kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berbeda
Keadaan Alya sudah tenang, Rafa membantu Alya memasang kembali pakaian nya, Rafa juga merapikan rambut Alya.
"huus berhentilah menangis Al"
"maafkan saya Al, saya tidak bisa memahami kamu"
"aku hanya ingin sehari saja istirahat dari aktivitas di atas ranjang mas, besok kau bisa datang lagi setelah aku pulih, aku tau kau memiliki hak atas tubuh ku , tapi aku pun tidak bisa memaksa jika ia yang lelah"
"maafkan saya" Rafa kembali memeluk tubuh sang istri, mengusap punggung yang masih bergetar menahan tangis
"kamu sudah makan Al"
"belum"
"ya sudah kita makan dulu"
"kamu belum makan juga mas?"
"iyaa"
"kamu nggak ke rumah mbak Naila"
"tadi saya ke sana tapi istri saya nggak ada di rumah, jadi saya langsung ke sini"
"tapi aku belum memasak apapun mas"
"saya akan pesan makanan saja"
...
Alya terus mencuri pandang dengan Rafa , ini kali pertama pria itu mau makan semeja dengan nya.
"dimakan Al, jangan liatin saya terus"
"i__iya mas" wanita itu jadi salah tingkah karena ketahuan memandangi suaminya sendiri.
"Besok kamu mau kuliah "
"iya mas"
"emm, Gimana kabar ibu kamu"
"Alhamdulillah keadaan ibu mulai membaik mas, ibu sudah di operasi sedang masa pemulihan saja"
"syukurlah"
"Al jangan lupa jaga baik rahasia kita ini, jangan sampai ada yang tau, kamu tau kan konsekuensinya jika ada yang Tau tentang kita "
"ii__iya mas"
Alya mencuri piring sedangkan Rafa membersihkan diri, kali ini pria itu tidak memasang baju kerjanya lagi, ia mengambil kaus oblong di lemari juga celana training.
Alya di buat tertegun dengan Rafa yang sudah tidur terlentang di atas ranjang
"m__mas, Kenapa nggak pulang"
"kamu ngusir saya Al"
"enggak bukan gitu mas, bukannya mas janji malam ini__"
"kamu tenang saja Al, saya hanya ingin tidur di sini malam ini, Naila baru mengabari saya, kalo sekarang Naila menjenguk adiknya yang baru pulang dari pondok pesantren"
"ooh" dengan langkah ragu Alya mendekat, ia tidak langsung tidur tapi duduk di pinggir ranjang, terlalu gugup rasanya, apa lagi sejak tadi Rafa tidak henti henti memandanginya
"Kamu mau duduk di situ aja, atau mau tidur di samping saya"
Alya yang memang sejak tadi melamun jelas terkejut dengan suara Rafa yang tiba-tiba
"i__iya mas"
Alya akhirnya tidur membelakangi Rafa, Alya tidur sejauh mungkin dari Rafa, sedangkan guling ia letakkan di tengah tengah
hembusan nafas panjang terdengar jelas keluar dari bibir Rafa , rafa memindahkan guling yang menjadi penghalang di antara ia dan Alya di balik tubuhnya, Rafa menggeser tubuhnya dan menarik Alya untuk lebih dekat dengannya
Alya hanya mampu membelalak matanya, setelah tangan kekar Rafa melingkar sempurna di perutnya
"kamu bisa jatuh jika tidur di sana, kamu tenang aja Al, malam ini kamu tidak akan saya makan"
"kenapa tidur jauh dari saya Hem"
"t__tidak papa mas'
"kenapa __kamu takut dekat dekat dengan saya, kita bahkan sudah melakukan hal lebih dari sekedar tidur bersama"
Rasanya sangat susah untuk sekedar menelan salivanya sendiri, entah rasa gugup apa yang Alya rasakan sekarang, Rafa hanya memeluknya tapi rasanya beda, padahal Rafa benar--mereka bahkan sudah melakukan hal lebih dari sekedar tidur berpelukan.
"Saya punya adik seusia kamu Al"
"Hem"
"saya punya adik perempuan seusia kamu, namanya Raisa, apa kamu mengenal nya"
"Caca?"
"iyaa,nama panggilannya Caca, kamu mengenal nya Al"
"Hem, dia gadis beruntung, cantik, punya masa depan yang cerah , gak seperti saya, harus rela menjual diri demi bisa membuat keluarga nya tetap hidup"
"itu lah nasib Al, kita gak bisa memilih ingin lahir dari keluarga seperti apa, adik saya memang lebih beruntung,ia lahir dan besar di keluarga kami, tapi kamu juga beruntung, di berikan hati yang lapang menerima semua ini"
Alya diam dalam keheningan, sesaat suasana di kamar itu berubah
"rencananya kamu mau ngapain setelah lulus nanti Al"
"kerja--mas"
"iya kerja apa "
"apapun yang sesuai dengan keahlian saya, kalo pun tidak juga gak papa, saya akan pulang ke kampung halaman dan buka usaha kecil kecilan di sana"
"ooo" pria itu hanya ber oh ria
"Jangan pernah sebut diri kamu seperti itu Al, kamu tidak menjual diri , kamu saya nikahi dengan cara yang sah di mata hukum juga Agama "
"tapi tetap saja mas, semua itu demi uang "
"ya udah itu terserah kamu mau menganggapnya seperti apa, di sini kita sama sama saling untung juga rugi, saya mengecewakan wanita yang begitu saya kasihi demi orang tua, kamu mengecewakan orang tua kamu demi mereka, kamu dapat uang, saya dapat keturunan, kita sama kan"
Alya tidak ada niat menjawab lagi, terlalu sakit rasanya membahas hal seperti itu
"tidurlah besok kamu kuliah, ,saya juga harus kerja "
"iyaa mas"
mereka tidur dengan posisi yang sama sejak tadi, Rafa melingkar kan tangan kekarnya di pinggang ramping Alya.
...
Alya terbangun seperti biasa di jam 4 pagi, ada yang berbeda kali ini, ia bangun dengan Rafa di sebelahnya, Alya menghembuskan nafas berat, terlalu sulit menerima keadaannya sekarang, terlalu berat menyadari statusnya sekarang.
"Aku masih gak nyangka sekarang sudah bersuami, yang paling aku gak bisa percaya bapak lah orang nya, dosen saya yang mukanya jutek abis di depan kelas, tapi berkarisma" Alya tersenyum simpul
Alya bergegas membersihkan diri sebelum Rafa bangun, ia ingin memasak sesuatu untuk suaminya, meskipun mereka hanya sebatas teman tidur sajA, tapi Alya tetaplah istri sah dari Rafa.
selesai mandi alya membangunkan Rafa untuk sholat, tapi pria itu justru menepis kasar tangan alya yang menggoyang lengannya
"mass, sholat"
"saya ngantuk Al, kamu aja yang sholat "
"mass, sholat itu kewajiban, kamu gak boleh kaya gini "
"ALYAA, jaga batasan kamu, kamu harus tau kamu itu hanyalah istri di atas kertas tidak lebih, kamu tidak memiliki hak apapun pada saya " Alya menelan salivanya susah payah, Alya Hanya ingin mengingat kan Rafa sebagai sesama hamba Allah, tapi Respon Rafa malah seperti itu
"maafkan saya" Alya keluar dari kamar membawa alat sholat nya.
selesai sholat Alya lanjutkan dengan membaca Al seperti biasanya, tidak pernah ia lewatkan kebiasaan itu.
...
Alya sudah selesai memasak, ia juga sudah selesai bersiap untuk berangkat ke kampus, Alya masih takut untuk membangunkan Rafa, ia duduk sendiri menikmati sepiring nasi goreng yang baru saja ia buat, tidak lama Rafa turun dengan handuk di atas kepala, ikut bergabung di meja makan
"kamu mau berangkat se lagi ini"
"iyaa mas, saya ada kelas pagi" Alya menunduk enggak menatap wajah Rafa.
"maafkan saya, tadi pagi saya tidak bermaksud membentak kamu"
"gak papa mas, saya yang salah"
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya