Second Husband
Namaku Elia. Aku adalah seorang istri dari Hendrick Dargo. Hari ini adalah hari dimana aku dan Hendrick mengambil sumpah untuk saling mencintai hingga maut yang memisahkan. Iya, ini adalah hari ulang tahun pertama pernikahan kami.
Aku sengaja menyiapkan sebuah kejutan untuknya. Kejutan yang membuat kami bahagia. Dan hari ini juga, suamiku Hendrick kembali dari perjalanan bisnisnya. Sungguh aku sangat bahagia dan tidak sabar lagi melihat wajah suamiku saat melihat kejutan dari ku.
Stori...
Ting...
Suara ponsel Elia terdengar.
Elia meletakkan kuas blushon yang akan ia gunakan untuk menyapu pipinya dan meraih ponselnya.
Aku akan langsung menemui Ibu. Aku tunggu disana. Ada yang akan aku sampaikan.
Elia menghela nafasnya. Ini adalah kali pertama, suaminya tidak langsung pulang kerumah untuk menemuinya. Sejenak memang Elia nampak berpikir negatif.
" Tidak! apa yang aku pikirkan? mungkin, dia merindukan orang tuanya.
Elia kembali tersenyum untuk menyingkirkan segala pikiran negatifnya. Dia berjalan mendekati lemari untuk memilih Dress sederhana.
" Baiklah, pakai ini saja. Ini sederhana tapi sangat cantik.
Elia mengenakan Dress berwarna dark grey. Sapuan make up tipis menambah kesan cantik di wajahnya. Elia tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
" Sayang, semoga setelah ini, kita akan semakin bahagia. " Ucap Elia yang masih menatap dirinya di cermin.
Elia melangkahkan kaki menuju mobil yang sudah terparkir dihalaman rumahnya.
" Selamat malam, Nyonya. " Sapa pak sopir sembari membukakan pintu dan mempersilahkan Elia masuk kedalam mobil.
" Terimakasih, Pak. " Balas Elia setelah berada didalam mobil dan sudah dalam keadaan duduk.
Satu jam menempuh perjalanan, akhirnya Elia sampai dirumah mertuanya.
Elia menatap rumah megah itu dengan tatapan ragu. Ingatan akan wajah sinis mertua dan adik suaminya mengepung otaknya. Sungguh, sulit untuk menghilangkan itu dari ingatannya. Sulit rasanya kaki ingin melangkah. Apalagi nanti kalau harus menghadapi mertua dan kakek nya yang memang sangat terlihat tidak menyukainya. Ah, semakin mengingatnya, semakin sakit dada Elia hingga tangannya tak lagi bisa tahan untuk tidak memegangi dadanya.
Elia menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Dia mengulangi beberapa kali kegiatan itu hingga ia merasa lebih baik.
Elia, semua akan baik-baik saja. Tenanglah dan tetap tersenyum ramah.
Dengan segenap keberanian yang terkumpul, Elia melanjutkan langkah kakinya menuju rumah bak istana dengan sejuta kenangan pahitnya.
Tak, tak, tak,..
Suara heels, mengiringi langkah Elia yang semakin dalam masuk kerumah mertuanya itu. Perlahan tapi pasti. Akhirnya, Elia sampai di ruang keluarga.
Sedih rasanya. Tak ada sambutan apapun saat dia datang. Semua orang tengah tertawa dengan riangnya. Mata Elia menatap satu persatu anggota keluarga suaminya itu. Dan,
Deg..
Debaran jantungnya melonjak naik seketika saat tangan suaminya menyentuh tangan seorang wanita yang begitu dekat dengannya. Bukan hanya menyentuh, tangan suaminya itu juga langsung menggenggam tangan wanita itu. Elia kini hanya bisa menahan pedih di hatinya. Bahkan, suaminya tidak pernah melakukan itu kepadanya di hadapan orang tuanya.
Sejenak, Elia menenangkan dirinya. Dia berharap, ini semua adalah mimpi. Mimpi yang tida akan mau untuk ia inginkan lagi. Elia memejamkan mata dan menekannya. Dia berharap, saat ia membuka mata, apa yang ia lihat tadi tidaklah nyata.
Tidak! sesering apapun mata Elia mencoba, tida ada ubahnya. Nyata! semua itu adalah nyata.
Elia masih terdiam hingga seorang pria tak sengaja menyenggol tubuhnya. Ia juga adalah sala satu anggota keluarga yang hampir tidak pernah Elia lihat sebelumnya.
" Maaf! " Ucap Pria itu yang membuat semua mata menatap ke arah mereka.
Pria itu berjalan mendekat ke arah nenek dan memeluknya.
Hendrick bangkit dari duduknya dengan wajah terkejut.
" Elia? " Panggilnya lirih. Sungguh, dia benar-benar tidak menyadari kedatangan Elia yang entah sejak kapan berdiri di sana.
" Elia, kau sudah datang? " Tanya Hendrick seraya bangkit dari posisinya. Dia berjalan mendekati istrinya yang nampak sangat cantik hari ini.
Hening.....
Elia tidak menjawab apapun. Dia juga tidak lagi bisa melihat tatapan-tatapan datar dari anggota keluarga suaminya.
" Elia? " Hendrick meraih jemari istrinya dan menggenggamnya erat.
Apa ini benar-benar nyata? kenapa bisa begini? apa aku melakukan kesalahan? memang apa yang sudah aku lakukan? kenapa, wanita itu harus dia? kenapa? siapa yang harus aku jadikan alasan untuk menumpahkan semua rasa yang tak bisa ku jelaskan?
" Elia, duduklah. Kami ingin membicarakan sesuatu. " Ajak Hendrick sembari menuntun Elia mengikuti langkahnya.
" Tidak! lepaskan aku! " Meski membentak, Elia bahkan tidak bisa mengeluarkan suara kerasnya.
" Elia, dengarkan dulu ya? aku mohon, sayang. " Pintanya dengan nada bicara yang begitu lembut.
Lembut? heh! Jika saja, itu adalah beberapa saat lalu, mungkin Elia akan langsung mengangguk dan mengikuti apa yang dikatakan oleh suaminya itu.
" Aku tidak ingin ada di sini. " Ujar Elia sembari membalikkan badannya berniat untuk meninggalkan ruang keluarga yang membuatnya sesak.
" Dasar tidak tahu diri! " Nyaring terdengar suara Ibu mertua saat membentak Elia. Sungguh, sangat menyakitkan rasanya. Selama satu tahun ini, tak sekalipun Ibu mertuanya itu berucap dengan lembut terhadapnya. Tidak ada kata-kata kebal. Karena pada nyatanya, setiap kali telinga itu mendengar bentakan atau kata sinis dari mertuanya, tetap saja menyakitkan.
" Kami membuang waktu untuk menunggumu dan kau ingin pergi begitu saja?! " Lagi, masih sama. Dengan nada membentak. Tida perlu melihat bagaimana wajah Ibu mertuanya saat ini. Karena Elia, dia sudah sangat hafal akan hal itu. Mata yang membelalakkan tajam hingga bibir bergetar kesal. Itulah yang biasa Elia lihat.
Membuang waktu? menungguku, adalah membuang waktu?
" Ibu! tolong jangan begini. Jangan selalu membentak Elia. " Protes Hendrick yang terlihat keberatan.
" Cih! dialah yang membuat Ibu selalu marah. " Dalih Ibu sembari mencoba menenangkan dirinya.
Tidak! terkadang kau juga marah saat aku tidak melakukan apapun. Kau begitu membenciku. Bahkan, saat mendengar aku bernafas saja, kau selalu mengatakan, " Berisik " sebenarnya aku ini salah apa? apa aku begitu menjijikan?
" Ayo, Elia. Tolong, jangan membuat Ibu mengulangi ucapannya dan marah lagi.
Lagi? aku mengalah lagi? sampai kapan? sampai kapan kau akan membuatku terus mengalah untuk Ibumu?
Elia melepas paksa tangannya dari genggaman suaminya itu. Dia berjalan bahkan mendeka tanpa menghiraukan lagi suaminya yang menatapnya penuh tanya.
Elia mendudukkan dirinya di sudut ruangan. Tak mau lagi rasanya dekat-dekat dengan keluarga suaminya yang terlihat begitu enggan berdekatan dengannya.
Hendrick menyusul Elia dan duduk disampingnya. Hendrick menatap sendu wajah istri yang ia rindukan itu. Hatinya juga teriris melihat wajah marah yang baru ia lihat selama satu tahun pernikahan ini.
" Elia, maafkan aku sebelumnya. Aku,
Elia mencengkram kuat ujung Dressnya. Takut, sungguh dia takut dengan dugaannya sendiri.
" Elia, izinkan aku menikah lagi dengan Zila. " Hendrick melengkapi ucapannya.
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Pelangi Senja
mampir di cerita ku ya, judulnya
DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA. Terimakasih.
2024-07-21
0
Alet
keren🥰
2024-06-09
1
Anonymous
ok
2024-06-05
1