FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.
Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.
Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?
Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.
Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.
Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.
Tidak sa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Gendong
°°°
Kakek Tio sudah sampai lebih dulu sejak tadi dan entah mengapa ia begitu senang saat tau cucu dan cucu menantunya belum sampai. Pikirnya rencana yang ia buat berhasil membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat. Ia bersantai di ruang tamu menunggu kedatangan mereka.
"Apa mereka belum datang juga?" tanya kakek Tio pada supir sekaligus orang kepercayaannya.
"Belum tuan," jawab pak Ahmad.
"Bagus, sepertinya rencana kita berhasil." Kakek Tio tersenyum puas, jika mereka tidak pulang dan menginap di suatu tempat, pasti membuat kakek merasa lebih senang.
Pak Ahmad pun ikut merasakan kebahagiaan yang kakek Tio rasakan.
Beberapa saat kemudian terdengar suara mobil memasuki halaman rumah.
Sampai pukul jam sepuluh malam mereka baru sampai dirumah Revan dan kakek Tio tinggal. Mereka lama diperjalanan karena sedikit macet akibat terjadi kecelakaan, Revan pun sangat pelan saat menyetir. Apa kalian tau apa yang membuatnya menyetir dengan pelan, penyebabnya ialah ia sangat menikmati pemandangan wajah istrinya saat tertidur di sampingnya.
Keindahan semesta seolah tercipta di depan matanya, sampai Revan tidak tega membuat tidur istrinya terganggu walau dengan guncangan kecil sekalipun. Beruntungnya sang suami berhasil menjaga tidur istrinya, Rara tertidur dengan nyenyak sampai dihalaman rumah.
Di dalam kakek Tio begitu antusias saat di beri tau jika cucunya telah sampai.
"Tuan besar, tuan Revan sudah sampai di depan." Pak Ahmad memberi tau kakek.
"Benarkah, cebat bantu aku berjalan, aku ingin menyambut kedatangan cucu menantu ku sendiri." Kakek langsung bangkit dari duduknya, mesti sudah tidak lagi bisa bergerak dengan cepat tapi semangatnya patut diacungi jempol.
Pak Ahmad pun menuntun Kakek Tio sampai ke depan rumah. Benar katanya mobil yang cucunya tumpangi sudah parkir dihalaman rumah.
"Mengapa mereka belum juga keluar." Kakek bertanya-tanya apa terjadi sesuatu pada mereka.
"Saya tidak tau tuan, apa kita lihat saja ke sana."
"Ya, ayo bawa aku kesana."
Mereka pun berjalan lebih dekat lagi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Itu karena Rara belum juga membuka matanya dan Revan tidak tau harus bagaimana. Ia sudah berusaha membangunkan istrinya itu dengan memanggil namanya tapi tak juga membuka mata. Jadilah ia memutuskan untuk menunggu sampai gadis yang masih betah di alam mimpinya itu untuk bangun sendiri.
Kakek Tio yang sudah dekat pun mengetuk kaca mobil cucunya membuat Revan terperanjat.
"Kakek..." Lirihnya. Kemudian ia membuka jendela mobil disebelahnya.
"Kenapa kalian belum juga turun?" tanya kakek.
"Dia tertidur kakek, bagaimana aku membangunkannya."
Perkataan Revan membuat kakek beralih melihat cucu menantunya dan Revan tidak berbohong, Rara benar-benar tertidur pulas, suara bising yang kakek ciptakan tak sedikitpun mengganggunya. Hal itu tampaknya memunculkan sebuah ide dipikirkan kakek, ia pun tersenyum menyeringai.
"Kenapa kau diam saja."
"Aku sudah mencoba membangunkannya tadi, Kek." Revan berkata jujur.
"Ihhh... untuk apa dibangunkan, kau ini payah sekali. Cepat gendong dia masuk, tubuhnya bisa pegal-pegal jika tidur sambil duduk terus."
Kakek memang selalu bisa memanfaatkan kesempatan.
"Hah..." Revan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Tunggu apa lagi." Kakek Tio menaikkan alisnya.
"Apa tidak apa-apa jika aku menggendongnya, sebaiknya kita bangunkan saja Kek."
Apa aku harus mengikuti ide gila Kakek, tapi bagaimana kalau Rara bangun saat aku gendong. Aku tidak mau jika dia mengira aku memanfaatkan kesempatan saat dia tertidur.
Revan khawatir jika sang istri akan berprasangka buruk tentangnya.
"Tentu saja tidak apa-apa, Rara kan istrimu. Tidak salah jika menggendong istri sendiri."
"Iya tapi kek..."
"Sudah cepatlah." Kakek Tio menatap cucunya sambil menggerakkan alisnya naik turun sebagai isyarat.
Revan akhirnya menurut dan sedikit merutuki istrinya itu yang terlalu lelap padahal ia dan kakek sudah berisik dari tadi.
Revan membuka pintu mobil di sisi sang istri dan sejenak menatap wajah polos itu, lagi-lagi wajah teduh itu seperti menghipnotisnya. Rasa kesalnya hilang tergantikan dengan senyuman, kemudian dengan sangat perlahan ia mengangkat tubuh istrinya, menggendongnya ala bridal style.
Kakek yang melihat itu pun sangat senang, dia harap rumah tangga cucunya berjalan sesuai harapannya.
"Kau lihat pria tua. Mereka sangat serasi kan, aku tidak salah kan memilihkan istri untuk cucuku," kata kakek pada pak Ahmad yang lebih sering disapa pria tua oleh kakek, sedangkan Revan memanggilnya pak tua.
"Iya tuan, mereka sangat serasi." Pak Ahmad pun menganggukkan kepalanya, sangat setuju pada ucapan tuannya.
Sesekali tubuh mungil yang terasa sangat ringan dalam gendongan Revan menggeliat, membuat pria itu merasa gemas oleh tingkahnya. Wajahnya seperti bayi tanpa rasa noda dosa.
Kenapa kau ringan sekali.
Bagi Revan yang rajin berolahraga pasti berat tubuh Rara tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beban yang sering ia anggat diruang fitness.
Ini pertama kalinya Revan berjarak sedekat ini dengan wanita. Selama berpacaran dengan Febby ia tidak pernah berbuat jauh hanya sebatas memegang tangan. Ia selalu ingat apa yang ibunya ajarkan sewaktu kecil, perempuan itu adalah makhluk yang istimewa maka ia harus menjaganya seperti berlian.
Revan meletakkan tubuh Rara dengan hati-hati diatas ranjangnya, ya mereka akan tinggal di dalam kamar yang sama. Ada kakek di rumah itu, dia tidak akan membiarkan mereka tinggal di kamar yang berbeda.
Kamar yang selama ini ia tempati sendiri kini ada orang lain didalamnya, kenapa tiba-tiba hatinya seolah menghangat saat menyadari keadaan itu.
Setelah memastikan Rara dalam posisi yang benar dan menyelimutinya, Revan duduk di dekatnya. Melihat lagi wanita yang kini menjadi istrinya, lalu tatapannya berhenti pada kerudung yang dipakainya.
Sejak kapan kau memakainya, aku kira selama ini mahkota wanita adalah rambutnya tapi setelah melihatmu memakai kerudung, aku rasa kecantikan dan mahkota wanita bukan dari rambutnya tapi dari perilaku dan hatinya. Walaupun rambutmu tertutup dan auratmu tak kau umbar tapi kau tetap cantik dan menarik.
Pikirnya sambil senyum-senyum sendiri.
Kenapa belum sehari bersama Revan bahkan sudah dibuat sangat tertarik pada Rara. Padahal Rara tidak melakukan apapun, apa lagi merayunya. Semua itu karena Allah, Dia selalu mempunyai cara yang luar biasa dalam membolak-balikkan hati manusia.
,,,
Kakek Tio sedari tadi mengintip dari pintu kamar yang sedikit terbuka. Kekhawatirannya akan sikap Revan pada istri yang ia pilihkan mungkin terlalu berlebih-lebihan.
Rasa syukur ia ucapkan berkali-kali karena Allah telah memberikan cucunya istri yang luar biasa. Kakek Tio juga tidak berhenti berdoa agar rumah tangga cucunya berjalan dengan baik dan mereka bisa saling menyayangi dan mencintai.
Kakek Tio menutup pintunya dengan sangat pelan, karena tidak ingin cucunya tau ia sedang mengintip. Kemudian ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
,,,
Revan baru saja selesai membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, kini ia memakai celana pendek dan kaos polos. Sambil menggosok-gosok rambutnya yang basah ia membuka ponselnya, ia baru sadar ternyata ponselnya mati sejak tadi, ia pun segera menchargenya.
Ternyata banyak bekas panggilan masuk yang tidak terjawab dan pesan yang juga tidak kalah banyak, karena memang Revan menyetel ponselnya dalam mode silent jadilah ia tidak menyadarinya.
Revan membaca satu-persatu pesan dari kekasihnya, isi pesannya berisi tuduhan-tuduhan negatif terhadap dirinya. Lelaki itu sedikit merasa bersalah karena sejak tadi ia melupakan Febby. Baru sebentar bertemu dengan Rara sudah mampu membuatnya lupa dengan kekasihnya.
to be continue...
°°°
Hay Hay Hay... pembaca kesayangan author.
Semoga kalian sehat selalu di manapun kalian berada.
Jangan lupa jari indah kalian untuk like, komen dan favorit, agar author semangat up.