Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Hamil?
Bab 30
Beberapa saat sebelum kedua orang tua Arumi bertamu ke rumah Reyhan ....
Arumi dan Naura asyik membuat bolu tape, ini adalah keinginan nyonya rumah. Tadi pagi mereka juga disibukkan membuat puding buah yang tiba-tiba saja terbersit dalam pikiran Arumi.
"Akhirnya bolu tape jadi juga!" pekik Arumi senang, "hmmmm, wangi!"
Terlihat jelas kebahagiaan terpancar dari wajah Arumi. Dia puas dengan hasil kerjanya sama Naura.
Dua buah bolu tape yang baru dikeluarkan dari oven wanginya memenuhi area dapur cantik milik Arumi. Dulu, tempat ini jarang sekali dia sentuh. Karena lebih baik memesan makanan daripada harus memasak. Toh, yang tinggal di sini cuma dia sendiri. Kecuali kalau kodamnya sedang muncul, dia akan memasak.
"Kok, aku kepikiran ingin membuat kue yang bentuk istana, ya?" ucap Arumi tiba-tiba dan itu membuat Naura terkejut.
"Memangnya Kak Arumi bisa buat?" tanya Naura.
"Belum pernah buat. Tapi, kita coba saja besok," jawab Arumi tersenyum lebar.
"Duuuuh, aku takut gagal! Karena aku juga belum pernah buat yang seperti itu," ujar Naura pesimis.
"Tenang ... kalau gagal akan ada seksi pembersihan," tukas wanita berambut panjang itu sambil tersenyum jahil.
Naura hanya bisa menyeringai karena tahu siapa seksi pembersihan yang di maksud itu. Dia rasanya berada di tengah-tengah orang aneh setelah kenal dengan Airlangga dan Arumi. Selalu saja ada hal yang tiba-tiba terbersit dalam pikiran mereka, lalu saat itu juga biasanya langsung dieksekusi atau dijalankan untuk mewujudkannya.
"Kak Arumi, apa tidak takut gemuk? Aku perhatikan dari kemarin Kakak makan dan ngemil terus. Tidak pergi kerja diisi dengan tidur," tanya Naura. Karena dia takut makan kebanyakan dan berakibat pada tubuhnya yang akan menjadi gendut.
Arumi mengerutkan kening, dia memang tidak punya pantangan dalam hal makan. Dia akan makan apa yang dia mau, tidak terpikirkan untuk diet. Karena sehari-hari biasanya dia habiskan waktu beraktivitas di luar rumah. Kerja dari pagi sampai malam. Bukan hanya tubuhnya saja yang dia paksa bekerja, tetapi otaknya juga. Namun, sudah beberapa hari ini dia rasanya lapar terus, padahal dua hari ini tidak banyak melakukan pekerjaan.
Hari ini saja Arumi hanya menggambar desain rumah untuk kliennya dan itu dikerjakan di rumah. Karena dia izin cuti sakit, padahal tidak ingin matanya yang bengkak dilihat banyak orang.
Disakiti oleh orang yang disayang dan dicintai sangat menyakitkan sampai membuat dia tidak bisa berhenti menangis selama berjam-jam. Benci dan rindu sedang dirasakan oleh Arumi saat ini. Dia sebenarnya merasa kesal juga kepada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia merasakan rindu kepada Reyhan, laki-laki yang sudah membohongi dan memanfaatkan dirinya untuk keegoisan sendiri.
"A-pa Kak Arumi sedang ha-mil?" tanya Naura pelan, takut menyinggung perasaan. Terlebih lagi sedang menghadapi masalah rumah tangga.
Arumi teringat kalau dia belum melakukan tes kehamilan. Padahal sewaktu di kampung kemarin, Rinjani sudah mengingatkan dirinya untuk melakukan tes kehamilan agar janin bisa diperhatikan sedari awal mula.
"Aku belum melakukan tes kehamilan. Lupa beli tespack," jawab Arumi.
"Kalau begitu, biar aku belikan. Di sebrang jalan ada minimarket dan aku lihat ada alat untuk tes kehamilan juga di sana," ujar Naura dengan penuh semangat.
"Biar aku beli sendiri saja," kata Arumi.
"Jangan. Kakak istirahat saja, biar aku yang beli," tukas gadis berjilbab instan itu.
Akhirnya Naura yang pergi membeli tespack untuk digunakan besok pagi. Sekarang hari sudah sore dan sudah waktunya menyiapkan menu makan malam.
Naura berjalan dengan riang gembira sebagai gadis ceria pada umumnya. Dia menentang kresek berisi tespack dan pembalut wanita sekalian karena sebentar lagi waktunya dia datang bulan. Ketika hendak menyebrang, Naura merasa ingin buang air kecil. Jalanan masih agak sepi karena belum pulang jam kerja.
Dia memberi kode kepada pengendara kalau dirinya hendak menyeberang kalau berjalan menuju zebra cross agak jauh dan lama karena detikan lampu hijau masih lama.
Suara decitan ban mobil yang ngerem mendadak terdengar sangat nyaring. Karena kendaraan itu melaju dengan kecepatan cukup tinggi.
"Hei, kalau mau mati jangan bawa-bawa orang lain!" teriak pengemudi setelah membuka kaca jendela mobil. Dia adalah Bram, temannya Reyhan.
"Siapa yang mau mati? Aku mau nyebrang!" balas Naura dengan kesal. Rasa ingin buang air kecil langsung hilang seketika.
"Kalau kamu nyebrang secara tiba-tiba seperti barusan itu namanya cari mati!" bentak Bram sambil membanting pintu mobil ketika turun.
Kini kedua orang itu berdiri saling berhadapan dengan perasaan marah. Terjadi percekcokan di antara mereka berdua. Untungnya tidak mengganggu pengguna jalan karena masih luas jalan rayanya dan hanya ada hitungan jari, kendaraan yang lewat.
"Dasar sinting!" pekik Bram.
"Dasar orang gila!" balas Naura. Tiba-tiba saja dia teringat kalau harus segera kembali ke rumah karena harus mempersiapkan menu makan malam. Keluarga Arumi malam ini akan makan bersama.
"Nggak akan ada habisnya aku meladeni kamu. Buang-buang waktu," ujar Naura kemudian berlari menuju ke rumah.
Bram menandai rumah yang dimasuki oleh Naura. Dia akan mengingat wanita yang sudah membuatnya kesal dan hampir kena masalah. "Awas saja jika sampai ketemu lagi! Tidak akan aku ampuni."
Arumi tertawa mendengar cerita Naura yang bertengkar dengan pengendara tadi. Dia mau menyalahkan Naura, tetapi kasihan juga. Karena dia tahu kebanyakan orang-orang di kampung suka seperti itu, sudah ada zebra cross dan rambu-rambu lalulintas, tetap saja suka main terobos.
"Sudah ... sudah! Kamu jangan benci sama orang itu, nanti malah balik suka kepadanya," ucap Arumi.
"Apa? Ih, amit-amit kayak tidak ada laki-laki lain saja," balas Naura cemberut.
"Atau kamu sudah punya laki-laki yang kamu sukai?" tanya Arumi sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Muka Naira merah padam karena malu. Hal ini malah semakin membuat Arumi semangat menggoda gadis berjilbab warna hitam.
Arumi menduga Naura suka kepada Airlangga. Sayangnya sang adik sudah punya kekasih yang sedang mengabdi di sebuah desa pedalaman. Makanya sampai sekarang belum kepikiran untuk segera menikah.
"Ini apa?" Airlangga yang datang melihat keresek di atas bufet. Matanya terbelalak ketika melihat ada beberapa alat tespack dengan berbagai merek dan pembalut wanita di dalamnya.
"Aaaaa, itu punya aku!" Naura menarik keresek itu dari tangan Airlangga.
"Naura, kamu ha-mil?" tanya Airlangga dengan ekspresi terkejut.
"Haah?" Naura menganga.
"Siapa yang sudah menghamili kamu?" tanya Airlangga galak.
"Itu bukan untuk aku, tapi untuk Kak Arumi," jawab Naura.
Airlangga terdiam. Dia menatap kepada Arumi.
"Jangan katakan kalau Kakak telat datang bulan?" pekik Airlangga. Karena jika sampai Arumi hamil, nanti malah sulit lepas dari Reyhan.
***