Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Saking terburu – burunya, Intan lupa tidak membawa handuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi, ia baru sadar kalau tadi setelah bangun tidur ia langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi. Ia berharap Ricko sudah bangun dan pergi dari dalam kamarnya.
Intan membuka pintu kamar mandi dengan pelan-pelan lalu mengintip ke dalam kamarnya. Ia merasa lega karena Ricko sudah pergi. Intan pun keluar dari dalam kamar mandi dalam keadaan te*lan*jang lalu mengambil handuknya dan mengeringkan badannya.
Setelah itu ia memakai seragam, menyisir rambut, memakai bedak, dan lip balm serta lotion ke tangan dan kakinya. Tidak lupa menyemprotkan minyak wangi ke bajunya.
Setelah itu Intan keluar dari dalam kamarnya sambil memakai jam tangan di tangan kirinya dan melihat Ricko duduk di meja makan dengan secangkir kopi, susu, dan roti di depannya.
"Makan roti dan minum susu dulu sebelum berangkat!" ujar Ricko pada Intan.
Intan pun melihat jam tangannya yang menunjukkan masih pukul 05.45. Ia duduk di samping Ricko lalu memakan roti yang disiapkan Ricko. Setelah itu ia menghabiskan susunya.
"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut. Semoga lancar ujiannya. Nih uang sakunya," ucap Ricko sambil memberikan uang 50 ribu. Intan pun menerimanya lalu salim kayak anak pada bapaknya.
“Terima kasih, Mas,” balas Intan dengan tersenyum.
Setelah kepergian Intan, Ricko menelepon sekretarisnya.
"Halo, Pak?" sapa Lia.
"Nanti belikan saya sarapan dan letakkan di meja ruangan saya!" perintah Ricko.
"Baik, Pak. Ada lagi?" balas Lia.
“Nggak ada,” balas Ricko lalu memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Ricko segera kembali ke kamarnya lalu mandi dan bersiap-siap pergi ke perusahaan.
***
Sesampainya di perusahaan, Ricko segera memasuki ruangannya dan menemukan sarapan sudah siap di atas mejanya. Ia pun segera menyantapnya karena ia membiasakan diri untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum bekerja. Tidak berapa lama kemudian Romi, asisten sekaligus sahabatnya masuk ke ruangannya.
"Tumben sarapan di kantor? Pembantu kamu cuti?" tanya Romi sambil duduk di sofa ruangan Ricko.
"Dia sudah berhenti," jawab Ricko lalu menyuap makanannya.
"Mau nyari lagi?" tanya Romi menawari.
"Nggak," jawab Ricko.
"Kamu bisa mengurus rumah segede gitu sendirian?" tanya Romi tidak percaya.
"Ada Intan di rumah," balas Ricko santai.
"Eh, asyik dong. Bagi nomor ponselnya Intan dong ...," pinta Romi sambil mengeluarkan ponselnya.
"Nggak ada," balas Ricko.
"Kalian kan serumah? Masa nggak punya sih? Sini ponsel kamu!" ujar Romi lalu mengambil ponsel Ricko yang ada di atas meja.
"Jangan ganggu dia, Rom!" seru Ricko sambil menyambar ponselnya kembali dari tangan Romi.
"Kenapa, Bro?" tanya Romi yang penasaran dengan sikap Ricko.
"Dia istriku!" jawab Ricko jujur pada sahabatnya itu. Romi pun tertawa.
"Hahaha. Kamu gila, Rick? Sepupu sendiri diaku istri. Rossa kamu taruh mana?" ledek Romi tidak percaya. Kemarin Intan sendiri yang mengatakan kalau dia sepupunya Ricko. Lagipula dia masih sekolah, tidak mungkin menikah di kala ia masih sekolah.
"Terserah, kalau kamu tidak percaya!" balas Ricko lalu berdiri dan pergi untuk meeting dengan klien.
"Kamu kira aku percaya? Lucu sekali bercandamu, Rick. Hahaha," gumam Romi saat Ricko sudah pergi.
*
Karena hari ini try out, Intan pulang pukul sepuluh pagi. Ia pulang ke rumah ibunya karena merasa rindu. Sudah satu minggu ia tidak bertemu dengan ibunya.
"Gimana, Ntan? Kamu betah di sana?" tanya Bu Romlah pada Intan yang rebahan di dalam kamarnya.
"Iya, Bu. Mas Ricko baik sama Intan. Uang saku Intan juga ditambahin," jawab Intan senang karena uang sakunya bertambah meskipun cuma lima ribu.
"Syukurlah kalau begitu. Ibu selalu mikirin kamu, takut nggak betah di sana. Kalau ada apa-apa, kamu bilang sama bapak dan ibu ya, Ntan," ucap Bu Romlah khawatir.