Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Sebuah Keputusan Penting (Mami Monic)
"Belum, Mi." Starla tak bisa berbohong perkara yang ini. Sebab, ia khawatir ibunya curiga padanya.
"Walaupun penyakitmu sudah baik-baik saja dan enggak kambuh lagi seperti dulu-dulu, saran Mami kasih tahu Brahma. Siapa tahu Brahma bisa bawa kamu ke luar negeri untuk pemeriksaan lebih lanjut yang detail dan akurat di sana. Kamu enggak lupa kan apa kata dokter jika kamu sampai hamil saat penyakitmu belum sembuh total ? Terlebih dokter belum kasih izin. Mami khawatir Brahma atau orang tuanya pengin kalian cepet punya anak di saat kondisimu yang belum tepat untuk hamil sekarang ini,"
Starla masih terdiam dengan gemuruh hebat di batinnya. Rasanya begitu sesak di dada. Sedangkan Mami Monic juga khawatir dengan kondisi putrinya itu. Dirinya memang tak tahu mengenai kondisi jantung Starla yang menurun di tiga tahun terakhir. Akan tetapi larangan mengenai kehamilan Starla, Mami Monic tahu akan hal itu.
Dahulu ketika Starla masih berusia delapan belas tahun, dokter sudah menyampaikan perihal masa depan pasien jika nantinya hamil dengan kondisi penyakit jantung yang masih belum sembuh total. Nyawa Starla pastinya akan lebih terancam daripada jabang bayinya. Alhasil dokter menyarankan untuk menunda kehamilan dahulu. Lebih aman hamil ketika Starla sudah mendapatkan jantung donor.
Namun mendapat jantung donor yang cocok tentunya tak mudah. Banyak sekali pasien seperti Starla yang juga tengah mengantri untuk mendapatkannya. Terlebih jantung donor didapatkan dari orang yang sudah meninggal dunia, bukan yang masih hidup.
Jantung donor yang digunakan dalam transplantasi jantung harus dalam kondisi normal dan tanpa penyakit lain yang serius atau komplikasi. Jantung donor juga harus disesuaikan dengan jenis darah dan jaringan penerima agar risiko penolakan tubuh dapat berkurang.
"Mami enggak perlu khawatir, Lala baik-baik saja kok. Beri Lala waktu buat bicarakan penyakit Lala ke Mas Brahma," ucap Starla.
"Mami bukannya mau ikut campur urusan rumah tanggamu. Jika kamu enggak bahagia atau masalah anak membuatmu tertekan, lebih baik kalian pisah. Kita bisa pergi jauh dari kota ini berdua saja. Mami sudah memutuskan untuk berhenti,"
"Maksud Mami berhenti?"
Mami Monic pun akhirnya menyampaikan kabar penting untuk Starla. Ya, Mami Monic memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai muci*kari. Sejak Starla menikah dengan Brahma, Mami Monic lebih banyak menghabiskan waktu bersantai di rumah.
Ia sudah jarang sekali pergi ke klub malam atau bertransaksi P S K yang berada di bawah naungannya dengan para pelanggan. Baron serta anak buahnya yang menghandle urusan tersebut. Mami Monic sudah bertekad untuk pensiun alias meninggalkan dunia hitam yang selama ini dijalaninya.
"Bu Tutik, pemilik sekaligus kepala panti asuhan tempat kita tinggal dahulu ketika kamu masih kecil, sudah meninggal dunia."
Panti asuhan yang dimaksud Mami Monic berada di kota yang sama dengan tempat mereka tinggal saat ini. Hanya saja letak panti tersebut berada di pinggiran kota. Panti tersebut merupakan data yang menjadi alamat tinggal Starla di dokumen negara.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun, kapan meninggalnya Mi?"
"Tiga hari yang lalu. Mami juga baru dapat kabar kemarin dari rekan di sana. Mami sudah takziah ke sana diantar Baron. Sepulang dari panti, Mami banyak merenung dan berpikir. Mami ingin membantu urusan di panti. Mami juga ingin membalas budi baik almarhumah Bu Tutik di masa lalu yang pernah nolongin Mami dan kamu waktu kecil. Terlebih selain panti asuhan, di sana juga ada panti jompo. Rekan-rekan di sana kekurangan tenaga. Walaupun Mami enggak dibayar juga tak apa. Lihat kondisi mereka yang sudah tak punya keluarga, Mami merasa senasib seperti mereka."
Seketika Starla bangkit dari duduknya lalu berjalan ke tempat duduk yang ada di samping ibunya. Starla langsung memeluk Mami Monic.
"Mami enggak sendirian di dunia ini. Masih ada aku. Apa Mami sekarang enggak anggap Lala ada?" bisik Starla sendu. Mami Monic otomatis membalas dekapan hangat Starla, putrinya.
"Maafin Mami yang selalu keras sama kamu sejak kecil, La. Mami pernah nutupin identitasmu sampai bohongin kamu. Bahkan mau jual kamu ke Pak Wiryo. Percayalah, semua Mami lakuin demi kebaikan kita berdua. Maaf kalau Mami belum jadi ibu yang baik buatmu. Yang bisa kasih harta berlimpah buat hidup kita,"
"Lala ngerti. Lala yakin Mami ngelakuin semua itu pasti punya alasan yang kuat. Lala enggak akan tanya alasannya kenapa. Apapun yang terjadi, Lala tetap sayang sama Mami. Doakan terus Lala biar cepat sembuh dan sehat serta jadi wanita normal seutuhnya. Biar bisa kasih cucu yang lucu-lucu buat nemenin hari tua Mami,"
"Aamiin..." ucap Mami Monic seraya mengaminkan doa Starla. Ibu dan anak tersebut saling berpelukan dan seketika terisak bersama.
Starla begitu bahagia karena ibunya dengan kesadaran sendiri ingin berhenti dari dunia hitam. Bahkan ibu kandungnya itu ingin menjadi orang baik yang membantu di panti asuhan, tempat yang penuh sejarah dalam hidup mereka di masa lalu. Sebelum akhirnya mereka berdua pindah dan menjadi penghuni Gang Ding Dong. Sebuah gang yang dikenal oleh masyarakat yakni area lokalisasi terbesar dan ternama di kota tersebut.
Setelah pembicaraan empat mata itu selesai, keduanya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dengan kendaraan yang berbeda. Hal ini sengaja dilakukan agar tak ada yang curiga. Starla naik taksi online. Sedangkan Mami Monic naik mobil milik Baron yang ia kemudikan sendiri.
Tanpa keduanya sadari, ada seseorang yang memantau kegiatan ibu dan anak tersebut dari kejauhan sejak tadi. Bahkan ia membidik banyak gambar keduanya yang sedang berinteraksi tanpa diketahui alias secara candid.
Selama pembicaraan dengan Starla, Mami Monic selalu melihat dan memantau keadaan sekitarnya. Sebab, ia tak mau kecolongan perihal apapun. Sejak dulu, ia selalu melakukan hal-hal yang cukup protektif seperti ini antara dirinya dengan putri kandungnya itu. Setelah dirasa aman, baru ia leluasa melakukan pembicaraan maupun berinteraksi dengan Starla di restoran tersebut.
Akan tetapi, saat ini orang yang memantaunya termasuk kategori sangat profesional. Orang tersebut berhasil membuat Mami Monic tak tahu jika tengah dipantau, sehingga lengah dan membuat celah. Setelah kepergian Mami Monic dan Starla dari restoran tersebut, laki-laki yang memantau mereka segera menghubungi seseorang.
Tut...Tut...Tut...
Sambungan telepon tersambung dan tak lama segera diangkat oleh seseorang di seberang sana.
"Halo..."
Bersambung...
🍁🍁🍁