**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Keesokan harinya, Kayla terbangun dengan perasaan yang berbeda. Meski tubuhnya lelah, pikirannya terus terjaga, berputar-putar di sekitar satu kenyataan yang sulit diterima. Malam sebelumnya, dia telah memberikan sebagian dari dirinya kepada Arga, tanpa ada ikatan yang jelas antara mereka. Keputusan itu terasa seperti beban berat yang kini menghimpit dadanya. Ada perasaan kosong yang menghantuinya, dan dia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.
Saat mereka berdua duduk di meja sarapan, Kayla hanya bisa menunduk, memandangi makanan di depannya tanpa selera. Arga yang duduk di hadapannya memperhatikan dengan seksama, menyadari perubahan sikap Kayla. Biasanya, Kayla akan berbicara atau tertawa ringan di pagi hari, tetapi kali ini, ada kesenyapan yang tak biasa.
"Kayla..." suara Arga terdengar pelan, seolah dia mencoba mencari cara untuk membuka percakapan tanpa menyakiti perasaan Kayla. "Kamu tampak tidak seperti biasanya. Ada yang salah?"
Kayla mengangkat kepala perlahan, memandang Arga dengan mata yang tampak penuh kebingungan dan kekhawatiran. "Aku... merasa seperti aku telah kehilangan sesuatu," jawabnya, suara yang hampir berbisik. "Aku tahu aku membuat keputusan tadi malam, tapi sekarang aku merasa... kosong. Aku tidak tahu harus bagaimana dengan semua ini."
Arga menatapnya dengan penuh perhatian. "Kayla, kamu tidak sendiri. Aku di sini," katanya dengan suara lembut, meskipun dia bisa merasakan kebingungan yang sama. Dia tahu, perasaan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan kata-kata. "Tapi jika kamu merasa tidak nyaman dengan apa yang terjadi, kita bisa bicarakan. Aku ingin kamu merasa aman dan dihargai, bukan terjebak dalam keputusan yang kita buat."
Kayla menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu kita berdua terjebak dalam sesuatu yang rumit, Arga. Tapi aku tidak bisa menepis perasaan ini. Kesucian itu aku memberikannya kepadamu tanpa ada jaminan apapun. Tidak ada komitmen, tidak ada janji," suaranya serak, seperti ada beban yang sangat berat dalam kata-katanya. "Aku takut aku hanya menjadi seseorang yang kamu pakai dan tinggalkan setelah ini. Aku tidak ingin itu terjadi."
Arga menatap Kayla dengan serius, dan untuk pertama kalinya, ada sedikit keraguan di matanya. "Kayla, aku tidak akan pernah memperlakukanmu seperti itu," jawabnya, terdengar sangat tulus. "Aku tahu ini mungkin terasa terburu-buru dan tidak terencana, tapi aku berjanji, aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Aku ingin kita menghadapinya bersama."
Namun, meskipun kata-kata itu keluar begitu meyakinkan dari mulut Arga, Kayla masih merasa ada ketidakpastian yang menumpuk dalam hatinya. Keputusan yang dia buat semalam seolah mengubah segalanya, dan kini dia merasa tersesat. Dulu, dia selalu memandang kesucian sebagai hal yang sangat penting, dan kini, entah bagaimana, dia merasa seolah telah kehilangan bagian dari dirinya yang tak bisa digantikan begitu saja.
"Mungkin kita perlu waktu, Arga," kata Kayla dengan suara pelan, mencoba menenangkan pikirannya. "Mungkin kita perlu waktu untuk memikirkan semuanya dengan lebih jelas."
Arga mengangguk pelan, memahami apa yang dimaksud Kayla. "Aku akan menunggu, Kayla. Aku tidak akan mendesakmu. Kita akan hadapi semuanya dengan cara kita sendiri," jawabnya, suara lembutnya menyiratkan pengertian yang mendalam.
Namun, meski Arga memberikan ruang bagi Kayla untuk berpikir, hati Kayla tetap gelisah. Di dalam pikirannya, banyak pertanyaan yang berputar tanpa jawaban yang pasti. Apakah dia telah membuat keputusan yang benar? Ataukah dia hanya mengikuti perasaan dan dorongan sesaat yang kini membuatnya merasa tersesat?
Arga duduk terdiam , merasa sangat bersalah. Malam itu, dia tidak bisa menahan diri dan segala yang terjadi begitu cepat. Dia tahu, apa yang terjadi telah melampaui batas dan tak dapat diubah. Rasa bersalah menggerogoti hatinya, terlebih karena dia tahu Kayla mungkin merasa terperangkap, kehilangan sesuatu yang tak bisa dikembalikan.
"Kayla," Arga mulai dengan suara berat, matanya menatap rendah ke lantai, "Aku tahu aku telah melangkah terlalu jauh. Aku tidak bisa memaafkan diri sendiri karena tidak bisa menahan hasratku. Aku seharusnya lebih bijak, lebih bertanggung jawab terhadap perasaanmu."
Kayla hanya terdiam. Dia bisa merasakan penyesalan yang mendalam di suara Arga, namun dirinya sendiri masih dipenuhi perasaan campur aduk. Ada kesedihan, kebingungan, dan rasa tidak aman yang terus menghantui hatinya setelah peristiwa semalam.
Arga menatap Kayla dengan mata penuh penyesalan. "Aku janji akan bertanggung jawab. Aku akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membuatmu merasa dihargai dan aman. Aku tidak ingin ini merusak kita. Aku tahu aku telah membuat kesalahan besar, dan aku akan memperbaikinya, apapun itu."
Kayla menoleh ke arahnya, meski perasaan campur aduk menguasai, namun ada sesuatu dalam kata-kata Arga yang membuat hatinya sedikit tergerak. "Aku tidak tahu, Arga," jawabnya pelan. "Aku merasa seperti ada yang hilang, dan aku tidak bisa mengabaikan perasaan itu. Aku merasa… bingung."
Arga mendekat sedikit, berusaha menunjukkan komitmennya. "Aku mengerti, Kayla. Aku akan memberi kamu waktu. Aku tidak akan memaksa, dan aku tidak akan menganggap ini sebagai sesuatu yang biasa. Apa yang kita lakukan semalam itu bukan hanya tentang kita. Aku ingin kamu tahu, aku ingin bertanggung jawab, baik secara emosional maupun praktis. Aku ingin kita memiliki sesuatu yang lebih, bukan hanya sekedar kesalahan yang lalu."
Kayla menatapnya dalam diam, mencari keyakinan dalam mata Arga. "Aku ingin percaya padamu, Arga. Aku hanya butuh waktu untuk memikirkan semuanya."
Arga mengangguk, merasa lega bahwa Kayla memberikan kesempatan untuk berbicara lebih banyak. "Aku akan menunggu, Kayla. Aku akan ada di sini, untuk mendengarkan dan untuk bertanggung jawab atas apapun yang terjadi."
Meskipun perasaan Kayla masih belum sepenuhnya tenang, dia bisa merasakan kesungguhan dalam diri Arga. Arga memang tak bisa mengubah apa yang telah terjadi, namun dia berjanji untuk menjaga dan memperbaiki hubungan mereka. Kayla perlahan mulai merasa sedikit lebih lega, meskipun perjalanan mereka untuk menemukan kedamaian bersama masih panjang.
semangat Thor