“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar Pesanan
Mentari pagi telah menyambut, Jasmine berada di depan kaca yang ada di kamar. Sekali lagi mengamati penampilann. Dia telah rapi bersiap untuk bertemu dengan Nathan. Mengantar pesanan.
Jasmine keluar dari kamar dengan senyuman. Melewati dapur. Pandangannya tersita pada Bibi Anna yang sedang memantau pekerjaan pelayan lain. Ia pun menghampiri.
“Bibi Anna saya pergi dulu,” pamit Jasmine dengan ceria saat melalui dapur dan bertemu dengan Bibi Anna.
“Mimin kau mau ke mana?” tanya Bibi Anna dengan alis bertaut.
“Biasa bi. Mengantar pesanan dengan Tuan Nathan,” ucap Jasmine.
“Ingat pulang tepat waktu,” ujar bibi Anna.
“Iya Bi. Tuan Nathan sudah menungguku,” jelas Jasmine.
“Ya sudah, kau boleh pergi,” tambahnya.
“Terima kasih bi.”
Wanita paruh bayah ini tahu jika Jasmine sangat dekat Nathan. Karena itulah Jasmine mendapatkan keistimewaan sebagai pelayan. Dia boleh melakukan pekerjaan paruh waktu. toh juga bersama dengan anak majikan yang lain. Hitung-hitung dia membantu dan memantau anak bawaan dari nyonya Mayline itu.
Jasmine pun berlalu. Yess. Akhirnya dia bisa sedikit menarik napas lega. Dan terbebas dari Devan untuk sejenak.
Sementara itu di kamar, di ranjang king size seorang pemuda tampan yang sedang berbaring menggeliat perlahan mengumpulkan nyawa, mulai membuka kelopak mata. Tak lama Devan bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan diri. Walau kepayahan dengan kaki yang terkilir Devan mencoba mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan pelayan.
Setelah beberapa saat Devan telah mandi. Pemuda tampan ini duduk di sofa.
Tak beberapa lama. Suara ketukan pintu membuat matanya menatap ke arah benda persegi tersebut. Tak lama Bibi Anna masuk ke dalam kamar membawa nampan berisi makanan.
Alis Devan bertaut saat melihat sarapan paginya di antarkan oleh Bibi Anna dan beberapa pelayan. Itu bukan harapannya.
“Selamat pagi tuan. Sarapan sudah siap,” ujar Bibi Anna meletakkan nampan di meja.
Devan memasang wajah datar.
“Ke mana pelayan Mimin?” tanya Devan.
“Pelayan Mimin, sedang pergi tuan,” jawab Bibi Anna.
Devan menatap tajam mendengar pelayan itu pergi.
“Pergi? Ke mana dia?” cecar Devan.
“Dia mengantarkan pesanan barang-barang Online tuan.”
Devan terdiam mengingat pesanan Online tentang pekerjaan Jasmine.
“Oh iya seperti yang tuan tahu Mimin bekerja paruh waktu dan dia bekerja di toko milik ...” suara Bibi Anna terhenti ada rasa takut melanjutkan kalimatnya. Karena dia tahu Devan sangat membenci jika dia menyebut nama ini.
“Toko milik siapa?” tanya Devan tak sabar.
Bibi Anna meremmas jarinya.
“Toko perabotan peninggalan nenek tuan Nathan tuan, yang sekarang di kelola oleh tuan Nathan,” ungkap Bibi Anna lemah.
“Nathan Wang. Saudara tiriku!”
Dan benar, raut wajah Devan mulai berubah.
“Iya tuan. Sudah lama Mimin bekerja di sana dan itu atas permintaan dari nyonya Maylin. Karena hubungan Nyonya dan tuan Nathan juga buruk dan hanya Jasmine yang bisa dekat dengan tuan Nathan. Jadi nyonya Maylin, meminta Mimin menemani dan mengawasi tuan Nathan. Mimin merupakan sumber informasi untuk nyonya Maylin dan nyonya sangat menyanyangi Mimin, dari pada menganggap Mimin pelayan, dia lebih menganggap Mimin sebagai putrinya," jelas bibi Anna panjang lebar.
Mendengar itu seketika rahang Devan mengeras. Wajahnya terlihat menyimpan kemarahan.
“Nathan Wang,” geram Devan. Entah mengapa ada perasaan aneh memikirkan pelayannya dengan saudara tirinya.
Suara ketukan di pintu membuat perhatian Devan tersita lalu pintu kembali terbuka.
Terlihat pelayan mengantarkan seorang gadis cantik yang sedang tersenyum manis. Gurat wajah pemuda itu pun berubah.
“Raline,” seru Devan.
“Pergilah,” ucap Devan pada pelayan yang berada di dalam kamarnya.
Para pelayan pun membungkuk hormat setelahnya keluar kamar meninggalkan dua insan ini.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Raline melangkah mendekat. Lalu duduk di samping Devan.
“Aku sudah merasa baikkan,” sambut Devan dengan senyum.
“Syukurlah.”
Devan dan Raline pun berbincang, menghabiskan waktu bersama. Namun entah mengapa perasaan Devan di selimut kegelisahan seakan ada rasa panas membakar dadanya. Entah ada apa dengan dirinya?
Maaf kalau typo belum di edit. Buru-buru.
Jangan lupa, like, coment ...
pelabuhan terakhir cinta Nathan Wang