Merebut Cinta Suamimu

Ketukan high heels itu terdengar jelas seiring langkahnya saat menyentuh lantai lobby menuju lift perusahaan. Berjalan dengan wajah yang terangkat, pagi ini Selena datang ingin menemui Reagan.

Sepanjang malam tadi, wanita itu terus dihantui bayang-bayang Reagan yang tengah bersama wanita lain. Suaminya tidak pulang, nomor ponselnya bahkan dimatikan. Selena menarik napas, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya menunduk hormat, tapi Selena hanya mengabaikannya.

Selena masih meyakinkan dirinya sendiri jika di ruang kerja Reagan nanti ia menemukan keberadaan suaminya itu. Reagan tidak mungkin berselingkuh di belakangnya, suaminya itu berada di perusahaan karena memang Reagan adalah pria yang gila bekerja.

Akan tetapi, ketika Selena kembali mengingat foto-foto yang sudah orang suruhannya kirimkan. Wajahnya berubah mengeras, ia juga merasa kesal terhadap wanita liar yang berani sekali ingin menggoda Reagan.

Denting lift berbunyi ketika sudah tiba di lantai ruang kerja Reagan. Selena langsung melangkah keluar, ia terlihat tidak sabar ingin segera bertemu dengan suaminya itu. Namun, baru selangkah Selena berhasil berjalan, netranya mendapati seorang office girl yang berjalan menuju ruangan Reagan.

Selena merasa mengenal punggung itu, mirip dengan seseorang yang pernah ia lihat. Dan ketika office girl tersebut menyamping hendak mengetuk pintu ruangan president, Selena seketika berdecak kesal. Ternyata Amanda!

"Hei! Wanita dekil!" serunya lekas yang membuat Amanda langsung menoleh padanya. "Apa yang kau lakukan di sini, hah??" tanya Selena setelah berdiri di hadapan Amanda. Wanita itu memberikan tatapan sinis dan bisa melihat jika Amanda sedang membawa secangkir kopi. Pasti itu untuk Reagan-suaminya.

"Kau pasti ingin menggoda suamiku, kan?" Selena mencibir, ia juga tertawa remeh pada Amanda. Selena masih ingat jika wanita yang sering ia panggil si buruk rupa di hadapannya ini berniat ingin merebut cinta suaminya. Selena lagi-lagi tertawa, mimpi Amanda terlalu tinggi menurutnya. "Kau pikir bisa membuat Reagan melihatmu jika kau terus membuatkan kopi untuknya? Jangan bermimpi. Kau bukanlah cinderella. Kau hanya wanita miskin yang buruk rupa."

Amanda tak menjawab, bukan dirinya tak sakit hati atas hinaan yang Selena berikan. Genggaman tangannya pada nampan yang ia bawa bahkan sudah menguat. Namun Amanda sadar, saat ini beberapa pasang mata telah tertuju pada mereka.

Beberapa ruangan karyawan yang bersekat dinding kaca gelap di lantai president ini tengah membuka matanya memperhatikan ia dan Selena, Amanda juga sempat bertemu pandang dengan asisten pribadi Reagan yang duduk di kursi kerjanya. Amanda tak ingin memancing keributan, apalagi sampai terdengar oleh Reagan. Sungguh Amanda sangat tidak menyukai dirinya jadi pusat perhatian.

Amanda menjatuhkan pandangannya di hadapan Selena. Ia tak ingin meladeni wanita itu dan memilih mengetuk pintu ruangan president. Amanda masuk untuk mengantarkan kopi Reagan.

Selena yang melihat dirinya diabaikan tentu saja semakin merasa kesal. Terlebih yang mengabaikannya adalah seorang Amanda. Kurang ajar sekali! Wanita buruk rupa itu semakin berani dengannya setelah tempo hari di pertemuan terakhir mereka, Amanda mendapatkan pembelaan dari Lucas yang melerai pertengkaran mereka.

"Sayang?" seru Selena manja saat juga masuk ke dalam ruangan Reagan. Ia sengaja melakukannya agar Amanda yang tengah mengantarkan kopi di ruangan suaminya itu mendengar.

Selena dengan cepat melewati Amanda dan menghampiri suaminya. Wanita itu ingin memberi pelukan serta ciuman pada Reagan, meski sudah menerima tatapan dingin dari Reagan, kali ini Selena tak perduli.

"Aku merindukanmu," ucap Selena dengan memeluk suaminya yang tengah duduk. Ciuman Selena juga lagi-lagi hanya mampu mendarat pada pipi pria itu, karena Reagan yang membuang wajahnya halus seraya meletakkan tablet di atas meja.

Amanda bisa melihat itu semua, dan tak bisa dibohongi ada sesuatu yang menggangu perasaannya kala melihat Selena mendekap Reagan. Padahal pria itu adalah suaminya, Selena berhak melakukan apa saja. Amanda menarik napas pelan, berusaha menyingkirkan perasaan yang ia tahu ini adalah rasa cemburu.

"Kita masih perlu membahas hal yang penting."

Suara Lucas itu membuat Selena melerai pelukan dari suaminya dan memperhatikan sekitar. Sepertinya Reagan dan Lucas tengah membahas masalah pekerjaan. Khawatir akan membuat Reagan lebih kesal, Selena akhirnya mengalah dan segera mengambil duduk di sofa yang lain dengan helaan napas kasar.

"Kau hanya membawakan satu kopi?" Selena bersuara ketika melihat Amanda hanya meletakkan satu gelas kopi dan itu pasti untuk Reagan. "Kau tidak lihat di sini ada berapa orang?" Selena menatap pada Amanda dengan tajam. Wanita dekil ini ternyata benar-benar berniat ingin menggoda Reagan, sinis Selena dalam benaknya.

"Anda menginginkan sesuatu, Tuan Lucas? Saya akan membawakannya."

Selena berdecih saat Amanda bertanya seperti itu. "Kau hanya bertanya pada Lucas? Selain tidak becus bekerja rupanya kau juga hanya ingin menggoda, ya? Dasar perempuan gatal!" Hina Selena pada Amanda karena wanita office girl itu terlihat sekali mengabaikan kehadirannya.

"Aaah maaf... Saya lupa jika Anda sangat membutuhkan air untuk mencuci bersih mulut Anda, Nyonya Selena." Amanda tak bisa menahan diri lagi atas ucapan Selena. Ia berkata sarkas, terlebih perasaan tidak sukanya karena melihat Selena yang memeluk Reagan masih ada.

Mendengar jawaban Amanda yang berani terhadapnya jelas semakin memancing amarah Selena. Ia meraih cepat gelas kopi Reagan dan menyiramnya langsung ke wajah wanita yang begitu kurang ajar padanya. Sudah lama sekali ia ingin membalas tindakan Amanda yang dulu pernah menyiram dirinya.

"Rey!!" Selena terkesiap ketika kopi yang ingin ia tujukan kepada Amanda kini sudah membasahi punggung suaminya. Jas Reagan menjadi kotor.

Tindakan Selena yang sudah meraih gelas kopi bertepatan dengan Reagan yang berdiri dari duduknya. Pria itu membelakangi Selena, berdiri dengan berjarak dari Amanda yang wajahnya begitu terkejut.

Begitu juga dengan Lucas. Ia sangat kaget dengan tindakan bar-bar yang Selena lakukan. Lucas menatap semuanya, terutama pada sahabatnya yang kini memasang wajah semakin dingin ketika berbalik menatap pada Selena.

"Kau datang hanya ingin menyiramku?" tanya Reagan datar. Membuat Selena segera meletakkan gelas kembali ke atas meja dan menatap Reagan tidak nyaman. Pria itu kini pasti sangat marah padanya.

"Aku tidak bermaksud begitu, Sayang. Aku tadi ingin menyiramnya." Selena mendekat pada suaminya dan memeriksa tumpahan kopi yang mengotori jas Reagan. Ia juga sempat melotot ke arah Amanda yang berdiri tidak jauh di belekang tubuh Reagan. Gara-gara Amanda, ia jadi memancing kekesalan suaminya. "Ini sangat kotor. Aku akan mengambil jas yang baru untuk mu."

Selena hendak beranjak, tujuannya adalah ruang pribadi Reagan. Namun belum sempat Selena beranjak, Reagan sudah membuka jasnya dan menyerahkannya pada Selena tanpa suara.

Selena menyangka jika Reagan memintanya untuk sekalian membawa pergi jas yang sudah ternoda kopi itu.

"Bersihkan." Alis Selena terangkat kala mendengar satu perintah yang lolos dari mulut Reagan untuknya. "Aku masih ingin memakainya seharian."

Bukan hanya Selena kini yang dibuat makin bingung, Lucas juga demikian. Pria itu tidak habis pikir dengan ucapan Reagan, sahabatnya itu masih ingin menggunakan jasnya yang kotor. Lucas menggeleng, begini kah cara Reagan ingin menyingkirkan Selena dari hadapannya. Astaga! Lucas hanya bisa menggeleng tak percaya.

Karena tidak ingin membuat Reagan semakin marah padanya, Selena mau tak mau melakukannya, dengan hati kesal dan menatap tajam Amanda, wanita berbisa itu berlalu membawa jas Reagan.

Setelah kepergian Selena, Reagan kini berbalik dan menatap pada Amanda. Sesaat keduanya saling pandang, menikmati getaran yang semakin hari malah semakin menjadi, mengabaikan keberadaan Lucas yang wujudnya masih lah ada di sana.

Amanda mengulum senyum, ia menunduk karena mengerti maksud tatapan pria itu. Sebenarnya Amanda ingin tertawa, Reagan meminta Selena membersihkan jasnya dari noda kopi dan mengatakan ingin memakainya seharian. Amanda jadi mengingat perkataan pria itu pagi tadi ketika mereka bangun dari tidur bersama.

"Aku tidak ingin berganti pakaian. Jas ini terasa hangat karena sudah memelukmu semalaman."