🥇Juara 1 YAAW Periode 2 2024 Genre Pria
🏅Juara Tema Kreatif 'Harem'
Elang menjadi pemuas nafsu para wanita dewasa semenjak SMA. Ia terpaksa melakukan itu demi bertahan di kehidupan ibu kota yang keras. Sampai suatu hari Elang mendapat pelanggan yang membuatnya terjebak dalam masalah besar.
Takdir membawa Elang harus menjadi guru les privat putri dari salah satu pelanggannya. Terlebih putri pelanggannya itu adalah sahabat kekasihnya Elang. Parahnya ketiga perempuan itu sama-sama jatuh cinta pada Elang.
Inilah cerita Elang. Petualangannya dalam menghadapi banyak wanita di hidupnya. Bagaimana kelanjutannya? Apa Elang membiarkan banyak wanita berlabuh di hatinya? Atau dia memilih melabuhkan hatinya hanya untuk satu orang saja.
*Genre : Harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2 - Awal Menjadi Berondong
3 bulan yang lalu...
Elang baru saja menerima gaji pertamanya sebagai pelayan paruh waktu di sebuah cafe. Akan tetapi dia sangat kecewa gajinya tidak sebesar kerja kerasnya. Sehari sekali, Elang hanya digaji lima puluh ribu.
"Sialan! Udah capek-capek kerja. Dapatnya segini doang. Ini cuman makan roti doang besok, belum lagi uang jajan buat sekolah," keluh Elang sambil berjalan menyusuri jalanan trotoar. Dia menoleh ke sekeliling, untuk mencari kerjaan baru yang lebih menjanjikan.
Sampai tibalah Elang berjalan melewati sebuah klub malam. Saat di sana, ada seorang perempuan yang duduk merokok sendirian. Parasnya cantik dan mengenakan pakaian seksi.
Elang tak bisa menahan diri untuk tidak melirik perempuan tersebut. Namun saat perempuan itu menoleh ke arahnya, buru-buru Elang mengalihkan pandangan. Elang langsung menghampiri tukang jual cilok yang kebetulan ada di sana. Ia berpura-pura membeli makanan itu.
'Bjir! Kenapa aku malah beli cilok? Habisin uang aja. Padahal uangku cuman lima puluh ribu,' batin Elang.
"Sepuluh ribu!" ujar abang penjual cilok yang sudah selesai membungkus pesanan Elang.
Dengan berat hati, Elang terpaksa menyerahkan uang lima puluh ribu satu-satunya. "Ini, Bang..." ujarnya.
"Makasih, Dek!" Abang cilok itu mengambil uang Elang. Akan tetapi dia kesulitan mengambilnya karena Elang memegangnya dengan kuat. Elang seolah tak rela memberikan uangnya.
"Lepas dulu, Dek! Biar dikasih kembaliannya," ucap Abang cilok.
"Aku nggak jadi beli deh, Bang. Soalnya uangku tinggal segini," ungkap Elang.
"Enak aja. Nggak bisa gitu. Lagian kan kau tadi sudah pesan!" Abang cilok tak terima.
"Tapi..." Elang masih mempertahankan uangnya.
"Sudah, Bang! Biar aku yang bayar!" tanpa diduga, perempuan cantik yang sejak tadi dilirik Elang mendekat. Dia membayarkan cilok pesanan Elang.
"Makasih, Mbak!" kata Elang.
"Ini nggak gratis," tanggap perempuan itu.
"Lalu aku harus bayar berapa?" tanya Elang.
"Tidak dengan uang!" sahut si perempuan. "Ayo ikut aku!" ajaknya.
Elang awalnya bingung, tetapi dia tak punya pilihan selain mengikuti perempuan tersebut. Kini dia berjalan di sampingnya.
Elang harus telan ludah, karena sejak tadi dia tidak fokus dengan lekuk tubuh perempuan itu.
"Namaku Rilly. Kalau kau?" tanya Rilly.
"Aku Elang!" jawab Elang.
"Kalau boleh tahu, berapa umurmu?"
"17 tahun."
"Itu berarti kau masih SMA kan?"
"Iya. Kita mau kemana ya, Mbak?"
Rilly berhenti melangkah. Dia memutar tubuhnya menghadap Elang dan berucap, "Temani aku ya. Aku kesepian. Kau mau kan?"
"Menemanimu? Apa dengan itu aku bisa membayar cilok traktiranmu?" tanya Elang.
"Iya, Sayang... Dengan itu," tanggap Rilly. Dia mengajak Elang memasuki sebuah hotel yang ada di sebelah klub malam.
"Pesan satu kamar!" ujar Rilly.
Elang mengerutkan dahi saat mendengarnya. "Kenapa kau memesan kamar?" tanyanya.
"Kamar adalah tempat ternyaman untuk mengobrol kan?" jawab Rilly.
"Kenapa tidak bilang dari awal. Aku padahal bisa membawamu ke kamar kostku. Tidak jauh dari sini kok," kata Elang.
Rilly terkekeh. "Ya ampun, kau menggemaskan sekali," komentarnya sembari menerima kunci yang diberikan resepsionis. Dia dan Elang segera pergi ke kamar hotel yang telah di pesan.
Elang berdecak kagum saat melihat bagaimana tampilan mewah kamar hotel yang dipesan Rilly.
"Ternyata begini kamar hotel. Pantas mahal," komentar Elang.
"Apa ini pertama kalinya kau ke tempat begini?" tanya Rilly yang tampak mengeluarkan rokok dan segera menyalakannya. "Kau mau?" tawarnya.
Elang tersenyum dan segera mendekati Rilly. Dia terima rokok pemberian perempuan itu. Kini keduanya sama-sama merokok. Rilly buka jendela kamar agar asapnya tidak mengepul.
"Sepertinya kau tidak sepolos yang ku kira," tukas Rilly.
"Kenapa kau menganggapku polos?" tanya Elang.
"Karena sejak tadi kau bersikap begitu."
"Menurutku itu normal. Aku hanya ingin tahu, jadi aku bertanya. Jadi ceritakan padaku, Mbak. Kenapa kau bisa kesepian?" ujar Elang. Dia bersikap seperti seorang teman pada Rilly, mengingat perempuan tersebut meminta ditemani.
"Bwahaha!!" Bukannya menjawab, Rilly justru tertawa terbahak-bahak.