Second Husband

Elia memandangi sebuah kartu nama yang Jhon berikan padanya, dari kartu nama itu juga Elia tahu jika Jhon adalah seorang CEO. Anehnya, Jhon tidak membawa embel-embel Dargo di kartu nama itu, Elia hanya bisa menebak-nebak didalam hati. Siapa sebenarnya Jhon? kenapa dia terlihat begitu membenci keluarga Dargo? terlebih, kebencian yang ia tunjukkan untuk Hendrick benar-benar sangat jelas.

Jhon? siapa kau sebenarnya?

Elia menghela nafasnya sembari mengalihkan pandangan menatap indahnya malam dari balkon apartemen milik Keyla. Elia meraih ponsel yang tadi sempat ia bawa dari kamar. Elia mengaktifkan ponsel yang sudah lebih dari sepekan tidak aktif, Elia membiarkan puluhan, oh tidak! ratusan pesan yang masuk ke ponselnya. Setelah Ponsel mulai tenang, Elia membuka satu persatu pesan itu.

Elia hanya bisa menghela nafas saat membaca pesan dari Hendrick, tidak jauh dari kata bukukan dan memohon untuk bertemu. Elia kembali membaca pesan dari beberapa nomor yang tidak asing baginya. Elia membaca nya dengan mata yang mulai menangis. Orang tua Zila mengirimkan pesan yang begitu meremukkan hatinya yang sudah retak itu.

Elia, Ibu tahu ini tidak pantas, tapi Zila sudah kehilangan kesuciannya karena suamimu, Maafkan Ibu yang harus memaksa Suamimu menikahi Zila. Ibu dan Ayah berharap kau dan Zila dapat saling memaklumi dan menyayangi. Maafkan Ayah dan Ibu karena tida bisa menjenguk mu dirumah sakit. Kami benar-benar sibuk karena harus menyiapkan pesta pernikahan untuk Zila dan Hendrick.

Ponsel Elia terjatuh seraya air matanya yang deras mengalir membasahi pipinya. Lagi? dia harus dikorbankan dan tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Elia kembali mengingat jika saat ini dia sedang mengandung, dia menghapus air matanya, menarik nafas perlahan dan menghembuskannya, dia tersenyum seraya menguatkan dirinya.

" Elia adalah wanita yang kuat. Tidak boleh lagi menangis, dan tersenyumlah. "

Elia memungut ponselnya dan meraih kartu nama milik Jhon. Cukup menjengkelkan rupanya menghubungi pria itu, ini sudah panggilan kedelapan dan dia masih belum mengangkatnya. Elia mendesah sebal, ini adalah panggilan terakhir yang akan di lakukan, jika tidak juga diangkat maka tidak akan lagi menghubungi pria itu.

' Siapa? ' Jhon.

" Elia. "

' Kenapa tidak mengirim pesan terlebih dulu? maaf... '

" Baiklah tidak apa-apa. "

' Ada yang bisa aku bantu? '

" Em, kapan Hendrick dan Zila akan menikah? "

' Kau sudah tahu?! '

" Iya. "

' Kirim alamat mu, besok pagi kita datang bersama. '

" Jadi besok? "

' Iya.

Elia menutup sambungan teleponnya. Sakit? tentu saja sangat sakit rasanya, Hendrick adalah cinta pertama bagi Elia. Meski banyak pria yang mapan ingin mendekatinya, Hendrick adalah satu-satunya baginya, lalu sekarang? pria yang dulu memperlakukannya dengan lembut dan mencintainya, akan dibagi dengan orang yang paling dekat dan paling sering memberinya luka batin.

Elia kembali membaca pesan dari Ibunya Zila. Dia berdecih sembari mengepal kuat tangannya.

Kesucian? kesucian yang mana yang dia bicarakan? anaknya bahkan sudah bergonta ganti pasangan tidur semenjak sekolah menengah atas, aku bahkan sering menjemputnya dari hotel dan melihat sendiri anak kebanggaan mu berbaring tanpa busana dan banyaknya kiss Mark di tubuhnya. Menyedihkan sekali.

Elia berjalan menuju kamar Keyla, karena dia dan Keyla tidur satu ranjang dan hari ini Keyla sedang bertugas malam. Elia menatap dirinya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya di balik cermin besar yang bertengger di kamar Keyla. Senyum tiba-tiba muncul di bibir Elia.

" Elia, kau begitu cantik, lalu kenapa kau hidup dengan menyedihkan? kau pantas mendapatkan yang lebih baik. "

Pagi harinya, Jhon sudah mengirim pesan akan datang satu jam lagi. Elia yang sudah selesai membersihkan dirinya, langsung merias wajah cantiknya. Tidak perlu banyak menggunakan make up tebal, Elia memang sudah sangat cantik.

" Pakai ini. " Keyla memberikan dress dengan lengan pendek dan panjang selutut. Elia begitu terpukau melihat dress itu. Sungguh, dress itu benar-benar cantik.

" Tapi ini kan masih baru? " Elia merasa tak enak dengan sahabatnya itu. Bisa Elia perkirakan jika harga dress itu pasti sangat mahal.

" Pakailah, ini memang akan aku berikan untukmu, sebentar lagi kau kan ulang tahun. " Ujar Keyla sembari tersenyum.

Elia tersenyum dan mengangguk. Dia benar-benar bersyukur karena satu-satunya sahabatnya begitu pengertian dan selaku mengingat hari ulang tahunnya. Elia langsung memakai dress itu dan memamerkannya didepan Keyla dengan memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

" Bagaimana? "

Keyla terperangah menatap menatap Elia dari ujung kaki ke ujung kepala. Dia benar-benar tidak menyangka jika Elia akan secantik itu. Keyla hanya bisa manggut-manggut karena begitu terpukau.

" Kenapa kau diam? " Tanya Elia yang tak mendapatkan jawaban dari Keyla.

" Kau sangat cantik! sungguh! " Keyla masih menatap takjub Elia. Tentu saja hanya mendapat jebikan dari Elia, Elia adalah tipe orang yang tidak terlalu memperdulikan pujian.

Tak lama menunggu, Jhon sudah menghubungi Elia karena dia sudah berada di alamat yang Elia sebutkan, Elia berjalan keluar Apartemen dan menuju lobby untuk menemui Jhon. Seorang pria paruh baya membungkuk sembari membuka kaca mobil, nampak Jhon yang tengah duduk sembari menatap ponsel nya. Elia melemparkan senyum kepada sang pria paruh baya yang tak lain adalah sopirnya Jhon. Elia langsung duduk disamping Jhon, membuat pria itu terkejut dan sontak menatapnya. Elia tersenyum menatap Jhon ya g kini juga tengah menatapnya, Jhon nampak diam tak mengatakan apapun, matanya fokus menatap Elia tanpa ekspresi.

" Maaf, merepotkan mu. " Ujar Elia yang merasa terganggu dengan tatapan Jhon. Bukan gugup sih, hanya saja tatapan Jhon yang tak memiliki arti baginya membuat Elia kebingungan harus bagaimana.

Jhon nampak menggelengkan kepalanya.

" Tidak masalah. " Jhon langsung memfokuskan tatapannya ke arah depan.

Satu jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah gedung hotel berbintang lima. Elia menarik nafas dan menghembuskan perlahan untuk menenangkan dirinya dan jantung yang berdebar begitu kencang. Lucu sekali, dia menghadiri pesta pernikahan suaminya sendiri, sungguh tidak masuk akal.

" Tenangkan dirimu, jangan mengingat hal indah jika tidak ingin kembali padanya. Ingat saja bagaimana mereka, terlebih suamimu yang menyakitimu. Dengan begitu kau akan memiliki keberanian dan kepercayaan diri. " Ucap Jhon yang sempat menatap sekilas wajah cantik wanita yang ada disampingnya itu.

Elia terdiam sembari mengingat semua perlakuan jahat yang diberikan mertua dan adik iparnya, kemudian penghianatan yang ia dapatkan dari orang yang paling dia cintai. Benar saja, kebencian, kemarahan, kepercayaan diri, dan keberanian seakan tiba-tiba datang memasuki jiwanya. Elia tersenyum menatap Jhon yang menatap ke arah depan.

" Terimakasih, Jhon. " Ucapan Elia sukses membuat Jhon tidak bisa untuk tidak menatap Elia. Dia benar-benar kehabisan kata-kata saat melihat wajah cantik itu.

" Khusus untuk hari ini, kau boleh memanfaatkan ku. " Ujar Jhon sembari memalingkan wajahnya kembali.

Elia tersenyum mengerti. " Maka terimakasih. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. "

TBC.......