Follow ig~ mazarina_asrifaris
Kesalahan satu malam yang membuat kehidupan Disya Anggita jungkir balik menata kehidupannya.
Melewati satu malam dengan kekasihnya mungkin sedikit tidak masalah dan dibilang wajar. Namun melewati satu malam bersama pria asing yang tidak dikenalinya ini konyol namanya.
Gara-gara salah masuk apartemen tetangganya Disya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Disya syok seketika mengetahui pria tersebut?
"What! Kamu?" tentu saja keterkejutan itu hanya boleh ia ucapkan dalam hati.
"Aku akan bertanggung jawab!" ~> Daharyadika Ausky
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Seketika suara kelas mendadak hening bercampur bisik-bisik dengan rasa ingin tahu.
"Oh my God, gue butuh OKSIGEN," pekik Billa kelabakan.
"Anjir ... ganteng banget ...." Sinta meleleh dengan mata berbinar.
"Wah semangat empat lima masuk kuliah nih kalau dosennya enak dilihat gini."
"Ommo ... gue sesak napas ...."
Begitulah kira-kira tanggapan mahasiswi yang terpekik senang melihat mahkluk di depan mereka begitu terlihat sempurna. Dosen muda, ganteng, penuh pesona hampir semua mahasiswi di kelas mendadak seperti cacing kepanasan memuja wajahnya.
"Ambyar gaess ...." cletuk Bisma.
Kelas menjadi semakin riuh karena kedatangan dosen tampan idaman sejuta makhluk PMS itu.
"Khem ...." dosen itu berdehem sejenak mengambil atensi mahasiswa yang terdengar riuh.
"Oke sebelumnya saya minta maaf karena terlambat masuk," ujarnya dengan nada yang bijaksana.
"Mau kenalan dulu atau langsung pelajaran nih," selorohnya sambil mengamati seluruh mahasiswanya satu persatu.
"Kenalan dulu Pak?" pekik Bila senang.
"Tak kenal maka kita ...." ucap sang Dosen menggantung.
"Kenalan."
"Tak sayang."
"PDKT."
"Tak kenal maka kita ta'aruf ya ....!" selorohnya semakin membuat isi kelas gaduh tak beraturan.
"Mau ...."
"Mau ... banget."
"Bapak bisa aja."
"Langsung KUA Pak."
Semua mahasiswi heboh sendiri ternyata selain ganteng dosen barunya itu asyik juga.
"Oke ... attention! Nama saya Daharyadika Ausky, dosen baru di sini yang akan mengajar kelas kalian selama semester enam ini," ujarnya memperkenalkan diri.
"Kalian bisa panggil saya Pak Sky, Dika atau apa saja terserah yang penting ada hubungannya dengan nama saya. Any questions?"
"Panggil sayang boleh nggak Pak?" celetuk Amel percaya diri yang hanya dibalas senyum dengan geleng-geleng kepala dosen tersebut.
"Huuu ...!"
Kelas mendadak gaduh.
"Apa, syirik aje lo ...." jawab Amel cuek.
"Udah punya pacar?"
"Alamat rumahnya, Pak?"
"Lima belas menit berkendara dari sini," jawab Sky datar.
"Status Pak?" tanya Faro mewakili kaum hawa yang sudah seperti cacing kepanasan.
"It's my privacy," jawabnya singkat.
"Wah ... jawabannya ambigu, biasanya yang ngomong gitu masih jomblo tuh," bisik Hanum.
"Nggak mungkin lah ganteng-ganteng jomblo. Yang ngantri pasti banyak di belakang," bisik-bisik mahasiswi.
Disaat orang sibuk bertanya dengan sang dosen, ada satu mahasiswi di belakang sana yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Gadis itu seakan kehilangan napasnya begitu menyadari seseorang yang di depan sana adalah orang yang paling tidak ingin ditemuinya.
Poor you Disya Anggita ....
Syok! Banget ... namun sepertinya dosen di depan belum menyadari keberadaannya atau memang tidak mengenalinya.
Semoga dia tidak hafal dengan mukaku, ya Tuhan ... mati aku terancam DO ini mah.
"Kamu yang di sana! Tolong maju ke depan!" titah Pak Sky menunjuk Disya.
Disya tidak berkutik sedari tadi, hanya diam dengan wajah yang menegang dan tangan yang sangat dingin.
"Sya! Sya ...." Bila sampai menyenggol lengan Disya.
"Disyayang .... kamu dipanggil tuh," teriak Alan kencang.
Sial sial gue denger ..! Please gue mau nangis sekarang.
"Mana tadi yang saya suruh ke depan!" ucapnya seraya memulai menampilkan layar di depan proyektor.
Disya berdiri dengan wajah kaku, tidak ingin bertambah masalah ia pun segera maju ke depan. Seketika muka Disya pucet tak berani menatap mata hitam yang menyorotnya tajam.
Entah apa yang ada di pikiran dosen itu, Disya hanya berharap Dosen tersebut tidak tahu kalau dirinya adalah orang yang telah melewati satu malam bersamanya.
"Ya kamu, namanya siapa?"
"Disya Pak!" jawab Disya lirih.
"Nama lengkap."
"Disya Anggita," jawab Disya gugup.
"Mulai sekarang kamu jadi PJ mata kuliah saya ya?"
"Hah! Apa?"
Sky menatap matanya lekat.
"Eh, maksud s-saya kenapa tidak yang lain saja Pak, yang lain banyak yang mau."
"Kok jadi kamu yang ngatur, yang dosen di sini siapa?"
"Bapak lah!"
"Kenapa bukan Bisma saja Pak dia lebih mampu."
"Jangan saya Pak repot saya 'kan ketua angkatan sekaligus anggota BEM juga, bener tuh Disya saja pinter dia cocok."
Sialan si Bisma
"Disya Anggita ... tolong catat nomer ponsel kamu sekaligus alamat emailnya. Nanti kalau ada tugas kampus tambahan bisa lewat kamu," ujarnya diplomatis.
"Ya sudah kamu bisa kembali duduk," titahnya dengan nada dingin.
Disya langsung kembali ke tempat duduknya dengan perasaan campur aduk dan juga lega karena sepertinya Pak Sky tidak mengenalinya.
Namun, ia tidak bisa mengelak sedikit pun ketika Disya mencoba menatap Pak Sky tetapi pria itu juga tengah menatapnya. Saat ini semua mahasiswa satu kelas sedang mengerjakan tugas yang diberikan dosen.
Entah itu perasaan Disya atau memang benar adanya, namun Disya merasa kalau dirinya terus diawasi oleh kedua mata elang milik Pak Sky. Disaat Disya mencoba menatapnya mata hitam itu lagi-lagi tengah menatapnya lekat.
Disya sengaja menatap lebih lama karena ia memang benar merasa aneh dan penasaran saja. Namun, selama Disya menatap selama itu pula Pak Sky menatapnya sampai Disya benar-benar merasa ditelanjangi lewat tatapan matanya.
Deg
Seketika Disya berpikir bahwa dosen di depannya sedang mengamati dirinya karena merasa pernah bersama atau lebih jelasnya penasaran.
Ya Tuhan ... aku nggak sanggup kalau ini terjadi. Apa jadinya kalau Pak Sky benar-benar mengenali muka aku. Dia pasti akan mengira seberapa murahannya diriku.
"Sya, lo sakit pucet banget?" tanya Bila khawatir, sahabatnya terlihat tidak baik-baik saja.
"Eh, gue ... iya gue sedikit pusing nih Bil," jawabnya jujur. Terlalu banyak kejutan hari ini membuat jantungnya bekerja lebih cepat dan membuat gadis itu gugup serta mendadak kliyengan.
"Ke unit kesehatan aja atau klinik kampus ayo gue antar, sumpah lo pucet banget."
"Tapi gue musti merekap daftar hadir satu kelas, mengisi tanda tangan absensi yang harus diserahkan ke Pak Sky, gue nggak mau kalau nanti ninggalin kelas harus nemuin beliau di luar jam kampus."
"Lo yakin kuat ikut pelajaran nih, minum dulu gih." Bila menyodorkan minuman botol dan Disya langsung meneguknya karena memang Disya merasa haus. Teman yang satu ini memang selalu membawa minuman kemasan ke kelas.
"Sya, Sya ...!" panggil Bila lirih di tengah mengerjakan soal-soal yang sedang berlangsung.
"Pak Sky kalau gue perhatiin dari tadi lihatin sini terus lebih tepatnya lihatin lo?" sambung Bila.
"Masya sih?" kilah Disya jengah, sebenarnya Disya merasa sudah tidak nyaman sedari tadi.
"Beneran, coba lo lihat deh," ujarnya meyakinkan.
"Sekarang masih lihatin gue nggak Bil?" tanya Disya penasaran.
"Iya, sekarang malah lagi lihatin lo mulai dari bawah sampai atas."
"Hah! Emang dia di mana?"
Sky sedang berdiri dari arah yang menyamping dengan tatapan mengawasi.
"Tolong dikerjakan dengan teliti dan jangan berisik," ucap Pak Sky menginterupsi.
Seketika Disya dan Bila langsung kicep kembali fokus menatap lembaran soal di depan mejanya.
sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️
knp gak jd sm rayyannnn