Menikah karena wasiat, itulah yang di alami Clea. ia terpaksa menikah dengan Renei Suprapto, pria tampan, mapan dan matang dan juga suami orang. Margareth istri Renei yang menginginkan pernikahan itu terjadi karena ia sedang sakit keras. Margareth tidak ingin sepeninggal dirinya Renei kesepian karena itu ia menjodohkan suaminya dengan Clea gadis berusia dua puluh tahun yang tak lain adalah petugas terapis Margareth selama sakit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6 Pelukan Kecil & Kebencian Renei
"Halo mas...."
Renei terkejut mendengar Clea bicara di telepon. Ia tidak habis pikir bagaimana Clea bisa terkunci di mall.
Renei mematikan telepon tanpa banyak bicara. Ia bahkan hanya diam ketika Clea bicara di telepon. Suara gadis itu terdengar panik.
Renei meraih jaket dan menyambar kunci mobil di atas meja di kamarnya. Ia bergegas pergi menyusul Clea.
Margareth kau kirimkan gadis ceroboh itu untuk ku?
Renei menambah kecepatan mobilnya agar segera tiba di pusat perbelanjaan tempat Clea terkunci di dalamnya. Ia menggeleng kepala kenapa bisa Clea sampai tertinggal di tempat itu. Apa dia berbelanja sampai lupa ingatan? Batin Renei kesal.
Mobil Renei tiba di depan gedung pusat perbelanjaan. Malam sudah larut, suasana juga sangat sepi. Seorang security terlihat berjaga di depan gedung. Renei menghampiri security itu menjelaskan jika di dalam sana masih ada seseorang yang tertinggal.
"Bisa kau bukan pintunya? ....hmm ada seseorang tertinggal di dalam gedung ini" kata Renei.
Renei tidak mengatakan jika yang tertinggal di dalam sana adalah istrinya.
"Apa bapak yakin?" tanya security itu.
"Iya dia menelponku"
"Baiklah"
Security itu membuka pintu utama gedung, didalam sana minim penerangan karena memang sudah tutup. Renei mengedarkan pandangannya, matanya tertuju pada Clea yang duduk di lantai menekuk kedua kakinya dengan ketakutan. Clea terkejut menatap ke arah Renei. Ia segera bangkit dan berjalan menghampiri Renei. Dengan gemetar Clea memeluk tubuh tegap itu.
Rene yang terkejut dengan perlakuan Clea hanya diam mematung dengan datar. Sesaat ia bisa merasakan degup kencang jantung Clea. Gadis itu ketakutan dan tubuhnya terasa bergetar. Renei memalingkan wajahnya pertanda tidak nyaman Clea menyentuhnya.
"Ah maaf..." Clea yang menyadari telah memeluk Renei akhirnya memundurkan langkahnya dengan canggung dan salah tingkah. Keduanya lalu berjalan menuju mobil.
"Aku mencari mu karena janjiku pada Margareth, jadi jangan berpikir macam-macam!" kata Renei tanpa memandang Clea yang duduk di sampingnya.
"Iya saya mengerti mas, terimakasih sudah datang" kata Clea. Ia tidak peduli apa yang Renei katakan yang penting ia sudah keluar dari tempat itu.
"Apa kau berbelanja sampai lupa diri? Kenapa bisa ceroboh terkunci di mall?" tanya Renei ketus.
Clea hanya terdiam tidak menjawab. Ia tidak menjelaskan pada Renei jika ia menyewa sebuah toko di sana. Lagipula Renei juga pasti tidak peduli.
Mobil tiba di rumah, Clea bergegas turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah. Ia meninggalkan Renei yang berjalan di belakangnya.
"Bibi..."
"Ya tuan"
"Buatkan saya kopi"
"Baik tuan"
Renei kembali ke kamarnya tanpa mempedulikan Clea. ia juga tidak bertanya kondisi gadis itu setelah terkunci di mall selama berjam- jam..
Ia merebahkan dirinya di sofa menatap langit kamarnya dan hatinya merindukan Margareth. tapi yang terlintas justru wajah yang tidak Renei inginkan yaitu Clea. Seketika Renei menutup wajah tampannya dengan bantal. Mengusir bayangan Clea dari benaknya. Wajah ketakutan, pelukan, foto pernikahan yang terpajang di kamar Clea semua berganti memenuhi kepala Renei saat ini. tapi Renei meyakinkan hatinya jika ia tidak menyukai Clea sama sekali dan satu-satunya wanita yang ia cintai hanya Margareth.
Sepertinya aku sangat merindukan mu Margareth sampai aku jadi gila, Renei bangkit dari sofa ia berdiri menatap keluar jendela kamarnya. Sepertinya malam ini ia tidak bisa memejamkan matanya. Rasa mengantuk sudah musnah di gantikan kebimbangan yang bergelayut di hati Renei.
