Cassandra Yohana gadis berusia 17 tahun yang masih memakai seragam abu-abu. Hobinya suka bolos dan tidur ketika jam pelajaran. Tapi nilai raport nya selalu memuaskan sehingga membuat Casandra besar kepala.
"Untuk apa punya otak kalau ngak digunain, percuma kutu buku kalau otak lu aja masih lemah." Ucapan Casandra begitu pedas ketika melihat siswi kutu buku.
Hingga suatu saat kelasnya kedatangan seorang guru baru yang langsung membuat kebiasaan dan kehidupannya Casandra jungkir balik.
Arsenio Xalendra, pria matang yang memilki karisma, tapi tatapan matanya begitu tajam dan dingin membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa terintimidasi. Tapi bagi Casandra, Arsenio Xalendra adalah pria jahat dan kejam yang sudah membuat kehidupannya tidak lagi tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpesona tanpa sadar
Glek
Casandra menelan ludah saat melihat Arsen yang berdiri di ambang pintu.
Rambut yang basah, dengan lengan kekar yang berotot, jangan lupakan kaos tanpa lengan yang dia pakai terlihat basah menempel sempurna di kulit tubuhnya yang tercetak dada bidang dan perutnya yang rata membentuk garis.
Pemandangan yang tidak pernah Casandra lihat dengan nyata.
Arsen yang melihat gadis angkuh itu diam mematung membuatnya tersenyum samar. Pria itu berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan Casandra beberapa centi saja.
Fyuhh
Cassandra mengerjap kedua matanya saat terasa hembusan hangat menerpa wajahnya, dan Cassandra baru sadar jika wajah Arsen begitu dekat dengannya.
Arsen menundukkan wajahnya pada Cassandra, reflek Cassandra memundurkan kepalannya.
"Terpesona heh." Bisik Arsen tepat di samping telinga Cassandra, dan Arsen dengan jahil meniup halus telinga Cassandra membuat bulu kuduk Cassandra meremang seketika.
Cassandra merasakan aliran darahnya berdesir, hingga suara mbak Anis yang menyapa Arsen membuat Cassandra tersadar.
"Aden mau minum apa?"
Buru-buru Cassandra mengumpulkan kesadarannya, tanpa menunggu lama gadis berlalu pergi tanpa mau menoleh kebelakang.
Arsen yang melihat tingkah Cassandra hanya geleng kepala.
"Den, si enon teh cantik ya?" Tanya mbak Anis. Sejak tadi art itu memperhatikan keduanya dengan curi-curi pandang.
"Hm, cantik. Kan dia cewek mbak." Jawab Arsen setelah menenggak minumannya.
"Ish, si Aden mah. Kalau itu mbak teh juga tahu atuh. Maksudnya teh, cantik kalau di jadiin istri." Kata mbak Anis sambil tersenyum.
Arsen mendelikkan kedua matanya, mendengar ucapan art di rumahnya itu.
"Mbak ini, tau aja barang bening." Katanya dan berlalu pergi.
"Tau atuh den, namanya juga daun muda!!" Ucap mbak Anis yang masih menggoda dengan suara yang sedikit keras, karena Arsen berjalan keluar dari area dapur.
Arsen menuju kamarnya, saat melintasi kamar tamu bibirnya menyunggingkan senyum.
Satu jam kemudian semua sudah duduk di meja makan, Cassandra sama sekali enggan untuk menatap Arsen, gadis itu memilih untuk menanggapi ucapan Denia. Rasanya dirinya masih malu dengan kejadian tadi pagi, jelas sekali dirinya mengagumi sosok tubuh Arsen yang begitu menggoda.
"Kamu tahu ngak, kalau Tante dan Mama kamu Sonya dulu berteman?" Ucap Denia dengan senyum.
"Jadi Tante kenal Mama saya." Cassandra sedikit terkejut mendengarnya.
"Hm, bahkan kami dulu sangat akrab." Tambah Denia lagi. "Hanya saja sesuatu terjadi di rumah tangganya dan sejak itu Sonya mulai beruban, Tante sampai tidak mengenalinya lagi."Denia bercerita.
Casandra masih diam mendengarkan gadis itu sama sekali tidak bereaksi.
"Dan Tante senang sekali saat tahu kamu salah satu murid anak Tante, waktu kamu dirumah sakit Tante tidak bisa datang karena-" Denia menghentikan ucapanya, dirinya ingat jika Cassandra tidak bisa dijenguk. "Ah itu. Tante sedang ada di luar kota, dan saat kamu keluar Ars membawamu kesini karena Tante yang menyuruh." Tutur Denia.
Cassandra hanya tersenyum kecut, sepertinya dirinya memang pantas untuk dikasihani, korban keluarga broken home, memiliki mental buruk yang mengacu pada depresi, Cassandra membenci hal seperti ini, kenapa harus dirinya yang mengalami hal ini, terkadang dirinya tidak kuat untuk menerimanya rasanya semua begitu melukai hatinya.
Arsen menatap reaksi Cassandra, terpancar jelas dikedua mata gadis itu memendam kesedihan bercampur amarah dan putus asa, ada sedikit di relung hatinya yang berdenyut, hingga timbulnya rasa ingin melindungi gadis itu, membuang kesedihan yang membelenggu nya.
qp
,
,
,