" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Kendra terdiam dengan tatapan terkejut, dia hanya bisa melihat putrinya yang menunduk sedari tadi dengan terus memohon untuk di nikahkan dengan seorang pria yang baru saja dia kenal. Sebenarnya menikah adalah hal yang akan terjadi cepat atau lambat, hanya saja Ana masih belum dua puluh tahun, di tambah Ana adalah putri satu-satunya dengan istri pertamanya yang sudah lama meninggal, tepatnya hari dimana melahirkan Ana.
" Ana, tolong pikirkan lagi rencana mu itu. Pria itu belum tentu pria yang baik, Ayah tidak bisa menyetujuinya begitu saja. " Jelas Ana tahu kalau inilah yang akan dikatakan Ayahnya. Ana terlalu berarti untuknya, jadi tidak mungkin mudah bagi seorang Ayah yang selama ini merawat putrinya seorang diri bisa begitu saja mengiyakan saat ada yang ingin menikahi putrinya, apalagi baru juga kenal. .
" Ayah, tolong izinkan aku menikah ya? Sekali ini saja permintaan terbesarku. Aku tidak akan meminta hal lain lagi kepada Ayah, tolong yah.... " Pinta Ana dengan sorot mata yang begitu melas membuat Kendra hanya bisa menghela nafas karena bingung bagaimana menjelaskan kepada putrinya bahwa kehidupan rumah tangga tentu tidak semudah dan seindah yang dia bayangkan. Ana adalah anak yang selama ini dia besarkan penuh cinta kasih, hampir tidak pernah Kendra membentak Ana karena tahu benar IBunya disana terus melihat bagaimana tumbuh kembang Ana, jadi dia tidak yakin apakah Ana sanggup menghadapi suami yang mungkin saja akan berbicara keras padanya nanti.
" Ana, jangan begini ya? "
Ana menggeleng dengan cepat, dia meraih tangan sang Ayah dan kembali memohon.
" Ayah, tolong, sekali ini saja. "
Soraya, sedari tadi dia berada di sana hanya terdiam tidak tahu harus bagaimana. Sebenarnya dia juga terkejut, tapi dia bisa apa? Selian Ana bukan anaknya, Soraya merasa menikah atau tidak adalah pilihan Ana. Dengan siapa dan kapan itu juga pilihannya, jadi dia sebagai Ibu sambung hanya bisa ikut saja kemana keputusan akan membawanya.
" Sayang, Ana ingin menikah seperti ini pasti memiliki alasan, tolong bicarakan saja dari hati ke hati. " Ujar Soraya dengan bijak karena dia sama sekali tidak tahu dengan siapa Ana akan menikah. Iya, sebagai generasi muda baru, Ana pasti akan menikah dengan anak muda seusianya yang tampan, dan tidak berkuliah jadi pikirannya hanya menikah saja tidak perduli betapa sulitnya kehidupan setelah menikah nanti, batin Soraya menebak-nebak.
" Ana, kau hamil? " Tanya Kendra meski dia sendiri tidak sanggup menyalakan itu.
Ana jelas terkejut hingga sontak membulatkan mata menatap Ayahnya, ah! Tapi alasan itu biasanya ampuh untuk menikah tanpa restu kan? Ana mengepalkan kedua tangannya mencari keberanian, dia kembali menatap Ayahnya dengan tatapan berani.
" Iya Ayah, aku hamil. "
Seakan runtuh semua cita-cita yang dia siapkan untuk putrinya. Kebahagian, pendidikan dan kehidupan yang layak, selektif dalam memilihkan pasangan hidup bagi putrinya,. matanya semua itu menghilang hanya dengan satu kalimat saja, Aku hamil, Ayah. Bukan marah, tapi dia merasa sangat kecewa hingga tidak mampu mengatakan apapun. Rasanya ingin mengisi, memukul sesuatu untuk merendam kekecewaannya, tapi dia juga tidak ingin menakuti istri dan anaknya yang ada di hadapannya.
" Siapa pria itu? " Tanya Kendra dengan rahang mengeras menahan sesuatu yang ingin meledak dari dalam hatinya.
" Ayah akan bertemu dia besok pagi, di hari kami menikah. "
" Besok? " Kendra kembali tak habis pikir, semua ini terjadi seperti sebuah permainan saja.
" Ana, besok Ibu kan tidak bisa ikut, besok itu nenek mu operasi jantung, itu kan operasi besar, jadi Ibu ingin menemaninya. Tunda lusa bisa? '' Pinta Soraya. Iya, walaupun dia. berselingkuh, nyatanya dia menjalankan perannya dengan baik, dia menyayangi Ana meski tidak menempatkan sebagai anak, dia menempatkan dirinya seperti kakak meski tetap memanggilnya Ibu.
" Maaf, besok adalah hari pernikahan kami, tidak bisa di undur lagi. " Ujar Ana ya g kompak membuat Kendra dan Soraya menghela nafas.
Setelah lelah membujuk Ayahnya, kini Ana sudah diperbolehkan untuk menikah meksi mimik Kendra masih tak menunjukkan kerelaan, tapi yang paling penting bagi Ana adalah pernikahan itu harus segera terjadi agar Jordan dan Soraya tidak lagi bis melanjutkan hubungan terlarang mereka.
Esok paginya.
Ana dan Jordan di dudukan bersebelahan dengan pakaian pengantin. Ibunya Jordan masih berakting sakit, sementara Ayahnya Jordan duduk di samping brankar istrinya. Iya, pernikahan mereka di gelar di rumah sakit seperti keinginan Jordan, itu semua tentu karena Jordan pikir tidak ingin membuat Ibunya yang sedang sakit harus repot-repot pergi ke gedung pernikahan. Kendra juga ada disana, dia sama sekali tidak bisa tersenyum. Sebagai seorang Ayah harusnya dia bahagia, tapi malah sama sekali tak bisa menarik bibir untuk tersenyum melihat putrinya akan memiliki pendamping hidup.
Jordan dengan lancar mengucapkan kata sumpah pernikahan, dia pikir semua sudah selesai hanya dengan menikahi wanita yang hanya dia tahu namanya saja. Dia pikir dia bisa menjadikan Ana istri, tapi tetap Soraya yang akan dia utamakan karena memang hanya ada Soraya di hatinya. Tapi, ada banyak hal yang Jordan tidak ketahui. Pria yang gak lain adalah mertuanya yang masih gagah dan muda itu adalah suami dari wanita yang ia cintai selama ini.
Soraya, wanita itu tidak bisa ikut seperti ucapannya kemarin. Ibunya memang benar sedang menjalankan operasi jantung jadi di benar-benar ingin menemani Ibunya. Sedangkan Jordan, dia sudah mengirim banyak pesan kepada Soraya untuk menjelaskan hal ini, tapi Soraya belum membutuhkan satupun balasan hingga pernikahan mereka selesai.
" Tuan Kendra, sekarang ini kita adalah besan yang artinya juga keluarga. Aku minta tolong untuk menjaga putraku, dan menitipkan padamu. Aku juga akan menganggap putrimu sebagai putri kami. "
Kendra tersenyum meski dia enggan melakukannya. Setidaknya sekarang dia bisa agak tenang karena bisa melihat bahwa orang tua dari suami yang dipilih anaknya adalah orang yang baik.
Setelah hari pernikahan itu Ana langsung di bawa ke rumah Jordan, untuk kuliahnya Ana meminta izin cuti hingga Minggu depan.
Ini sudah dua hari, Ibunya Jordan masih juga berakting sakit tapi sudah tidak sesakit seperti sebelumnya. Sekarang dia sudah berada di rumah, dan yang pasti dia akan bergerundel pegal terus duduk di kursi roda saat Jordan tidak melihatnya. Dua hari juga Ana di anggap tak ada oleh Jordan. Malam pengantin Jordan malah sibuk dengan ponselnya, untungnya dia tidak bisa pergi karena sekarang ini mereka tinggal bersama orang tuanya. Tidur boleh di ranjang yang sama, tapi mereka sama sekali tak bertegur sapa. Tidak apa-apa, permainan akan di mulai saat Ana dan Jordan datang kerumah dimana Ayah dan Ibu tirinya tinggal.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget