One Night Stand With Dosen
Matahari pagi yang menyelinap masuk lewat celah tirai menyilaukan manik mata Disya. Gadis itu mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menerpa wajahnya, sebelum akhirnya kesadarannya mengumpul di dunia nyata.
Mata Disya hampir meloncat dari tempatnya saat kesadarannya sudah kembali. Matanya liar menyapu keseluruh ruangan dan itu bukan kamarnya.
"Hah! Apa yang terjadi!" gumam Disya dalam hati. Jantung gadis itu memompa dengan cepat begitu menyadari tubuhnya hanya berbalut selimut tebal yang membingkai ranjang besar.
Ia terpekik syok begitu meraba tubuhnya sendiri tidak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya dari balik selimut. Tubuh naked-nya langsung merinding mengingat kejadian semalam.
Tubuh gadis itu tiba-tiba gemetar setelah melihat seorang pria bertubuh kekar sedang terlelap damai tidur di sampingnya dengan bertelanjang dada.
"Oh, Shitt! Apa yang sudah aku lakukan," jerit Disya dalam hati. Disya menarik rambutnya frustrasi. Manik matanya memindai lantai yang berserakan bajunya dan baju pria asing itu.
Dengan hati-hati Disya menyibak selimutnya lalu turun dari ranjang. Disya meringis saat membungkuk, dengan perlahan ia merapalkan doa agar pergerakannya tidak sampai menyebabkan pria itu terbangun.
Disya memungut pakaiannya yang berserakan di atas lantai kemudian segera memakainya.
"Aawww ...." desis perempuan itu ketika merasakan sakit yang luar biasa di bawah perutnya, lebih tepatnya di bagian intinya. Gadis itu menghembuskan napas panjang sambil berjalan perlahan.
Mata gadis itu meneliti mencari sling bag yang semalam ia bawa. Saat hendak mengambil tas tersebut tiba-tiba handphone Disya bergetar, membuat gadis itu panik dan segera merogoh tasnya. Namun, karena termor panik membuat ia kesulitan akhirnya untuk menghemat waktu Disya langsung memuntahkan isi tasnya.
Layar ponselnya berkerlip menampilkan id caller Ocha salah satu sahabatnya. Disya langsung menekan tombol merah untuk menolak panggilan dan mematikan ponselnya. Pikirannya ambyar, satu hal yang pertama ia ingin lakukan adalah segera keluar dari ruangan itu yang entah rumah siapa.
Disya menghentikan langkahnya kembali ketika mendapati bajunya robek dan tak nampak layak dipakai. Ia pun membuka kembali bajunya dan segera menuju lemari pria itu untuk mengambil salah satu kemeja yang bisa dikenakan.
Pandangan Disya jatuh pada kemeja putih yang terlihat kebesaran pada tubuhnya. Namun, ia tak peduli tidak ada waktu baginya untuk memilih pakaian untuk saat ini.
Disya melirik sekilas pria yang masih terlelap itu, kemudian mengambil gambarnya dengan ponsel miliknya. Disya berharap tidak berbuntut panjang dan tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi.
Disya hanya butuh menghafalkan wajahnya lebih detail barang sejenak, seandainya Disya tidak sengaja bertemu di suatu tempat atau mana pun, gadis itu bisa waspada dan menghindarinya. Disya berharap ini adalah yang pertama dan yang terakhir dirinya bertemu dengan pria itu yang entah siapa namanya.
Gadis itu berjalan tertatih keluar dari apartemen kemudian menuju apartemen milik kakaknya yang terletak tidak terlalu jauh. Disya baru menyadari karena pengaruh alkohol ia salah masuk apartemen orang lain.
Kejadian naas itu berawal dari dirinya yang menuju klub bersama teman-temannya karena sebuah undangan ulang tahun. Siang itu setelah kelas usai, Amel salah satu teman sekelas Disya mengumumkan bahwa dirinya sedang ulang tahun dan mengadakan pesta di sebuah klub dengan satu kelas mendapatkan undangan tersebut tanpa terkecuali Disya.
Disya baru pertama masuk ke klub apalagi minum alkoholnya, itu jelas di luar jangkauannya. Namun, karena keberangkatannya ramai-ramai membuat gadis itu mengiyakan untuk ikut.
"Sya, nanti lo ikut, 'kan?" tanya Hanum memastikan.
"Nggak tahu, males gue datang ke tempat gituan. Tapi kalau nggak datang nggak enak sama Amel," jawabnya diplomatis.
"Ya udahlah berangkat aja, have fun bareng juga rame," ucap Sinta teman sekelas mereka yang paling gaje.
"Kuy lah ikut, gue juga penasaran pestanya bakalan heboh kaya apa," timpal Bila.
"Gue izin doi dulu deh biar mantep," ujar Disya mantap.
"Uluh gaya lo sok patuh," cibir Ocha.
"Harus dong, kan gue calon istri solehah," jawabnya bangga.
"Sombong amad."
Tepat pukul tujuh Disya berangkat dari rumah setelah mendapat izin dari Rayyan. Rayyan adalah pacar Disya, dia seorang Dokter. Mereka pacaran sejak di bangku kuliah. Rayyan kakak tingkat yang jatuh cinta pada adik kelasnya sejak maba dengan dirinya yang menjadi cofas dalam ospek dulu. Rayyan tidak bisa mengantar karena ia ada tugas piket malam.
"Ma berangkat ya?" pamit Disya pada Mama Amy.
"Nggak makan dulu, Sya?" tanya Mama Amy. "Pulangnya jangan kemalaman," sambungnya mengingatkan.
"Siap Ma." Disya hanya pamit untuk menghadiri ke acara ulang tahun temannya tanpa mengetahui bertempat di sebuah klub.
Disya berangkat bareng teman-temannya satu cs, mereka terbagi beberapa kelompok. Ada yang mengikuti mobil Alan ada juga mobil Bisma, sedang Faro membawa motor sendiri. Bagi cewe-cewe cukup numpang dan duduk manis.
Sesampainya di sebuah klub suasana sudah ramai. Klub di sini terkesan mewah dan tidak seperti diskotik pada umumnya, mungkin karena sebagiannya didekor untuk acara ulang tahun Amel jadi kesannya berbeda.
Rayyan sendiri mengijinkan ia pergi bersama teman-temanya karena ia tahu, Disya berangkat dengan sahabat-sahabatnya yang Rayyan sendiri sudah hafal.
"Eh ucapin selamat dulu yok buat Amel," ucap Sinta menginterupsi.
Mereka kompak menuju Amel yang sedang dikerubuti teman-teman yang menghadiri pestanya. Satu kata, ramai entah dari kalangan mana saja yang hadir, tetapi yang jelas mewah dan bertema anak muda banget.
"Selamat ulang tahun Amel," ucap Disya yang diikuti teman-teman yang lainya.
"Thanks ya udah hadir, silahkan have fun. Santai saja nikmati pestanya," seloroh Amel senang.
Setelah acara tiup lilin dan potong kue, semua yang hadir bebas menikmati hidangan yang disuguhkan pihak tuan rumah. Mereka pun mulai membagi kelompok dengan mencari keasyikan masing-masing.
Kebetulan Disya cs memilih permainan dare or truth. Bagi siapa yang tidak bisa menjawab jujur maka ia akan diberikan tantangan oleh teman-temannya.
Faro mulai memutar botol bekas di meja bar dan ... botol pertama mengarah pada Sinta.
"Yeah Sinta, dare or truth?" koor mereka kompak.
"Truth dong?" jawab Sinta percaya dirinya.
"Kapan kamu melakukan ML saat pertama?" tanya Bisma tanpa filter.
"Gila pertanyaan lo, gue masih ting-ting kali!" jawab Sinta ngegas.
"Pengen tahu aja, siapa tahu lo bohong. Bisa dibuktikan nggak nih kebenarannya?"
"Lo mau coba?" tantang Sinta berani.
"Boleh kalau ditawari," jawab Bisma berbinar
"Halalin gue dulu baru buka-bukaan." Seketika pecah dengan gelak tawa dan keriuhan.
"Oke lagi." Botol diputar oleh Bisma dan kali ini mengarah pada Faro.
"Yeach ... Faro. Dare or Truth?" tanya mereka kompak.
"Sudah berapa kali lo kencan buta sama cewek?" tanya Bisma, seketika Faro terlihat berpikir.
"Mam pus lo!" sarkas Alan.
"Nggak tahu jawabannya, oke Faro tantangan ya?"
"Oke lah siap!" Faro ditantang minum alkohol berkadar rendah satu gelas.
"Kecil ini mah," jawab Faro enteng. Bagi Faro enteng jangankan satu gelas sepuluh gelas mungkin Faro sanggup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Nuryati Yati
baca lagi
2024-11-08
0
Bunda
nyimak🙏🏻🙏🏻
2024-07-25
0
ATITUSMIATI
baca novel ini lagi
2024-06-18
0