NovelToon NovelToon
Sigma Love Story : The Mother

Sigma Love Story : The Mother

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Balas Dendam
Popularitas:155.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Septira Wihartanti

Karena dikhianati, aku trauma terhadap wanita. Ditambah anakku yang masih bayi membutuhkan bantuan seorang 'ibu'. Apa boleh buat, kusewa saja seorang Babysitter. masalahnya... baby sitterku ini memiliki kehidupan yang lumayan kompleks. Sementara anakku bergantung padanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Video Call

Di dalam mobil, ruang tertutup, hanya ada aku dan dia. Tampaknya Kayla baru bisa mengatur nafasnya menjadi lebih stabil.

Dahinya berdarah dan bengkak, kami masih di area rumah sakit, tapi aku khawatir kalau membawanya ke dalam, si mantan suami masih berkeliaran di sana.

Aku mengambil Aram dari gendongannya, anak itu mengu lum jemarinya yang tergengggam.

Kuperhatikan, wanita di sebelahku ini hanya duduk sambil menunduk, setengah terisak. Sementara keningnya yang memar membuatku khawatir. Harus segera dirawat, tapi aku ragu tidak bertemu dengan lelaki biadab itu di sana.

“Ma...af ya Pak... sudah membuat keributan...” desisnya lemah.

Aku tak mengerti kenapa dia harus minta maaf. Karena yang membuat keributan bukanlah dia.

“Dan... mencelakai Aram...” gumamnya.

Yang ini juga aku tak mengerti. Karena kulihat dengan mata kepalaku sendiri dia berusaha melindungi Aram. Justru lelaki itu yang main kasar saja tidak melihat kanan kiri. Bayangkan kalau aku tak ada di sana, di saat kami tidak ditakdirkan bertemu.

Yang lebih parah,  bayangkan kalau wanita ini berhasil melahirkan Arum.

Akan jadi apa bayi itu di tangan bapaknya. Belum lahir saja sudah disiksa.

“Kita pergi saja dulu dari sini. Kita ke klinik dekat apartemen saya saja.” Desisku sambil memasang gendongan M-Shape agar bisa menggendong Aram sekaligus menyetir. Tidak usah ditiru ya bapak-bapak, normalnya bayi diletakkan di kursi pengemudi dengan kursi khusus bayi, tapi kupikir menggendong sambil menyetir lebih praktis.

“Anu... Pak, bahaya menggendong sambil menyetir.” Desis Kayla.

“Kamu barusan minta maaf karena mencelakai Aram.” Aku membalasnya. Memang agak menyakitkan kalau kupikir. Aku membalik kalimatnya sendiri, di saat ia dalam keadaan terpuruk. Tapi ini anakku, bukan anaknya. Tidak ada yang boleh menginterupsiku mengenai kasih sayang yang kuberikan untuk anakku.

Ia diam, maka kulanjutkan. “Belum ada aturan baku mengenai tidak atau bolehnya menyetir mobil sambil menggendong anak.” Nada suaraku menggerutu.

“Tapi orang tua harus sadar akan keselamatan anak. Kalau kita tidak waspada dengan keamanannya itu termasuk penelantaran juga.” Desisnya.

“Besok kalau suasana sudah tenang dan saya sudah bisa mempercayai kamu, kamu bisa gendong anak ini seharian.” Sahutku.

Dan ia pun diam.

Dalam perjalanan ke apartemen kami hanya saling diam. Seharusnya hal itu jadi moment yang tepat untuk kami bertukar pikiran. Tapi aku terlalu sibuk memikirkan ini-itu. Juga kenyataan kalau sebentar lagi aku dipanggil Boss untuk mengurusi pekerjaan, harus ke kantor pusat, dan Aram akan kutinggalkan dengan wanita yang bermasalah.

Aku memarkir mobilku di parkiran VIP, di depan lobby tower A, tempat unitku berada di dalam gedung apartemen Grand Havana Lagoon.

“Bu Kayla,” desisku dengan suara rendah. “Apakah hari ini ibu ada keperluan mendesak?”

“Anuuu, saya harus menyelesaikan pembayaran kos dengan pemilik kosan hari ini, saya sewa per hari soalnya, karena saya tinggal nomaden, takut ketahuan Angga.”

Kuasumsikan, Angga itu adalah laki-laki tadi, mantan suaminya yang kasar.

“Semua barang-barang ibu di sana?”

“Ya Pak...”

“Kalau kartu pengenal?”

“Saya bawa Pak, di tas.”

“Saya simpan dulu ya sebagai jaminan, karena saya akan menitipkan Aram pada Bu Kayla sampai jam 9 malam.”

“Baik Pak, silakan.”

“Jadi begini bu...” aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan tak rela. Aku merasa tegang.

Sebenarnya takut dan tak tenang.

“Setelah kita ke klinik, di lantai LG di sana, saya akan memberikan ibu sebuah ponsel. Ibu harus Video Call dengan saya nonstop sampai saya pulang. Kamera harus diletakkan di tempat dimana Aram bisa terlihat. Saya akan mengatur security apartemen agar mengawasi ibu dan unit saya. Ibu dilarang keluar sejengkal pun dari unit. Sekitar satu jam lagi, akan ada asisten saya yang datang mengantarkan pakaian, termasuk baju dalam, make up, skin care, dan beberapa makanan untuk ibu.”

Kayla tidak bersuara, hanya diam memperhatikanku.

Ia juga tidak protes padahal privasinya akan ku-singkap habis-habisan.

“Aram harus selalu ada di dekat Bu Kayla. Mengerti ya bu? Dalam keadaan apa pun.”

“Baik Pak.” Hanya itu jawabannya.

Dia mengerti tidak ya, kalau ke wc dia juga harus bawa Aram, sementara kamera harus selalu memperlihatkan Aram.

“Sedetik saja saya tidak melihat Aram, saya akan langsung pulang dan sekuriti akan ke unit saya.”

“Baik Pak.” Itu lagi jawabannya.

Aku bingung.

Sudahlah.

Ini semua demi anakku.

**

Apartemenku yang ini, yang di Havana Lagoon, sangat jarang kutempati. Memang ini hanya iseng saja kubeli untuk menghormati rekan kerjaku yang baru meniti karier di dunia properti besar. Terlebih letaknya dekat dari kantorku. Sebagai penglaris ya aku beli satu unit. Setelah itu apartemennya sold out, malah terkenal dengan stigma apartemen artis.

Tadinya mau kutempati setelah aku dan Reina menikah. Tapi ternyata wanita itu memilih rumah mewah di kawasan Permata Hijau.

Bukan rumahku, aku terpaksa mengontraknya 250juta sebulan hanya untuk keegoisan wanita itu. Aku hidup dengannya selama kurang lebih setahun, jadi bayangkan yang kuhabiskan percuma untuk wanita psikopat itu.

Kembali ke Kayla, saat masuk ke dalam apartemen yaaa... begitulah keadaannya. Debu dimana-mana. Walau pun menurutku perabotnya cukup mewah dan furniturenya dari interior desain profesional, yang namanya rumah jarang ditempati pasti ada vibe-vibe lembab.

Aku menurunkan baby bouncer, stroller Aram, juga tas berisi keperluannya.

Sementara Kayla hanya membawa tas tangannya.

Kayla dengan kasa besar di atas dahinya, lumayan mencolok sampai aku dilihatin sekuriti di lantai bawah, dikira aku yang menganiayanya. Badanku memang besar dan spek preman, tapi hatiku nih lembut sekali loh sebenarnya. Lebih kupilih jalan hukum dibanding harus baku pukul.

Wanita itu menatap setiap sudut unit apartemenku dengan alis terangkat.

Kalau tahu akan begini, kusewa dulu jasa bersih-bersih, agar saat masuk Aram bisa nyaman.

Tapi jelas, tak bisa kutitipkan mereka kepada ibuku, bisa-bisa banyak pertanyaan yang ujung-ujungnya malah membuatku emosi.

“Apartemennya bagus sekali ya Pak!” ia membalik badannya ke arahku dengan mata berbinar.

Iya aku kaget lah. Yang begini dibilang bagus?

“Rapi seperti di pameran!” sambungnya.

“Kotor.” Desisku.

“Ah, tidak terlalu kok! Baru kali ini saya masuk ke dalam rumah orang lain yang mewah seperti ini! Bapak ini punya selera yang bagus ya!”

“Ini sudah dari sananya, bukan saya yang mau.” Gumamku.

Aku tidak berniat beramah-tamah dengan Kayla.

Sepengalamanku, saat kita terlalu menanggapi bawahan dengan ramah, mereka akan seenaknya.

“Kamu tinggal di sini dulu. Nanti akan ada yang datang bersih-bersih. Ingat, kamera harus selalu mengarah ke Aram, dan kamu harus selalu berada di dekatnya.”

Kayla mengangguk sekali, “Baik Pak.”

“Saya pulang jam 9 atau... jam yang tidak bisa ditentukan.” Aku tak yakin jam berapa aku akan pulang. Karena Boss-ku orang yang sangat menuntut.

Kayla hanya mengangguk lagi. Ia tidak bertanya apa pun padaku. Kuanggap dia sudah mengerti semua. Toh kalau ada yang akan ditanyakan, dia mungkin akan bertanya langsung. Toh kami akan VC seharian.

Setelah itu secepat kilat aku menyetir ke arah Kantor Pusat.

Jaraknya sekitar 5 km dari apartemen tapi macetnya Naudzubillah lah. Untungnya aku tiba tepat waktu di jam yang ditentukan.

Prabasampurna Ltd adalah holding dari perusahaan tempatku bekerja. Si Boss minta anak usaha PT. Prabasampurna Support, yang mana adalah Kantorku, Anak Usaha dari Prabasampurna Grup yang bergerak dalam layanan pengelolaan Facility Management, Manpower Services, Equipment Supply & Maintenance, dan ICT Solution, menyediakan beberapa gudang untuk spek alat berat yang belum dirakit. Lengkap dengan kontainer dan berbagai keperluan tambang.

Aku sudah survei ke beberapa lokasi dan belum ada yang sreg dengan berbagai alasan. Karena alat-alat itu akan datang dari China dan Rusia bulan depan, tentu saja ini akan jadi meeting penting.  Ditambah perusahaanku harus menyediakan para pekerjanya, para premannya, peralatannya, sampai segala macam hal-hal sepele lainnya. Sudah termasuk penjagaan gaib dan urusannya ya. Sekali lagi, ini tambang. Kita akan mengeruk bumi pertiwi, berurusan dengan alam. Hal-hal Gaib jelas tak terhindarkan.

“Kamu lagi ngapain sih, meeting kok ngelirik hape terus. Kamu ada yang ditunggu?” tanya Bossku, Zulfikar Prabasampurna.

Waduh.

Aku ketahuan.

“Hm... saya mempekerjakan babysitter untuk Aram.” Desisku dengan tegang. Bisa-bisanya bossku memperhatikanku. Memangnya dia tak ada objek pengamatan lain selain aku?

“Wah... yakin kamu?” desis Boss.

“Iya, saya minta dia video call sampai saya pulang.”

Semua yang di ruang meeting menaikkan alis.

Dan aku bukannya tidak memperhatikan materi rapat kok. Aku hanya melirik berulang kali ke ponselku.

“Kamu meminta babysitter kamu video call sampai kamu pulang nanti? Kalau kamu pulangnya besok bagaimana?” tanya si Boss.

“Ya video call sampai besok.” Jawabku sekenanya.

Kenapa sih mereka ini ingin tahu sekali?

Ya aku mengerti Video Call memang tidak umum, tapi sampai aku memasang cctv menurutku sah-sah saja ya video Call.

“Mengenai gudang yang di Purwakarta, saya kurang sreg ya Pak, karena akan digunakan untuk penyimpanan sparepart alat berat sementara lokasinya dekat dengan jalan raya, nggak safety buat kita Pak. Saya akan cari gudang baru, mungkin di kawasan agak ke pinggir kota. Lalu untuk pengadaan tenaga kerja, saya sudah hubungi rekanan outsource kita, rencananya pakai orang lokal saja.” Kataku.

“Bulan depan loh Zaki... waktunya sudah mepet, belum serah terima gudang dan hal-hal lainnya.”

“Purwakarta kita pakai untuk pabrik kain saja Pak, lusa saya akan ke Cilacap untuk mensurvey gudang baru. Saran saya sih tanah Bapak yang di Lebak kita jadikan saja pergudangan untuk kita pakai sendiri dan sewakan. Karena kebutuhan kita sudah semakin banyak.” Usulku.

Kami melanjutkan meeting kali ini dengan posisi aku melirik bolak balik ke ponsel.

1
Daanii Irsyad Aufa
walah pengantin basi kena miskom jdi pisah
Daanii Irsyad Aufa
Luar biasa karyaa maddam emg selalu ok
Daanii Irsyad Aufa
nice, permintaan yg bagus Kayla
Daanii Irsyad Aufa
bahasanya tolong 🤭
Daanii Irsyad Aufa
wahai para suami dengerin nih omongan pak Zaki..
Daanii Irsyad Aufa
wah ngenes bgt
Daanii Irsyad Aufa
kalo suami sudah mulai menyakiti baik fisik maupun psikis PLEASE TOLONG CARI BANTUAN
Daanii Irsyad Aufa
bojone Kayla gaweke kopi sianida pie??
Daanii Irsyad Aufa
waduh intro nya ngeri - ngeri sedap nih
🌺tyy
seperti biasa,luar biasa karya kakak, terimakasih ❤️
Titik Handayani
mantaappp
Siti Kurniawati
semua karya author bagus semua, aku suka ceritanya tak bisa ditebak, keren banget, semangat terus Yo Thor...
Siti Kurniawati
wahhhhhh...
hania putri
bapak nya baby aram dan mamak nya baby arum berjodoh nih
HARTINMARLIN
assalamualaikum hai 🖐️ salam kenal dari ku
Silvi
Luar biasa
Gayatri Ayu Paramayoga
exca 2000PC 😂😂😂
Gayatri Ayu Paramayoga
paragraf ini pasti jadi perdebatan 😂😂😂
Irma Dwi
akhirnya tamat dan happy ending 🥰,,,,

maaf y Thor bacanya maraton tp untuk like dan komen ngak pernah absen kog 😁😁😁,,,,
Irma Dwi
😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!