NovelToon NovelToon
Istri Di Atas Kertas

Istri Di Atas Kertas

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Nikah Kontrak
Popularitas:876.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Riendiany

Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Belanja dengan Bodyguard

Apartemen Adrian

Jam menunjukkan pukul 8 malam, Ara telah rapi dengan pakaian casual. Celana jeans belel, tshirt hitam lengan pendek serta slingbag silver yang menggantung di lengannya. Rambutnya di kuncir kuda, make up tipis dengan menggaris sedikit alisnya kemudian mengulas lipstick orens muda kesukaannya.

Drrrttt drrt

Satu pesan dari Ardi, 'Nona saya tunggu di lobby '. Dimasukkannya ponsel ke dalam tasnya setelah membalas 'ok'.

Begitu sampai di bawah, mereka langsung masuk ke dalam mobil. Duduk bersebelahan di jok depan. Waktu terasa terjeda, tanpa ada interaksi antara keduanya.

"Mmm...apa kau memang selalu seperti ini ?" Membuka obrolan Ara melirik pria di sebelahnya yang bahkan sudah sepuluh menit berlalu tak juga mengeluarkan suara.

"Ya nona" jawab Ardi asal, karena sedari tadi ia fokus di jalanan yang macet. Sibuk menyalip beberapa mobil.

Ara melirik dari ekor matanya, isshh bahkan pria ini tanpa ekspresi sama sekali saat menjawabnya.

"Kau mau bawa aku kemana ? " tanya Ara, netranya memperhatikan jalanan dan sesekali menoleh pada pria yang duduk di sebelahnya.

"Kita ke Horison (Plaza & supermarket) nona, Tuan tadi berpesan seperti itu"

"Boleh ke tempat lain? "

"Seizin Tuan nona"

Ara mendelik, padahal dia sudah di temani Ardi. Bukankah pria itu lebih dari cukup untuk mengawasinya, mengapa juga harus izin. Dan dia juga tak berencana kabur, karena dia tak punya siapapun selain ibu panti. Kembali ke sanapun tak mungkin.

"Jangan panggil nona lagi, cukup nama saja. Aku bukan nonamu " Ara melirik kemudian membenarkan letak tasnya di atas pangkuannya.

"Tuan Adrian menginginkan demikian no_" dan ucapannya dipotong oleh Ara.

"Di depan Adrian saja kalau begitu" pria itu hanya mengangguk, tak bersuara lagi setelahnya

Sampai di Horison, mereka langsung menuju supermarket. Hari ini yang belanja membludak. Kalau tak ingat di kulkas apartemen tak ada bahan makanan, Ara pasti sudah mengurungkan niatnya untuk belanja hari ini. Antriannya mengular.

Ahaaa tak kehabisan akal, Ara mengambil trolley lalu menyerahkannya pada Ardi. Kemudian menggiringnya untuk antri.

"Kenapa"

"Kenapa? antri" jawab Ara enteng sambil menunjuk ke arah paling belakang dari antrian di depannya

"Kan belum belanja " tangan Ardi menunjuk trolley yang masih kosong.

"Biar aku yang ambil, kamu yang antri, jadi waktu kita tidak habis untuk belanja saja" gadis itu mengedikkan kepalanya dan menunjukkan daftar belanjaannya yang sudah ia tulis tadi.

"Baiklah"

'Ahh ternyata gadis itu cerdik juga' batin Ardi. Dan tak butuh waktu lama, kira-kira satu jam mereka sudah keluar dari supermarket.

Setelah memasukkan semua belanjaan di bagasi, mobil itu meluncur di jalanan yang mulai lengang. Sekilas Ara melirik ponselnya, jam menunjukkan pukul setengah 10 malam.

"Mampir ke taman sebentar ya "

" Sudah izin ?" Ardi mengangkat tangan kirinya dan mengarahkan ke telinga.

"Hanya sebentar, makan jajanan lalu pulang, lagipula Adrian tak menghubungi, mungkin ia pulang ke rumahnya" Ucap gadis itu memelas.

"Baiklah, hanya sebentar " pria itu mengalah.

"Apa Adrian sering menginap di apartemennya?" tanya Ara kemudian.

"Sesekali.....lebih sering kosong " jawab pria itu, membelokkan kemudinya ke kiri setelah melewati perempatan lampu merah menuju taman kota.

Ardi memarkirkan mobil di tepi jalan, mereka berjalan beriringan menuju sebuah bangku kosong di pinggir trotoar.

"Tunggulah disana, aku beli sempolan dulu " tangan Ara menunjuk segerombolan gerobak yang menjual aneka makanan kecil.

" Hmmm" hanya berdehem lirih, Ardi memutuskan untuk duduk.

Tak berapa lama, Ara kembali dengan membawa berbagai makanan kecil, bahkan kedua pergelangan tangannya penuh dengan kantong plastik.

"Banyak sekali, kau bisa menghabiskannya? " dahi pria itu mengernyit, memikirkan Ara yang mempunyai tubuh langsing atau kecil tepatnya tapi malah memborong banyak makanan.

"Kan kita makan berdua" menunjukkan dua jari dari kedua tangannya. " Kau yang harus bantu menghabiskannya " Ara tersenyum licik.

Dan tidak butuh waktu lama, makanan itu masuk ke perut mereka berdua. Namun rupanya ada yang curang, Ara hanya makan sedikit dan sedari tadi ia menjejalkan makanan lebih banyak pada Ardi.

"Ishhh.. sudah... sudah perutku bisa sakit kalau begini " Ardi sampai mengambil nafas berkali-kali demi bisa menelan makanan yang ada dimulutnya.

Ara mengangsurkan botol minum ke pria itu "Minum dulu, pelan-pelan makannya " lalu memegang perutnya yang sakit karena tertawa terus dari tadi. Astaga pria ini, kenapa dia mudah diperdaya kalau urusan perut. Hari ini dia sedikit terhibur dengan pria ini.

"Awas kalau kau beli makanan banyak lagi " ancam pria itu sebelum menyandarkan seluruh punggungnya di bangku, dia merasa benar-benar penuh dan hampir meledak.

"Maaf.. maaf, mubadzir kalau dibuang " cicit Ara menyembunyikan senyum menangnya. Dan akhirnya dia tertawa keras, hal yang sudah ditahannya sejak tadi. Sampai-sampai ia berdiri dan membungkuk memegang perutnya yang tergelitik.

"Ahh...kau sengaja" Ardi geram kemudian bangkit dari duduknya hendak mengejar Ara.

"Tidak.. tidak, aku... aku hanya menraktirmu supaya kau kenyang hahaha " Ara memundurkan tubuhnya. Hendak kabur, namun tangannya dicekal oleh pria itu. Terjadilah tarik menarik hingga tanpa sengaja, Ardi menarik tangan gadis itu sekuat tenaga dan malah tubuhnya tertimpa.

Brukkk..

Persis seperti adegan sinetron, mereka saling menatap, netranya tak berkedip, lama tanpa jeda. Perasaan asing sepihak itu timbul, perasaan nyaman yang susah terjelaskan. Dan berakhir hingga pria itu mengulas tipis senyum di bibirnya.

"Hei... " jari telunjuk Ara menoyor dahi pria itu. " Kau lihat apa.. " dia bergoyang ke kiri dan ke kanan, tangannya pun ikut di kibaskan di depan wajah Ardi.

Ardi mengerjap, menyadari sesuatu " Jangan goyang kau membangunkan sesuatu" mendorong tangan gadis itu agar segera berdiri.

"Hahh... " tak mengerti maksud pria itu, Ara bangun menuju bangku mengambil tasnya "Tidurkan lagi... gampang kan " ucap gadis itu tanpa menoleh dan langsung menuju mobil " Kita pulang... " di ikuti Ardi di belakangnya yang berjalan tak normal karena menahan sesuatu.

"***..tidurkan lagi, kalau benar-benar bangun tak kan semudah itu" gerutunya dalam hati. Hari ini Ardi merasa dikerjai oleh tawanan boss nya itu. Runtuh sudah image nya sebagai bodyguard yang tampan dan dingin. Padahal ia ingin seperti Elang seniornya, yang cekatan, misterius dan dingin. Bahkan pria itu sampai memukul kemudinya karena ia yang dikerjai dan tak boleh membalas.

"Hei Tuan banyak alasan, dari tadi kuperhatikan dahimu berkerut " sambil memegang ponselnya Ara berucap tanpa menoleh.

"Hahh... masa? " mengusap-usap dahinya, seakan kerut dapat hilang dengan cara seperti itu.

"Hahaha... " Ara tertawa lebar, demi apa pria disampingnya itu malah mendengarkan ucapannya.

"Fokuslah.. aku sudah mengantuk... lihat sudah hampir jam 11 " dagunya mengedik ke arah jam yang ada di dashboard.

Selanjutnya sepanjang perjalanan tak ada yang bersuara. Sampai di depan lobby apartemen Ardi turun membantu Ara membawakan barang belanjaan yang tak bisa gadis itu bawa sendiri.

Ting..

Keluar dari pintu lift terasa sekali suasana sepi dari lorong yang menuju apartemen Adrian yang terletak pada lantai tertinggi gedung ini.Tak ada suara sedikitpun, hanya suara langkah kaki mereka yang mendominasi.

Tepat di depan pintu, Ara memencet pasword kemudian pintu terbuka.

"Aku pulang ya.. " segera ia letakkan kantong plastik yang tadi dibawanya dari dalam mobil di depan pintu apartemen.

"Hei. . kenapa kau tak bantu menaruhnya di dalam? Ini banyak sekali, apa kau mau ngerjaiku " sungut Ara, bibirnya mengerucut.

"Tinggal angkat ke dalam, lagipula ini dekat " sanggah pria itu tak mau kalah.

"Kau... " Ara mendelik tak terima, barang belanjaanya begitu banyak dia pasti akan bolak-balik memasukkannya ke dalam apartemen.

Tanpa menunggu, Ardi melangkahkan kaki meninggalkan gadis itu yang menggerutu sendiri. 'Pria macam apa yang membiarkan seorang gadis bersusah payah sendiri, ahh tapi semua pria disini kan seperti itu'. Tak peka.

Sampai di kantong plastik terakhir dan setelahnya gadis itu menutup pintu. Sedikit menarik tubuhnya ke belakang, demi memberi perasaan lebih nyaman pada punggungnya yang terasa sedikit ngilu akibat pergerakan monoton yang baru saja dilakukannya.

Telinganya menangkap suara dari arah dapur, padahal saat terakhir ditinggalkannya tak ada siapapun di tempat itu. Suara kulkas dibuka kemudian terdengar seperti seseorang sedang menuang air ke dalam gelas.

Ara berjingkat, kali ini langkahnya benar-benar ia buat tanpa suara. Saat ia sampai, telinganya menangkap pergerakan menuju ke arahnya. Ia hampir saja berbalik ketika yang muncul adalah sesosok pria dengan tshirt putih dan celana piyama abu yang seketika berhenti dan menatap ke arahnya. Adrian, pria itu.

"Emmm... maaf aku.. tak tahu kau datang, karena kau tak memberi kabar sama sekali" ucap Ara terbata-bata, ia mencoba menata degup jantungnya yang tiba-tiba saja menderu. Selama ini ia hanya bertemu dengan Adrian yang berbalut stelan jas rapi dan rambut klimisnya. Tapi malam ini, penampilannya lebih santai sangat santai malah, rambutnya sedikit terurai dan tampak matang. Emm matang (pria dewasa yang tetap tampan di usianya yang tidak lagi muda) menurut Ara.

"Ya, sekedar mengingatkan kalau apartemen ini milik-ku, jadi aku tidak harus selalu memberitahumu kalau aku ingin kesini" ucapnya datar, menunjukkan kepemilikannya dan siapa gadis itu disini. "Dan jangan memasukkan siapapun tanpa izinku " katanya kemudian memperingati.

"Ah ya... maaf.. " Ara tak sanggup melanjutkan ucapannya. Ia tertegun, rasanya seperti..entahlah bukannya dia tidak berhak tersinggung dengan ucapan Adrian, namun hal itu sedikit menusuk hatinya hingga membuat netranya sedikit berembun. Ia pun menunduk demi menyembunyikan wajahnya. Kemudian mengusapnya.

Pantas Ardi tak mau mengantarkannya sampai ke dalam. Inilah alasannya, dan sungguh tak masuk akal, bukankah pria itu bodyguard Adrian.

Lagipula apa yang seorang tawanan harapkan dari anggap saja 'majikan'. Bukankah seorang tawanan harus mengikuti perintah Tuannya. Itu pula yang ia ingat dari perjanjian mereka sebelumnya. Harga mati, hanya menurut tak bisa menuntut.

Adrian melenggang pergi menuju kamarnya. Dan sebelum dia menghilang di balik pintu kamar, gadis itu mengejarnya. Hampir saja Ara menabrak pintu kalau Adrian tak segera menyadarinya.

"Maaf bolehkah saya mengambil piyama dan selimut lebih dahulu" pintanya sambil mengarahkan pandangannya ke dalam kamar.

"Bantal dan selimut sudah aku taruh di ruang kerjaku " membuka pintu sedikit lebih lebar untuk memberi jalan Ara masuk ke kamarnya.

Gadis itu segera masuk menuju lemari pakaian dan mengambil piyamanya. Kemudian mengangguk canggung " Terima kasih" dan berlalu menuju ruang kerja Adrian. Bahkan ia tak perduli dengan belanjaannya yang masih ada di dapur. Ia sudah tak ingin kesana lagi.

Adrian menatapi punggung gadis itu, hingga menghilang dari pandangannya. Meskipun ia dingin, ia tak pernah memperlakukan seorang gadis seperti ini sebelumnya. Bahkan Adrian dengan tega menepati omongannya, bahwa ketika pria itu menginap di sini maka Ara harus tidur di sofa ruang kerjanya. Ini pertama kalinya, mengizinkan gadis itu yang nyata-nyata orang lain dan juga seorang tawanan tinggal satu atap dengannya.

Meraup wajahnya dengan kasar, kemudian sedikit mengambil nafas demi menciptakan kenyamanan dari dirinya. Meyakinkan dirinya bahwa apa yang baru saja diperbuatnya adalah hal normal.

Begitu sampai di dalam ruang kerja Adrian, gadis itu memindai seluruh ruangan. Ruangan yang didominasi warna biru ini sangat nyaman, lebih nyaman dari sebuah ruang kerja, meskipun luasnya tak sebesar ruangan lain di dalam apartemen ini. Terdapat satu kasur lipat yang berada di antara rak buku, selain meja dan kursi tentunya, kemudian sofa putih di ujung dekat jendela. Tepat bersebelahan dengan meja kerjanya.

"Baiklah, kita tidur di sofa saja" gumam Ara. Hemmm mengapa juga aroma pria itu menguar seakan memenuhi ruangan ini. Pikirannya melayang saat ia yang berusaha kabur malah terjatuh dalam pelukan Adrian. Wangi yang menenangkan, membuatnya seperti di surga, bunga-bunga bermekaran dan hei... Ara menepuk sendiri pipinya dan kemudian malah dielusnya karena sakit yang dirasanya. Dia diharuskan menjadi orang yang tidak berperasaan, tidak boleh tepatnya. Karena kesepakatan itu, kesepakatan yang mengikatnya sepihak.

Ara bangkit setelah menata tempat tidurnya yang entah untuk berapa hari ke depan akan menemaninya. Gegas ia menuju kamar mandi berganti pakaian kemudian menjatuhkan diri di sofa, dan mengambil ponselnya untuk menyetel alarm.

Baru saja tangannya menarik selimut, saat ia terlonjak kaget dan hampir saja terjatuh, ponselnya tiba-tiba saja berbunyi di level paling nyaring dengan lagu yang menghentak.

Segera diraihnya benda pipih di atas meja itu. Muncullah nama pemanggil "Mr. Add", yang diingatnya tak pernah ia menyimpan kontak dengan nama seperti itu. Lama dibiarkannya nomer itu memanggil, namun tak kunjung berhenti pula ponselnya berbunyi.

Digesernya tombol hijau kemudian mendekatkannya di samping telinga. Belum sempat menjawab, terdengar suara di seberang dengan nada protes.

"Lama sekali..huek.. huek " suaranya jauh hampir tak terdengar "Ke..

#terimakasih masih mengikuti 🙏

1
Idasesoega
sangat mengharukan, sangat cerdas secara psikolog, sangat menyenangkan dan membahagiakan siapan cerita ini, khususnya ban ini. 👍👍👍👍👍

terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏
melting_harmony
Luar biasa
Widati Dati
1 vote n 19 ikat mawar bwt mu thor... trs semangat thor.. dg crta yg brkualitas
Riendiany: Terima kasih🥰
total 1 replies
Bun Yian Cu Dumpit
happy ending,, KK lanjut cerita k elang SM Mala, Dani dan merra jg yh Thor plisss
Bun Yian Cu Dumpit
cerita KK SM Uda ak ikut terharu jg KK smoga kakak sllu d lindungi dn d bri kesehatan amin
Bun Yian Cu Dumpit
semua nya ja lah aku mau Thor ceritanya sungguh menarik dlm hidupku
Bun Yian Cu Dumpit
smoga elang SM Mela jadian, ngk sabar ak liat mereka semua bahagia untuk othor ny smoga sehat slalu😃
Bun Yian Cu Dumpit
ohh rupanya Akio masih hdup, drama selanjutnya ak mau dngar crita Tomy SM Laura yh Thor
Bun Yian Cu Dumpit
ohh rupanya Akio masih hdup, drama selanjutnya ak mau dngar crita Tomy SM Laura yh thor
Bun Yian Cu Dumpit
senanggggg nya ak melihat keluarga mereka berkumpul
Bun Yian Cu Dumpit
senanggggg nya ak melihat keluarga mereka berkumpul
Bun Yian Cu Dumpit
akhirnya keluarga Ardian bersatu jga stelah sekian lma berpisah dn ak yg BCA ikut bahagia jg, Dani sudah mengetahui kesalahpahaman yg bertahun² tertutup
Bun Yian Cu Dumpit
terharu aku, bnyak mengandung bawang😭😭😭😭 menurut ak
Bun Yian Cu Dumpit
siapa yh org yg d maksud Dani rahasia, atw jngn² adiknya si merra🤔
Bun Yian Cu Dumpit
semoga jg cpat ketemu Dani SMA ibu sambung ny lewat adek ny merra
Bun Yian Cu Dumpit
Ara SM keluarga angkatnya udh ketemu, tinggal nunggu jalur Thor untuk mempertemukan Ara dn Ardian jdi satu
Bun Yian Cu Dumpit
penasaran SMA org yg d telpon dokter ORI yg d sebut kakak tuh siapa ya?? penasaran EMG ak hehe
Bun Yian Cu Dumpit
semoga lh dinding es Dani bisa d cairkan, smoga jga secepatnya Ara d pertemukn kembali dngn Ardian keluarga kecilnya, ngomong² Thor org tua angkatnya Ara kok ngk muncul lagi yah
Bun Yian Cu Dumpit
kira² siapa yh org misterius itu ad ninggalin surat lagi, ap mungkin Ardian yh, ah jdi penasaran nc akunya
Bun Yian Cu Dumpit
kok ak jdi nangiss sih BCA d bab😭😭😭 ini,,tlg dong KK Thor sruh Dani cepat Thu kejadian Omanya dlu itu biar dia ngk nyalahin Ara trus,,dn biar dia Thu yg menyebab Omanya dlu meninggal ibu kandung ny sndiri si ardina
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!