Lihana adalah seorang gadis yang berusia 23 tahun yang memiliki impian ingin ke negeri ginseng untuk bertemu sang idola, Hana memiliki porsi tubuh sangat imut, sehingga kadang orang mengira jika dia adalah seorang anak remaja, begitu pun dengan Dylan pria kaya raya yang merupakan seorang CEO, yang awalnya sangat senang menggangu hana dengan alasan menagih utang yang tak sengaja di lakukan oleh hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Hana melakukan pekerjaan apa saja yang menurutnya bisa dia lakukan, termasuk menjadi cleaning service dan kurir makanan, selama dia bisa menghasilkan uang halal dia tak akan pernah merasa malu
Di tempat lain, Dylan sangat kesal lantaran asisten nya belum juga datang padahal dia sudah tau jika hari ini adalah jadwal Dylan untuk cek kesehatan di dokter
Dylan memasuki lift dan segera turun ke bawah dengan wajah yang sangat tidak bersahabat
Melihat Dylan keluar dari lift semua karyawan segera membungkukkan setengah badan mereka
" Panggil Alex sekarang juga....!!!! " Teriak Dylan sangat pantang membuat semua karyawan nya menjadi takut
" Maaf pak, saat ini pak Alex tidak dapat di hubungi " ucap salah seorang pria tertunduk dengan ponsel di tangannya
" BODOH.....!!!!! jika kalian tak bisa menghubungi nya berarti kalian harus mencarinya sampai ketemu" teriaknya lagi dengan suara yang makin lantang
" Ba- ba-ik pak" jawab pria itu meminta beberapa orang untuk membantunya mencari pak Alex yang ternyata adalah pria bergigi gingsul
" Bubar kalian semua...!!! Kalian pikir aku membayar gaji kalian untuk membungkuk seperti itu? Dasar bodoh kalian semua...!!!" Ucapnya duduk di sofa dan membakar sepuntung rokok mahal miliknya
Hingga hampir 30 menit Dylan masih menunggu, namun Alex belum juga menampakkan batang hidungnya, membuat Dylan makin kesal dan membanting gelas kaca yang ada di tangan nya hingga pecah
Praaaaang....
" Alex sialan..!!! kemana saja anak itu" ucap Dylan berlalu dari kantornya setelah memecahkan gelas yang tak bersalah itu
" Pak Dylan mau kemana? Izinkan saya untuk mengantarkan anda " tanya seorang pria paruh baya yang bekerja di perusahaan Dylan
"Baiklah antarkan aku ke dokter Alvin" jawabnya berdiri di depan pintu mobil, sementara pria paruh baya itu sudah masuk di kursi kemudi terlebih dahulu
" Sialan, apa aku juga yang harus membuka pintu mobilnya?" Gumam Dylan merasa berat membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri
Suasana dalam mobil sangat sunyi, pria paruh baya itu pun tak berani memulai percakapan dan membiarkan CEO nya beristirahat yang saat itu sedang memejamkan mata
" Maaf pak, kita sudah sampai di tempat dokter Alvin" ucap pria paruh baya itu namun Dylan hanya terdiam dan tak bergerak sama sekali
" Pak, pak Dylan " ucap pria itu mencoba menyadarkan Dylan
" Apa kali ini kamu akan membiarkanku membuka pintu mobil ini sendiri?" Tanyanya dengan tatapan mata yang sangat tajam
" Maafkan saya pak Dylan " jawab pria itu kemudian keluar dari mobil dan segera membuka pintu mobil untuk Dylan
" Tak usah menungguku" ucapnya langsung meninggalkan pria itu
********
" Taksi...!!! " Teriak Hana menghentikan sebuah taksi yang ada di seberang jalan tempat nya berdiri setelah mengambil ponselnya yang baru saja dia service
Hana segera menyeberangi jalan besar untuk menghampiri taksi yang kini sedang menunggunya, tak menunggu lama Hana pun langsung masuk ke dalam taksi namun Hana sangat terkejut lantaran seorang pria telah berada dan duduk di dalam taksi itu
" Siapa kamu?" Tanya Hana
" Kamu yang siapa?" Tanya kembali pria itu yang tak lain adalah Dylan yang baru saja selesai mengecek kesehatan nya
" Kenapa kamu ada di dalam taksi ini? Aku yang lebih dulu memanggilnya"
" Tapi aku yang lebih dulu masuk dan duduk di dalamnya" jawab Dylan santai
" Gak bisa gitu dong, kan aku yang memanggil nya"
" Meskipun begitu tapi aku yang lebih dulu masuk dan duduk, jadi sebaiknya kamu keluar" ucap Dylan masih dengan santai sembari memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya
" Gak mau, pokoknya kamu yang harus keluar" teriak hana sedikit keras hingga membuat Dylan membuka mata dan menatap ke arah Hana
" Wahhhh... Kurang ajar juga nih bocah" ucapnya memandang Hana dari atas ke bawah
" Pak, aku yang lebih dulu memanggil taksi bapak kan?" Tanya Hana pada supir yang sedari tadi hanya terdiam
" Tapi aku yang lebih dulu masuk ke dalam taksi kan pak?" Ucap Dylan tak mau kalah
" Sudahlah.... Kalian berdua jangan bertengkar, lebih baik kalian berbagi saja, yang tujuan nya lebih dekat yang akan saya antarkan terlebih dahulu " ucap supir taksi
" Saya di jalan melati pak" jawab Hana
" Jalan saja sekarang pak, agar dia bisa turun, aku tak biasa berbagi taksi dengan orang tak tau malu seperti bocah ini" ucap Dylan kembali menyandarkan kepalanya di jok dan memejamkan matanya
" Kamu pikir aku juga senang berbagi taksi denganmu?" Ucap Hana
" Jalan sekarang pak, telinga ku sakit mendengar ocehan bocah ini" ucap Dylan
" Baiklah " jawab supir taksi kemudian melajukan taksinya
Kring.... Kring....
Suara ponsel Hana berbunyi sedari tadi hanya saja dia tak menyadarinya
" Hey bocah, suara ponselmu itu sangat menggangguku " ucap Dylan kesal
Hana segera mematikan dan menyimpan ponselnya di bawah paha nya, sebab dia tak membawa tas yang biasa di gunakan, bahkan dia sangat malas untuk menjawab telepon lantaran kesal karena dylan
" Pak, tolong turunkan saya di depan sana ya pak" ucap Hana meminta di turunkan di tempat yang tak jauh dari tempat tinggal nya
" Di sini ya neng?" Tanya supir taksi menghentikan taksinya
" Iya pak, terima kasih ya pak, bayarannya nanti bapak minta sama dia saja" ucap Hana menunjuk dylan dan segera berlari menjauh
" Hey bocil ponselmu ketinggalan" teriak dylan namun Hana tak mendengar teriakkan dylan karena telah jauh berlari
" Dasar bodoh, baiklah aku anggap saja ponsel ini sebagai ganti uang taksimu yang aku bayarkan" ucap dylan menaikkan kedua bahunya
******
" Hana kenapa kamu berlarian? Seperti anak kecil saja" Tegur Bu Risti pemilik rumah kost tempat hana
" Gak apa-apa Bu, hehehe" jawab hana dan segera masuk ke dalam kost-an nya
Rumah kost-kostan Hana merupakan sebuah rumah yang terdapat beberapa kamar di dalamnya, yang memisahkan antara kamar tidur, dapur dan kamar mandi
" Oppa, apa kabarmu hari ini? Apakah semua baik-baik saja?" Tanya Hana pada seorang idolanya yang sedang tersenyum manis yang berada di dalam kamarnya namun dalam bentuk standee
" Melihatmu tersenyum manis aku yakin semua baik-baik saja" ucap Hana tersenyum dan memeluk pria standee itu
" Ayah, ibu, hari ini aku baik-baik saja, kalian tidak usah mengkhawatirkan ku" ucap Hana pada foto kedua orangtua kandungnya
Memang setiap hari Hana melakukan hal itu, bukan karena apa, Hana hanya ingin menghibur dan memberi semangat pada dirinya
*******
" Astaghfirullah aladzim, dimana ponselku?" Gumam Hana yang baru tersadar jika ponsel nya tak ada
" Mir, miraaa.. bisa minta tolong gak?" Ucapnya pada gadis penghuni salah satu kamar kost
" Ada apa sih Han, kok kayak panik gitu?"
" Mir, tolong kamu hubungi nomor aku ya" pinta nya
" Gak tersambung han" jawab Mira setelah mencoba menghubungi nomor ponsel hana
" Ya Allah dimana ya ponselku?"
" Coba deh kamu ingat kapan terakhir kali kamu gunakan ponselmu" ucap Mira
" Astaghfirullah aladzim, sepertinya aku melupakan ponselku di dalam taksi" ucap hana mengingat terakhir kali menyimpan ponselnya di bawah paha
" Ya ampun hana, kok bisa kamu sampai lupa ponsel mu?"
" Aku juga gak tau"
" Udah ada yang ngambil tuh han, iklhasin aja" ucap Mira kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya
Hana merasa sangat sedih dan bodoh karena telah melupakan ponsel ya, bukan karena soal ponsel, namun di dalam ponselnya ada banyak foto kedua orang tuanya dan juga foto kenangan nya bersama keluarga Bu santi, padahal baru saja di mengambil ponsel dari tukang service