan agar Retha tidak menyentuhnya lagi.
"Aku berharap kamu bisa bahagia bersama orang yang kamu pilih," ucap Ronan.
"Apakah kamu benar-benar sudah tidak mencintaiku lagi, Ronan?" tanya Retha.
"Aku mencintai istriku, dan hanya dia satu-satunya wanita yang kucinta saat ini," jawab Ronan.
"Secepat itukah kamu melupakan semua tentang kita?" sambut Retha tak percaya.
"Karena istriku pandai merawat luka yang kau tinggalkan," tandas Ronan.
Retha tercekat. "Tapi aku..."
"Kalaupun aku memaafkanmu, aku tetap tidak bisa berteman denganmu, istriku tidak akan menyukainya, permisi," potong Ronan cepat.
"Wanita yang kamu sebut istri justru datang ke hotel untuk bertemu pria lain, benar bukan? Kamu bahkan mengantarnya. Apakah kamu yakin dia mencintaimu sebesar kamu mencintainya?" ucap Retha.
Ronan tersenyum samar sebelum menjalankan sepeda motornya tanpa menghiraukan apa yang baru saja ia dengar. Ia bahkan mengabaikan ketika Retha berteriak memanggil namanya.
Namun, satu hal yang tidak Ronan tahu adalah, Retha segera menghapus air mata yang membasahi pipinya sembari menatap kepergian Ronan dengan perasaan kesal.
"Breng*sek," umpat Retha.
Ekspresi wajah Retha berubah dalam sekejap, tidak ada lagi kepiluan serta kesedihan yang terlukis di wajah cantik itu selain rasa kesal yang sejak awal sudah ia tahan. Terutama saat melihat bagaimana reaksi Ronan yang begitu menghindari dirinya.
"Aku mulai bosan jika harus terus mendekatinya seperti ini. Kenapa aku harus mengemis pada seorang kurir?" gerutu Retha.
Pandangan Retha beralih pada hotel yang ada di sana, melangkah masuk dengan langkah cepat untuk mengejar Calia hingga ia melihat Calia masuk ke dalam lift yang akan membawa wanita itu ke lantai ketiga teratas dari hotel itu.
Tanpa berpikir dua kali, Retha masuk ke dalam lift berbeda menekan tombol yang akan membawa wanita itu ke lantai yang sama dengan Calia. Dalam benaknya ia bertanya-tanya, siapa yang akan Calia temui di hotel? Dan itu di lantai kamar yang dikenal dengan kamar termewah.
Dalam jarak beberapa meter, Retha melihat Calia melangkah mendekat pada pintu kamar hotel yang di jaga oleh seorang pria berjas hitam, melihat bagaimana pria berjas itu membungkuk hormat saat Calia datang tanpa bisa mendengar apa yang pria itu ucapkan.
"Nyonya Muda,"
Pria berpakaian setelan jas hitam segera menyambut kedatangan Calia begitu wanita itu sampai di depan salah satu pintu kamar hotel, lalu membungkukkan sedikit badannya dengan senyum tipis di bibirnya.
Pria berjas hitam yang Calia kenali sebagai bodyguard dari orang yang sangat ia kasihi. Bagaimana cara bodyguard itu menyapa cukup untuk membuat Calia tahu bahwa semua orang yang berada di kediaman sang kakek sudah mengetahui bahwa dirinya telah menikah.
Sebelum Calia memiliki kesempatan untuk memberikan jawaban, pintu dari kamar hotel itu terbuka, memperlihatkan sosok pria lanjut usia dengan sisa kegagahan yang tak sirna dari wajah tampannya.
"Kakek..."
Tanpa aba-aba, Calia menghambur ke dalam pelukan pria lanjut usia itu yang segera menyambutnya dengan suka cita.
Pria yang diperkirakan berusia lebih dari enam puluhan itu tersenyum penuh kasih, mengusap lembut punggung cucu kesayangannya sebelum melerai pelukan dan membawa Calia masuk ke dalam tanpa menyadari Retha yang berada dalam jarak beberapa meter dari mereka melihat semua yang dilakukan Calia.
"Ternyata kau menjadi simpanan pria tua kaya raya, pantas saja kau bisa membuka kantor sendiri tanpa kesulitan," cibir Retha tersenyum remeh.
"Kau pasti menerima banyak uang dari pria tua itu. Sungguh menjijikan!"
Retha memotret sebanyak yang bisa ia dapatkan adegan Calia memeluk pria tua itu serta saat Calia masuk ke dalam kamar. Tersenyum puas begitu melihat hasil foto yang ia dapatkan.
"Bersiaplah untuk menanggung malu di depan semua orang saat acara fashion show nanti,"
Retha menyeringai tipis, segera berbalik pergi meninggalkan hotel dengan senyum puas setelah mengetahui rahasia Calia. Sementara Calia kini tengah duduk berhadapan dengan sang kakek ditemani secangkir teh favorit sang kakek.
"Kenapa Kakek memintaku datang sendirian?" tanya Calia.
"Apakah kamu datang kemari sendirian?" Tuan Sander balas bertanya.
Calia menggeleng. "Suamiku yang mengantarku kemari, dan dia juga akan datang menjemput jika aku sudah selesai,"
Tuan Sander mengangguk sambil tersenyum, meraih cangkir teh di depannya, lalu menyesapnya.
"Tidak adakah yang ingin kamu katakan pada pria tua ini, sweetheart?" tanya Tuan Sander seraya meletakkan cangkir ke meja.
Calia terdiam sejenak, menyesap kembali teh yang masih berada di tangannya dan meletakkan cangkir itu di meja.
"Aku... Minta maaf karena menolak perjodohan. Kakek tahu bahwa aku tidak akan menikah dengan orang yang tidak aku cintai bukan?" ucap Calia.
"Tapi kamu menikah dengan orang yang baru kamu kenal disaat kamu mencintai Max Morgen," ucap Tuan Sander.
"Kakek sudah mengingatkanmu bahwa Max Morgen bukan orang yang pantas kamu cinta, tapi kamu tidak mau mendengar. Dan sekarang kamu justru menikah dengan pria kurir itu," sambungnya tersenyum remeh.
"Kek...!"
Tanpa sadar, Calia meninggikan suaranya. Tidak terima seseorang meremehkan suaminya meski itu adalah kakeknya sendiri.
"Ronan berbeda, dia mencintaiku dan aku mencintainya. Aku bersalah karena membela Max waktu itu, tapi kali ini berbeda. Ronan sudah menunjukkan bahwa dia mencintaiku dengan tulus. Dia bahkan membantuku membangun agensiku sendiri," ungkap Calia.
"Tapi dia seorang kurir, sweetheart," sahut Tuan Sander.
"Sejak kapan Kakek memandang seseorang berdasarkan status dan kedudukan?" balas Calia.
Tuan Sander menghembuskan napas panjang, menyembunyikan senyum di balik wajah tuanya saat melihat wajah frustasi cucu kesayangannya.
"Kek, kumohon... Untuk kali ini, terimalah suamiku di keluarga kita," pinta Calia.
. . .
. . . .
To be continued...