"Kau yang memulai kan Xander? Maka jangan salahkan aku jika aku lebih gila darimu!" tekad seorang wanita bernama Arabelle Weister.
Bagaimana tidak karena sang suami tercinta ternyata sudah berselingkuh di belakangnya. Diapun menyewa seorang pria untuk membalaskan dendamnya, tetapi siapa sangka ternyata pria itu membawanya pada sebuah kebenaran dan cinta yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Siapa sangka ternyata saat pulang dari rumah mertuanya Arabelle menghubungi Zio untuk menemuinya di basemen Fource. Rasanya sangat lelah sekali setelah menghadapi wanita tua berumur lima puluh dua tahun itu. Dan sepertinya Zio akan menjadi penawarnya.
"Belle!" panggil Zio mesra.
"Aku begitu lelah hari ini." keluh Arabelle seraya memeluk dada bidang pria itu.
Zio mengusap rambut Arabelle dengan perlahan, jika dipikir-pikir saat ini mereka ini sudah seperti pasangan kekasih. Tetapi bukankah seperti ini gunanya gigolo?
"Ada kabar baik untukmu."
"Aku tidak ingin membahas itu sekarang, aku hanya butuh dirimu untuk menjadi penawar lelahku."
Zio merapatkan pelukan, diangkatnya dagu Arabelle sampai kedua mata Zio dapat melihat jelas kecantikan wanita itu.
Perlahan keduanya saling menempelkan bibir. Ciuman tanda rindu berubah menjadi menggebu-gebu dan lupa waktu. Zio menuntun Arabelle untuk masuk dan berbaring di jok mobil.
"Apa yang akan kau lakukan?" desis Arabelle di sela-sela ciumannya.
"Sesuatu yang menantang."
Akhirnya, fenomena mobil bergoyang pun terjadi.
Setengah jam kemudian Arabelle kembali ke mansion dengan tenaga yang terkuras habis karena Zio bermain dengan cepat. Ternyata lebih melelahkan seperti itu.
"Ara!" panggil Xander yang sama-sama baru pulang. Hanya saja lebih dulu dua menit dari Arabelle.
"Ya, Xan. Apa aku terlambat?" jawab Arabelle dengan malas.
"Ti-tidak, belum ada dua jam dari waktu yang kamu minta."
"Baiklah."
Lagi dan lagi sikap Arabelle tidak seperti biasanya. Wajah sumringah wanita itu ketika berhadapan dengannya sudah tidak ada lagi dan itu membuat Xander penasaran.
Xander memutuskan untuk tidak dulu menyusul istrinya, pria itu berbelok menuju ke dapur dan mengambil sekaleng minuman dingin. Para pelayan sudah kembali ke paviliun jadi tinggalah mereka berdua di bangunan utama.
Setelah menghabiskan minumannya Xander pun bergegas naik ke lantai kamar, bersamaan dengan Arabelle yang baru saja keluar dari kamar mandi lengkap dengan handuk yang melilit di kepala.
Xander pun mendekat dan mengendus leher putih istrinya, "Kau sangat wangi, sayang."
"Bukankah aku memang selalu wangi?" tanggap Arabelle cuek. Wanita itu berlalu masuk ke ruang walk in closet untuk mengambil gaun tidurnya.
Selesai berpakaian Arabelle lekas duduk di depan meja rias untuk memoles skincare malam. Xander kembali mendekat dan mencoba mengecup bahu mulus istrinya.
Dari jarak sedekat ini Xander tidak sengaja melihat sesuatu, "Lehermu merah Ara, seperti.."
Hampir saja Arabelle mendorong Xander untuk menjauh, bodoh sekali dirinya sampai lupa menutupi bekas ciuman Zio, pria itu benar-benar nakal sampai meninggalkan jejak sejelas ini.
Berusaha untuk tenang Arabelle menutupinya dengan tangan, "Saat makan malam bersama Mami aku tidak sengaja memakan udang. Kau tahu bukan tentang alergiku?" jawabnya memberi alasan.
Tentu saja Xander mengingatnya, dimana Arabelle seperti orang yang kehabisan nafas gara-gara semangkuk olahan udang dan setelahnya Arabelle juga mengalami alergi gatal-gatal.
"Biar aku obati. Sepertinya obat olesmu masih ada."
"Biarkan saja, nanti akan hilang sendiri. Ayo tidur." ajaknya dengan maksud mengalihkan pembicaraan.
"Ara, aku merindukanmu." bujuk Xander saat istrinya mulai berbaring diatas ranjang.
"Hari ini aku begitu lelah, Xan."
Sebenarnya Xander kecewa tetapi pria itu tetap memaksa untuk tersenyum, "Baiklah aku tidak akan memaksa."
"Maafkan aku." cicit Arabelle.
"Tidurlah, aku akan mengecek pekerjaan sebentar."
Arabelle mengangguk tanpa rasa bersalah karena sudah menolak ajakan sang suami.