**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Kayla terdiam sejenak, mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi perasaan yang semakin berat di dadanya. Ada begitu banyak yang harus dipikirkan, dan terkadang, kata-kata terasa tak cukup untuk menggambarkan kekalutan hatinya. Setelah kejadian malam itu, perasaan cemas dan bingung selalu menghantuinya. Ia ingin percaya pada Arga, namun di dalam hatinya, ada rasa takut bahwa apa yang terjadi hanyalah ilusi semata sesuatu yang akan berlalu begitu saja tanpa makna yang nyata.
Arga, di sisi lain, tak bisa menahan perasaan bersalahnya. Meski berusaha memberikan Kayla ruang untuk berpikir, ia tahu bahwa keputusan mereka telah melampaui batas yang seharusnya ada. Kepercayaan dan janji yang belum terucap begitu cepat tergantikan dengan kebingungan dan keraguan. Arga berusaha bertahan dalam kerendahan hatinya, mencoba meyakinkan Kayla bahwa ia tidak akan mengabaikan perasaan yang telah mereka bangun bersama, namun dalam hatinya, dia tak bisa sepenuhnya memaafkan dirinya sendiri.
"Apa yang kita miliki sekarang, Kayla?" tanya Arga dengan suara pelan, menggambarkan kegelisahan yang ada di dalam dirinya. "Apakah ini hanya kebetulan? Atau ada sesuatu yang lebih?"
Kayla menatapnya, mata mereka saling bertemu untuk sesaat. Ada keheningan panjang yang menggantung di udara, seakan-akan kata-kata yang diucapkan hanya mengisi kekosongan yang lebih besar. Dalam setiap detik keheningan itu, Kayla merasakan betapa rumitnya perasaannya. Rasa takut akan kehilangan, rasa bersalah yang menghantui, dan pertanyaan tentang apa yang benar-benar ia inginkan.
"Aku tidak tahu, Arga," kata Kayla perlahan. "Aku merasa seperti aku terjebak dalam keputusan yang tidak aku pikirkan dengan matang. Dan kini, aku tak bisa menghapus rasa takut yang ada dalam diriku."
Arga mengangguk, meski hatinya terasa pedih. Dia tahu bahwa apapun yang mereka hadapi sekarang tidak akan mudah. Mungkin tidak ada jaminan untuk masa depan mereka, dan mungkin mereka tidak akan bisa kembali ke titik yang sama seperti sebelumnya. Tapi satu hal yang pasti, ia tak ingin melepaskan Kayla begitu saja.
"Aku akan memberi kamu waktu, Kayla," ucapnya dengan tulus. "Aku tak akan memaksamu. Tapi ketahuilah, aku di sini, dan aku ingin berusaha untuk memperbaiki semuanya. Apapun itu, kita akan menghadapi ini bersama."
Kayla terdiam, mencerna kata-kata Arga. Meskipun hatinya masih terasa berat, ia merasa sedikit tergerak. Mungkin ada harapan setelah semuanya, meskipun jalan yang mereka tempuh tak akan mudah. Seiring berjalannya waktu, mungkin mereka akan menemukan kedamaian, atau mungkin tidak. Namun, untuk pertama kalinya, Kayla merasa sedikit lebih kuat, sedikit lebih yakin bahwa dirinya tidak sepenuhnya sendiri dalam kebingungannya.
"Terima kasih, Arga," jawab Kayla, suara pelan namun penuh makna. "Aku… aku butuh waktu untuk menemukan diriku sendiri lagi."
Arga mengangguk, menghargai keputusan Kayla. Meski hatinya masih ragu dan penuh dengan kecemasan, dia tahu bahwa memberikan ruang bagi Kayla adalah langkah yang benar. Mereka tidak bisa memaksa perasaan, tetapi mereka bisa berusaha untuk saling memahami, dengan harapan bahwa suatu saat, mereka akan menemukan jalan keluar dari kebingungannya.
Keheningan kembali melingkupi mereka, namun kali ini terasa sedikit lebih ringan. Kayla merasa ada sedikit ruang untuk bernapas, meskipun perasaannya masih dipenuhi dengan kebingungan. Namun, ada satu hal yang pasti—Arga tidak akan meninggalkannya begitu saja. Meskipun mereka berada dalam ketidakpastian, Kayla merasa dihargai dan dipahami, sesuatu yang sangat ia butuhkan saat itu.
"Jangan khawatir," kata Arga, memecah keheningan yang terjalin. "Apapun yang terjadi, kita akan berusaha menghadapinya dengan kepala dingin. Aku yakin kita bisa mencari jalan keluar, asal kita bersama."
Kayla mengangguk pelan, merasa sedikit lega mendengar kata-kata itu. Meskipun masih ada banyak pertanyaan yang menggelayuti pikirannya, ada rasa nyaman dalam dirinya karena Arga tidak memaksanya untuk segera menemukan jawabannya. Mereka memang tidak tahu ke mana jalan ini akan membawa mereka, tetapi untuk pertama kalinya, Kayla merasa bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan ini.
"Aku ingin mencoba, Arga," jawab Kayla dengan lembut. "Bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk diriku sendiri."
Arga tersenyum tipis, meskipun di balik senyumnya, ia tahu bahwa masa depan mereka masih penuh dengan ketidakpastian. Namun, ia juga tahu bahwa segala sesuatu akan lebih mudah jika mereka saling mendukung, jika mereka bisa memberi waktu dan ruang untuk tumbuh bersama.
"Terima kasih, Kayla," ucap Arga dengan tulus. "Aku janji, kita akan melewati semua ini bersama. Kita hanya perlu waktu untuk menemukan jalan kita."
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati keheningan yang terasa lebih nyaman. Terkadang, kata-kata memang tidak selalu diperlukan untuk memahami satu sama lain. Dengan waktu dan pengertian, Kayla mulai merasa sedikit lebih tenang, meskipun perjalanan mereka untuk menemukan kedamaian masih jauh dari selesai. Namun, satu hal yang pasti, mereka akan berusaha menjalani hari-hari itu bersama, dengan hati yang lebih terbuka dan harapan yang perlahan tumbuh kembali.
Keheningan yang terjalin terasa penuh makna, seolah memberi ruang bagi keduanya untuk memproses perasaan yang masih mengambang. Kayla merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya—sebuah perasaan ringan, meskipun jalan mereka penuh ketidakpastian. Dalam hatinya, ada rasa terima kasih yang mendalam karena Arga tidak terburu-buru memaksanya untuk segera mengambil keputusan.
Di sisi lain, Arga merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu bahwa apa yang mereka hadapi adalah sesuatu yang rumit, namun ada kekuatan dalam kebersamaan mereka. Mungkin ini bukanlah akhir dari perjalanan mereka, dan mereka belum tahu bagaimana semuanya akan berakhir, tetapi Arga tahu satu hal—ia tidak ingin kehilangan Kayla.
"Setiap langkah yang kita ambil akan lebih berarti jika kita lakukan bersama," ujar Arga setelah beberapa saat terdiam, suaranya penuh dengan kepercayaan. "Aku akan sabar menunggu, Kayla. Aku akan selalu ada untuk kamu."
Kayla menatapnya, matanya penuh dengan rasa haru. Di tengah kebingungannya, ia merasakan kenyamanan yang luar biasa, seolah Arga menjadi tempat perlindungannya dalam masa-masa yang penuh keraguan ini. Meski begitu, ia tahu bahwa waktu akan memberikan jawabannya.
"Aku juga akan berusaha," kata Kayla pelan, lebih pada dirinya sendiri. "Aku tidak ingin menutup mata dari perasaan ini."
Mereka berdua saling menatap, dan dalam tatapan itu, mereka menemukan pemahaman yang tak terucapkan. Kepercayaan yang telah rusak mungkin belum sepenuhnya pulih, tetapi mereka sadar bahwa mereka tidak bisa menyerah begitu saja. Dengan setiap kata yang terucap, dengan setiap langkah yang diambil, mereka berharap bisa membangun kembali apa yang telah goyah.
Keheningan kembali mengisi ruang di antara mereka, tetapi kali ini terasa lebih penuh dengan harapan. Kayla merasa, meskipun segala sesuatu belum jelas, ada secercah cahaya di ujung lorong gelap yang mereka hadapi. Arga, dengan semua rasa tanggung jawab dan cintanya, akan tetap ada untuk menemani perjalanan ini. Dan mungkin, suatu hari nanti, mereka akan menemukan jalan kembali, lebih kuat dari sebelumnya.
Jangan lupa mampir keceritaku yang lain ya🥰🥰
Hai jangan lupa mampir ke novel ku yang baru yaa judul nya "kedatangan burung misterius" yang suka horor fantasi dan menegangkan bisa langsung baca ya!!
semangat Thor