Menjadi tulang punggung keluarga membuat Hanum harus berpikir kritis untuk mencari uang sedangkan dia juga kuliah demi menerus kan cita-cita nya.
Datang dari kampung dengan wajah polos membuat Hanum kesulitan mencari uang,biaya berobat yang mendesak membuat Hanum memilih menjadi sugar baby dari pengusaha kaya dan sukses.
Bagaimana kisah hidup Hanum selanjutnya yuk mampir di cerita terbaru ku Sugar Baby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvaro zian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lemah
Hanum mondar-mandir menunggu kabar tentang keadaan Vani yang sedang di periksa dokter.
"Num duduk dulu jangan seperti setrikaan begitu"
"Mana bisa aku duduk tenang om sementara Vani sekarang belum jelas kabar nya"
"Iya aku mengerti Num tapi mondar-mandir tidak akan membuat Vani sehat yang ada kaki kamu yang sakit" ingat om Daniel
Hanum menghela nafas berat lalu duduk di sebelah om Daniel
"Jika om ingin pulang silahkan,aku masih mau di sini,Vani tidak punya keluarga om hanya aku teman satu-satunya"
"Aku yang membawa kalian aku juga yang akan menunggu kalian" tegas Daniel membuat Hanum terharu,Daniel sangat bertanggung jawab pada nya.
Mereka masih menunggu kabar dari dokter karena Vani masih di periksa.
"Keluarga pasien Vani"panggil seorang perawat perempuan
"Ya saya sus" jawab Hanum segera berdiri dan diikuti Daniel mereka masuk ke dalam ruangan.
"Pasien dalam kondisi lemah begitu juga dengan janin nya saat ini juga ikut melemah"
"Maksud dokter teman saya hamil?" tanya Hanum
"Ya,ibu Vani sedang mengandung lima Minggu dan kondisi keduanya sekarang dalam keadaan lemah,saya sudah berikan Vitamin penguat kandungan pada bu Vani semoga janin nya bisa bertahan ya buk,dan untuk pasien tolong di jaga berikan makanan bergizi"jelas sang dokter membuat Hanum mengangguk lemah.
Vani di pindahkan ke ruang perawatan,Hanum merasa kasihan pada nasib sahabat nya ini,masih beruntung diri nya yang sekarang berstatus istri meskipun Siri sedangkan Vani hamil tanpa suami.
"Ha-us" ujar Vani saat sadar dari pingsan nya.
"Kamu mau minum Van, sebentar ya" ucap Hanum mendekat dan memberikan air mineral pada Vani.
"Kamu di sini Num?"
"Iya aku di sini Van,aku akan menunggu kamu hingga sembuh" jawab Vani membuat Om Daniel melirik ke arah istri siri nya itu.
"Van,kamu hamil?" tanya Hanum membuat Vani terdiam
" Hiks....hiks.....Num, bagaimana nasib ku" isak nya menangis membuat Hanum ikut sedih
"Ada aku Van,kamu tidak sendiri" ujar Hanum memeluk sahabatnya ini.
"Num,aku keluar dulu ya" pamit om Daniel karena tidak enak hati melihat Vani yang menangis mungkin dia ingin bercerita banyak pada Hanum.
"Iya om" Sahut Hanum
"Kenapa bisa sampai kamu ceroboh begini Van?"
"Ntah lah Num aku juga tidak tau, bagaimana nasib anak ini Num?"
"Kamu sudah hubungi om Roni?"
"Sudah tapi dia tidak mau di ganggu saat ini Num, dia sedang fokus pada istrinya"
"Nanti aku coba bantu bilang pada om Daniel ya"
"Tidak usah Num,aku juga yakin om Roni tidak akan mau bertanggung jawab karena di dalam perjanjian tidak boleh ada tuntutan apapun" jelas Vani
"Tapi masalah nya beda Van,ini soal anak"
"Num aku kenal om Roni dia lebih mementingkan keluarga dari pada aku dan anak ini"
Hanum menghela nafas berat dia juga bingung harus berbuat apa.
"Apa aku gugurkan saja Num"? tanya Vani pelan
"Gila kamu Van,sudah cukup kita dosa yang telah kita perbuat jangan di tambah lagi dosa lain Van,dia tidak bersalah"
"Tapi aku tidak akan mampu menghidupi nya Num" tekan Vani
"Van, tuhan akan memberikan jalan nanti, percaya pada ku ya,sabar!"
"Bagaimana aku bisa sabar Num kalau nanti nya aku akan kuliah dengan perut besar tanpa suami,apa om Roni mau membiayai semua ini? tidak akan Num dia pasti akan menjauhi ku" jawab Vani emosi
"Jalan satu-satunya cuma menggugurkan nya Num"
"Van,aku tidak setuju" jawab Hanum cepat
"Aku akan berusaha membantu kamu Van,asal kan buang pikiran buruk mu itu"
Hanum menggenggam tangan Vani dia tak ingin teman nya ini frustasi karena Hanum yakin pasti akan ada jalan keluarnya.