Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Jujur saja Pak, Widi lebih nyaman bekerja seperti ini."
"Kan kalau sudah menikah, bisa juga kamu teruskan pekerjaan ini."
"Ya sudah kalau begitu maunya Ibu dan Bapak, nanti malam ada tamu datang ke rumah," ucap Widi dengan tidak bersemangat.
"Tamu? Siapa?"
"Siapa Widi?"
Nia dan Wendi penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Widi. Dalam hati kecil mereka berharap kamu itu sangat spesial di kehidupan Widi.
"Apa itu tamu yang sangat spesial di kehidupan kamu Widi," tanya Wendi untuk memastikan.
"Nanti malam Bapak juga tahu siapa orang itu dan apa alasannya."
"Ya sudah kalau gitu Widi izin istirahat di kamar dulu, nanti kalau ada tamu panggil saja ya Bu, Pak." titah Widi dengan sumringah.
"Ibu jadi penasaran sama tamunya, Pak?" gumam Nia.
"Udah jangan dipikirkan lagi, nanti malam kan kita bakal ketemu. Semoga saja orang yang baik," tutur Wendi tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama dengan dirinya.
.
.
.
Malam harinya .
Terdengar suara deru mobil dari luar, ternyata ada dua mobil mewah yang sudah terparkir di halaman luas Widi. Satpam pun bergegas masuk ke dalam rumah memberitahu pada majikannya.
"Pak, Bu ." pekik Pak Dandi yang ngos-ngosan masuk ke dalam.
Wendi menatap heran melihat Pak Dandi yang tiba-tiba masuk ke dalam seperti dikejar set*n.
"Ada apa Pak Dandi?" tanya Wendi heran.
"Di luar ada tamu Pak Wendi." Pak Dandi mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Tamu, siapa itu?" Wendi langsung beranjak dari duduknya.
"Sepertinya tamu nona Widi, Pak?"
"Benarkah? Kalau begitu suruh saja mereka masuk," titah Wendi dengan bahagia.
"Bu Cepat sini!" Wendi melambaikan tangannya ke arah Nia pertanda untuk segera mendekati.
"Bi." pekik Wendi mengitari ruang belakang mencari sosok pembantunya, terlihat Bi Limah keluar dari dapur dengan tergopoh-gopoh.
"Iya tuan, Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bi Limah dengan menundukkan kepalanya.
"Tolong kamu panggilkan Widi. Setelah itu siapkan makan malam untuk tamu spesial ," titah Wendi dengan wajah bersemu bahagia.
"Baik tuan," Bi Limah langsung berbalik ke belakang menuju kamar Widi.
Nia dan Wendi melangkahkan kakinya ke depan untuk menyambut tamu spesial yang sudah lama menunggu di luar, tibalah mereka di teras di mana para tamu itu menunggu.
"Maaf lama," ucap Wendi dengan lembut, keluarga Pak Cakra pun menoleh ke arah sumber suara.
"Ah nggak lama kok," balas Pak Cakra dengan tersenyum.
Nia dan Wendi menatap wajah tamu yang dianggap spesial itu, namun mereka tertuju ke arah wajah Denis. Laki-laki yang pernah melamar Widi di depan orang tuanya.
"Lah, ini bukannya Mas yang waktu itu ya?" tanya Nia sedikit ragu-ragu menunjuk ke arah Denis.
"Masya Allah, nggak nyangka ya kita bisa ketemu lagi di sini," kekeh Denis yang kagum bertemu dengan orang tua Widi.
"Jadi kalian sudah saling kenal?" tanya Pak Cakra yang heran melihat mereka sudah akrab.
"Iya Pah, yang pernah Denis cerita waktu itu." Pak Cakra pun mengangguk kepalanya yang paham.
Nia dan Wendi sedikit gugup bertemu dengan pejabat tinggi, karna mereka hanyalah mantan orang miskin. Merasa tidak sepadan dengan mereka.
"Mari masuk dulu ke dalam Pak, Bu, mas," titah Wendi membawa tamu masuk ke dalam rumah, mereka mengekor di belakang Nia dan Wendi.
Baru saja mereka hendak duduk, Widi pun muncul di hadapan mereka. Namun Denis tidak berkedip menatap Widi yang sangat cantik natural, Widi tersipu malu di tatap oleh Denis.
"Sudah lama datangnya Pak Cakra?" tanya Widi dengan lembut seraya memberi senyuman ke arah istrinya Pak Cakra dan Denis.
"Nggak lama kok, baru saja kita datang," balas Devi dengan lembut serta sedikit memberi senyuman pada Widi.
"Cantik sekali," ucap Devi dengan lirih.
"Silahkan duduk Pak, Bu," sahut Widi,
Semua orang sudah duduk di kursi masing-masing, sedikit hening karena mereka baru pertama kali bertemu. Tak berselang lama, Bi Limah muncul dari dapur sembari membawa nampan yang berisi minuman untuk tamu.
"Silahkan di minum dulu Pak, Bu," ucap Bi Limah dengan ramah.
"Terima kasih." Bi Limah bergegas meninggalkan ruang tamu.
"Silakan di minum dulu," tawar Wendi. Pak Cakra dan keluarganya pun menurut, mereka meminum sedikit terlebih dahulu.
Setelah merasa lega, Pak Cakra mengatur nafasnya. Ternyata Pak Cakra bisa merasakan gugup saat berbicara dengan serius.
"Maaf kalau boleh tahu, Mas ini siapanya Widi?" tanya Wendi mencoba membuka suara agar tidak terlihat sangat canggung.
"Hanya rekan kerja saja Pak," balas Denis.
"Oh berarti sudah lama ya kenal dengan Widi?" sambung Nia, Denis hanya membalas dengan kekekehannya.
"Mohon maaf kedatangan kami mengagetkan Bapak dan Ibu," tutur Pak Cakra yang akhirnya buka suara juga.
"Perkenalkan, nama saya Cakra Pratama dan ini istri saya Devi Pratama. Dan satu lagi hasil buah cinta kami selama ini, Denis Prasetyo Pratama." sambung Pak Cakra.
"Senang hati bisa ketemu dengan keluarga Pak Cakra," ucap Wendi yang terlihat dari raut wajahnya sangat bahagia.
"Nama saya Wendi dan ini istri saya Nia," sambung Wendi memperkenalkan dirinya kepada calon besan.
"Senang bisa bertemu dengan Ibu dan Bapak."
"Maaf kalau lancang, ini demi menghindari gosip yang viral itu. Dan saya sudah menjanjikan pada diri sendiri sebelum kejadian ini, untuk menjadikan Widi menantu saya," ucap Pak Cakra.
"Maksudnya gimana?" tanya Wendi bingung.
Pak Cakra menjelaskan kepada Wendi tentang pernikahan anak mereka. Wendi dan Nia mengangguk paham apa yang di maksud Pak Cakra.
"Saya nurut aja, Bagaimana menurut Pak Cakra saya yakin itu yang terbaik," ucap Wendi dengan sumringah.
"Bagaimana menurut kalian?" tanya Pak Cakra ke arah Denis dan Widi yang tengah melemparkan kode.
"Insya Allah Widi terima lamarannya dengan baik," ucap Widi seraya menundukkan kepalanya.
"Buset, apa beneran ini jodoh aku? Orangnya menyebalkan sekali, sangat berbeda dengan Bapaknya, dan kenapa aku bilang terima," gerutu Widi dalam hatinya, sempat risih dengan kelakuan konyol Denis.
"Jalan-jalan yuk," bisik Denis seraya terkekeh ketika melihat reaksi wajah Widi.
"Tidak enak dengan Pak Cakra." ketus Widi.