NovelToon NovelToon
Dendam Berbalas Madu

Dendam Berbalas Madu

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Sinopsis

Caca, adik ipar Dina, merasa sangat benci terhadap kakak iparnya dan berusaha menghancurkan rumah tangga Dina dengan memperkenalkan temannya, Laras.

Hanya karena Caca tidak bisa meminta uang lagi kepada kakaknya sendiri bernama Bayu.


Caca berharap hubungan Bayu dan Laras bisa menggoyahkan pernikahan Dina. Namun, Dina mengetahui niat jahat Caca dan memutuskan untuk balas dendam. Dengan kecerdikan dan keberanian, Dina mengungkap rahasia gelap Caca, menunjukkan bahwa kebencian dan pengkhianatan hanya membawa kehancuran. Dia juga tak segan memberikan madu untuk Caca agar bisa merasakan apa yang dirasakan Dina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 KEHAMILAN BELINDA

Aku merasa seperti tercekik, kata-kata itu membuatku semakin merasa tidak berguna di rumah ini. Aku mengalihkan pandanganku ke meja makan, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh. “Aku tidak bisa jadi seperti Belinda,” bisikku dalam hati.

Belinda, yang mendengar pujian itu, menatapku dengan senyum penuh kemenangan. Dia tahu betul bagaimana cara memanfaatkan situasi, membuatku semakin merasa kecil. “Tidak masalah, Caca. Kita semua belajar kok. Mungkin butuh waktu, tapi aku yakin kamu bisa,” katanya dengan suara lembut, meskipun ada kesan merendahkan yang tak bisa kuhindari.

Aku ingin berkata sesuatu, ingin melawan perasaan sakit yang mulai menguasai tubuhku, tetapi tak ada kata-kata yang keluar. Hanya diam yang bisa kupersembahkan. Semua itu terasa begitu menekan, seolah aku kehilangan diriku sendiri dalam perbandingan ini.

Mas Danu yang terlihat senang dengan suasana itu, hanya tersenyum dan melanjutkan makannya, sementara aku tetap terdiam. Rasa iri mulai tumbuh dalam hatiku, namun yang lebih mendalam adalah rasa sakit. “Kenapa aku harus dibandingkan dengan dia?” pikirku dalam hati. “Apakah aku tidak cukup baik?”

Aku menunduk, berusaha menahan emosi yang berkecamuk dalam diriku. Perasaan itu terlalu besar untuk kutahan, namun aku tahu bahwa aku harus berusaha tetap terlihat tenang. Mungkin ini semua sudah takdirku, untuk selalu menjadi yang kedua, selalu berada di bayang-bayang orang lain. Tapi entah kenapa, meski aku tahu itu, hatiku tetap merasa hancur.

Seiring berjalannya waktu, aku semakin merasakan bagaimana posisi Belinda semakin kuat di rumah ini. Ternyata, bukan hanya urusan rumah tangga yang dia urus dengan baik, tetapi juga pengelolaan keuangan.

Belinda sangat pintar dalam mengatur uang, memastikan setiap kebutuhan rumah tangga tercukupi tanpa ada kekurangan. Hal ini membuat Mas Danu semakin bergantung padanya dalam hal keuangan, sementara aku merasa semakin terpinggirkan.

Aku tidak bisa menahan rasa iri yang semakin tumbuh. Dulu, aku selalu meminta Mas Danu untuk memegang uang rumah tangga, berharap bisa mengontrol pengeluaran kami dengan bijak. Namun, Mas Danu selalu menolak permintaanku dengan alasan yang membuatku semakin kecewa. "Kamu terlalu boros, Caca. Terlalu banyak uang yang habis untuk barang-barang branded dan nongkrong di kafe-kafe mahal. Itu bukan cara yang tepat untuk mengelola uang," katanya suatu waktu.

Dulu, kata-kata itu menyakitiku, tetapi kini semakin terasa tajam. Melihat bagaimana Belinda mengelola uang dengan begitu rapi, aku merasa seperti orang yang tidak tahu cara mengatur keuangan.

Bahkan ketika aku ingin membeli barang-barang yang aku sukai, seperti tas branded atau pergi nongkrong di kafe-kafe mahal, aku harus berpikir dua kali. Mas Danu sering melarangku, menganggap aku hanya boros dan tidak bertanggung jawab dengan uang.

Sementara itu, Belinda dengan cerdiknya memegang penuh kendali atas keuangan rumah tangga. Aku sering melihat bagaimana dia dengan telaten mencatat setiap pengeluaran, memastikan semua kebutuhan rumah tangga tercukupi.

Belinda bahkan sering membantu Mas Danu dalam hal investasi atau membuat keputusan-keputusan keuangan yang besar. Hal itu membuatku merasa semakin kecil, bahkan semakin terasing di rumah ini.

Aku merasa seperti terjebak dalam peran yang tak diinginkan. Aku ingin bebas berbelanja, menikmati hidup dengan cara yang aku inginkan, tetapi kenyataannya, itu semua hanya mimpi. Aku merasa terkungkung, terhalang oleh anggapan orang-orang di sekitarku, terutama Mas Danu yang selalu mengkritik cara hidupku.

Sementara Belinda, dengan segala kepintarannya, berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa hambatan.

Di satu sisi, aku tahu bahwa ini adalah akibat dari kesalahan yang aku buat di masa lalu—terlalu sering boros dan menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting.

Namun, di sisi lain, aku merasa tidak adil. Kenapa Belinda bisa begitu mudah mendapatkan kepercayaan itu, sementara aku hanya bisa merasa seperti anak kecil yang tidak tahu bagaimana mengelola hidupnya?

Aku berusaha menahan perasaan itu, berusaha menerima kenyataan, tetapi semakin lama, semakin sulit untuk tidak merasa iri dan terluka. Keputusan-keputusan keuangan yang diambil oleh Belinda membuatku merasa seolah aku bukan lagi bagian dari keluarga ini, seolah aku tak lagi punya suara dalam rumah tangga kami.

Hubunganku dengan Mas Danu semakin merenggang. Dia tidak lagi memperhatikanku seperti dulu, apalagi memanjakanku. Setiap kali aku ingin berbicara dengannya, seolah dia selalu sibuk dengan urusannya sendiri, terutama dengan Belinda.

Bahkan keinginan-keinginanku, yang dulu selalu ia penuhi, kini terasa jauh dari jangkauan. Aku merasa semakin tersingkirkan, menjadi bayangan dari kehidupan mereka yang baru.

3 bulan kemudian, setelah pernikahan mereka, Belinda mengumumkan bahwa dia hamil. Kabar itu seperti petir yang menyambar di tengah malam.

Semua orang di keluarga besar suami sangat bahagia mendengar berita itu. Mertuaku tidak henti-hentinya memuji Belinda, memanjakan dia, dan merasa begitu beruntung memiliki menantu seperti dia.

Mas Danu, yang awalnya tampak agak bingung, kini terlihat lebih ceria dan bangga, sibuk mempersiapkan semuanya untuk kehadiran anggota baru dalam keluarga.

Setiap kali aku melihat mereka bersama, rasa sakit di hatiku semakin dalam. Aku tak bisa menyembunyikan perasaan cemburu dan terluka. Aku melihat bagaimana perhatian Mas Danu kini terpusat pada Belinda, sementara aku hanya diam di sudut, seperti bagian yang terlupakan.

Mertuaku, seolah tidak sadar dengan perasaanku, terus-menerus membandingkan Belinda denganku, terutama dalam hal memiliki anak. “Caca, kenapa kamu tidak ingin punya anak? Belinda baru saja menikah, dan sekarang dia sudah hamil. Sungguh luar biasa, ya,” kata Mertuaku suatu sore, sambil tersenyum penuh kebanggaan.

Belinda yang duduk di samping Mas Danu hanya tersenyum manis, tampak bangga dengan komentar itu. "Aku memang sangat bersyukur, Bu. Memiliki anak adalah berkah yang luar biasa," kata Belinda, menatapku dengan senyuman yang terasa sinis.

Aku menahan amarah yang hampir meledak. "Aku punya alasan untuk itu," jawabku dengan suara yang tersekat, berusaha keras untuk tetap tenang meski dalam hati aku merasa hancur. “Setiap orang punya pilihan sendiri tentang apakah mereka ingin punya anak atau tidak.”

Namun, Mertuaku seolah tidak mengerti atau tidak peduli dengan perasaanku. "Tapi anak adalah bagian dari kehidupan keluarga. Kamu tidak merasa kesepian, Caca?" tanyanya, seolah meremehkan keputusanku untuk tidak memiliki anak. "Belinda sudah memberi kebahagiaan dalam keluarga ini. Mungkin kamu bisa belajar darinya."

Kata-kata itu seperti pedang yang menancap dalam dadaku. Aku tahu mereka tidak bermaksud jahat, tetapi itu tetap saja terasa seperti penghinaan. Aku tahu bahwa selama ini aku sudah berjuang keras untuk mempertahankan rumah tangga ini, namun sekarang, aku merasa seperti orang luar, yang tidak dihargai lagi.

Aku menatap Mas Danu, berharap dia akan berkata sesuatu, setidaknya untuk membelaku, tapi dia hanya diam, lebih fokus pada Belinda yang sedang berbicara tentang kehamilannya. Hatiku semakin terasa berat. “Apa yang harus aku lakukan, Mas?” pikirku dalam hati. “Kenapa aku merasa seperti tak ada tempat lagi di sini?”

Mas Danu akhirnya menyadarkan diriku dengan tatapan kosong. "Caca, kami akan jadi orang tua yang bahagia. Semoga kamu bisa ikut merasakan kebahagiaan ini." Ucapannya seperti siraman air dingin, membuat hatiku semakin beku. Aku merasa semakin tidak diinginkan, semakin tidak dibutuhkan di dunia ini.

Aku hanya bisa terdiam, menatap mereka semua, sambil mencoba menahan tangis yang rasanya hampir tak tertahankan.

Seiring berjalannya waktu, perut Belinda semakin membesar, dan perhatian Mas Danu semakin terfokus padanya. Setiap hari, dia selalu memastikan bahwa Belinda merasa nyaman, memberi perhatian lebih pada setiap kebutuhannya. Aku bisa melihat bagaimana semua perhatian itu

1
gaby
Gantian dong Pov nya, jgn pov nya Caca mulu Smua tokoh dbuat Pov nya, atau utk meminimalisir babnya Pake Pov othornya. Gimana nasib rmh tangga Laras, Dina , & Bayu. Apakah Bayu ga dpt karma??? Aq sih berharap smua tokoh jahatnya dpt karma. Di mulai dr Laras, Bayu, Caca, Danu, & terakhir Belinda. Danu & Belinda jg salah dah slingkuh sblm nikah. Seburuk apapun istri, kalo ga bisa di nasihatin mending di cerai drpd d slingkuhin. Intinya apapun masalah dlm rmh tangga, selingkuh adalah kesalahan fatal yg ga bisa d maafkan
Erni Nofiyanti
adakah campur tangan Dina.
kadang kasian Ama Caca, tp kenapa dia ngga mikir y gimana perasaan Dina. yg skg dia alami.
Erni Nofiyanti
disini kenapa kesan nya si Caca Ama Laras yg di zolim y.
apa Caca ngga sadar ini ulahnya.
Yana Phung
ternyata makin dibaca makin seru
makin merasa terzolimi padahal dia sendiri pelakunya
Sinni AhmaDi
lah kocak x kalian....org licik menghancurkn RT org lain.....malah macak jadi korban🤣🤣
stela aza
si Caca bisanya cuma ngadu domba doank ,, Thor sudahin j rumah tangga si Dina biar dia lepas dari keluarga suaminya ,,
Sinni AhmaDi
Thor q ko penasaran.....kira2 suami Dina dapet karma gak ya
gaby: Ga bakalan dpt karma, berkaca dr novel sblmnya yg judulnya kembalinya mantan. Sang pria yg slingkuh sama mantan, endingnya bahagia dpt istri baru yg nerima dia apa adanya. Kalo feelingku endingnya jg sama, cm pelakor yg hancur, tp suami pengkhianat malah dpt istri baru
total 1 replies
stela aza
kapok kamu Caca,, bilang g merusak rumah tangga orang lain padahal rumah tangga kakanya sendiri di rusak sama dia ,,, Thor nunggu kelanjutan cerita si Dina sama suaminya ,, semoga Dina tau kalau suaminya udh nikah lagi Ama laras
Sinni AhmaDi
mengapa ya Dina mempertahankan mati2an lakinya...padahal lakinya pria plin plan
stela aza
keluarin j kartu AS di Caca biar kapok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!