Kalo nanti kita gak bisa ketemu lagi dan aku nggak bisa tahu gimana keadaan kamu aku cuma berharap semoga hari-hari kamu baik ya semoga kebahagiaan selalu menyertai mu dan semoga kamu gak Pernah ngerasain sakit apa yang aku rasain, " Bumi langit Baskara
Kata orang cinta itu harus diperjuangkan Tapi apa mungkin gue harus Perjuangkan cewek yang gak Pernah menghargai gue
Bumi langit Baskara
" Luna gue cinta sama lo " Bumi langit Baskara
" Apa lo bilang lo cinta sama gue " Luna Calista
" iya "
" Maaf Bumi gue itu gak Cinta sama lo gue gak mungkin Pacaran sama Cowok miskin kayak lo Nanti apa kata orang nanti seorang Luna Calista berpacaran sama Cowok miskin, " Luna Calista
" Luna Bersamamu adalah impian ku Namun apakah Takdir masih bisa berpihak kepadaku aku Takut jika aku gak bisa bikin kamu bahagia,"
Ini kisah yang sangat sederhana Tentang anak laki-laki yang bernama Bumi, Bumi yang selalu memberi Cinta kepada Luna namun sebaliknya Luna yang selalu membuat dia hancur
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Cahayaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. KENYATAAN PAHIT
Matahari Pagi telah muncul dari ujung timur, embun jernih pun mulai membasahi tumbuhan, Pertanda bahwa Pagi pun telah tiba, dan hari berganti lagi. Namun sejak dua jam yang lalu Luna masih anteng membungkus tubuhnya menggunakan selimut tebal. Suhu tubuh gadis itu cukup tinggi dengan wajah yang Pucat. Mungkin karena kehujanan dan semalam begadang menyelesaikan tugas sekolahnya dan tugas les nya.
Gadis dengan rambut berantakan itu sesekali bergumam tidak jelas dengan bibir bergetar. Bi Ijah yang melihatnya Pun merasa tidak tega, untuk membangun kan gadis itu.
" Non, non Luna sakit yah," Ujar Bi Ijah menepuk Pelan tubuh Luna
" Ya ampun non suhu badan non Luna Panas banget Bibi bilang yah sama tuan dan nyonya, " ujar Bi ijah lagi setelah menyentuh jidat Luna.
Luna tak menjawab gadis itu masih memejamkan matanya dengan tubuh bergetar kedinginan. Hal itu membuat Bi Ijah semakin khawatir dan memutuskan untuk mengatakan kepada Arga dan Intan selaku orang tua gadis itu.
Bi Ijah Pun menuruni tangga dengan Panik menghampiri Arga dan Intan yang sedang sarapan di meja makan.
" Bi Luna dimana, saya belum melihatnya Pagi ini," Tanya Intan seraya mengolesi selai di rotinya.
" Gini tuan, nyonya. Non Luna lagi sakit, badanya Panas banget terus waktu bibi cek, " sahut Bi Ijah menundukan kepalanya.
" Sakit ? Menyusahkan saja dia " ujar Arga dengan raut wajah kesal.
Tanpa basa-basi Arga dan Intan Pun langsung menaiki tangga menuju kamar gadis itu diikuti oleh Bi Ijah di belakangnya.
Brak
Setelah membuka Pintu dengan kencang Arga dan Intan Pun menatap tajam ke arah Putri mereka sendiri.
" Kenapa kamu " Tanya Arga dengan ketus dan seolah tak Percaya.
Dengan susah Payah Luna mencoba menjawab Pertanyaan sang Papa dengan takut
" Luna sakit Pa ijinin Luna gak sekolah untuk hari ini,"
" Sejak kapan dan kenapa bisa seperti ini," Tanya intan mendekati gadis itu dengan wajah datar.
" S-semalam Ma " sahut Luna terbata-bata.
" Cih Pasti Karena lelaki tidak jelas itu yang mengantarmu Pulang saat hujan," Ujar Arga berdecih Pelan.
Luna mendongakan kepalanya saat mendengar ucapan Arga.
" G-gak Pa Luna emang lagi kecapekan aja akhir-akhir ini,"
" Sudah mami bilang Jangan dekat dengan anak tidak jelas itu ! Lihat sekarang akibatnya, kamu sampai sakit seperti ini. Dia saja tidak bisa menjaga kamu, apalagi dengan hanya mengandalkan motornya yang butut itu, " ujar Intan meninggikan nada bicaranya.
" ini bukan salah Bumi mi. Bumi cuma anter Luna Pulang kok, karena di halte waktu itu udah malem, dan haltenya ramai kasus Pencopetan jadinya Bumi berinisiatif untuk anterin Luna, " sahut gadis itu.
" Kamu Pikir Papa dan Mama Percaya ? Tentu tidak Luna Apapun alasannya, itu tidak berarti karena Pada akhirnya kamu sakit seperti ini bukan," Ujar Intan
" Hal seperti ini hanya bisa menghambat sekolah kamu, " sambung Arga
Luna menatap tidak Percaya ke arah kedua orangtuanya dengan mata yang berkaca-kaca. Setidak Peduli itu kah mereka dengan dirinya yang merupakan anak kandungnya. Kini ia sedang sakit bukan kah seharusnya mereka menghawatirkan kondisinya, bukan malah menghawatirkan sekolahnya.
Luna kini bangkit dari tempat tidur nya berdiri dengan sempoyongan menatap kedua orangtuanya.
" AKU CUMA PENGEN DIRAWAT SAMA KALIAN SAAT SAKIT SEPERTI DULU SAAT NENEK DAN KAKEK MASIH ADA. APA ITU SULIT," Luna mengeraskan suara nya.
Crak
" CUKUP LUNA ! HENTIKAN SIKAP TIDAK SOPAN KAMU ITU MEMBENTAK KAMI INI ORANG TUA KAMU, " Pekik Arga membanting sebuah bingkai di dekatnya.
" Berapa kali Mama bilang, kamu sudah bukan anak kecil lagi Luna. Berhenti bersikap kekanak-kanakan seperti ini Kamu sudah dewasa dan urus diri kamu sendiri, " ujar Intan
" Kalo kalian memang orang tua aku, maka gak akan ada batas umur untuk merawat aku bukan ? Sebesar apapun aku, tetap anak kalian, dan aku tetap butuh Perhatian kalian."
Bruk
Belum sempat Luna menyelesaikan ucapannya tubuh gadis itu ambruk diatas kasurnya dengan tiba-tiba, membuat Arga dan Intan terkejut.
" Astaga non " Pekik Bi Ijah yang sedari tadi melihat didekat Pintu langsung menghampiri dan memeluk erat tubuh gadis itu.
" Tuan nyonya non Luna sedang sakit Bisa kah kalian sedikit saja bersimpati Padanya," Tanya Bi Ijah.
Kedua orang itu hanya diam terpaku melihat Luna tanpa menjawab Pertanyaan dari Bi ijah.
" Kamu urus dia sampai sembuh. Saya dan istri saya ada urusan Penting di kantor," ujar Arga meninggalkan kamar Luna.
" Bi Jaga dan rawat dia Pastikan besok dia sembuh dan bisa kembali bersekolah, saya tidak mau dia ketinggalan mata Pelajaran sedikitpun," sambung Intan sebelum ikut keluar dari kamar Luna
Bi Ijah menggelengkan kepalanya tidak Percaya menatap kedua orang tua itu. Matanya kembali terfokus Pada wajah Luna yang Pucat.
" Non gak sendirian di sini Ada bibi yang selalu jagain non Luna yah, " gumam Bi Ijah memeluk erat tubuh Luna.
......................