NovelToon NovelToon
Kencan Buta Terakhir

Kencan Buta Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.

Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.

Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?

Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 3

"Kamu beli apa?", tanya Eun-mi begitu Rayyan tiba di toko.

Mereka berada di lantai dua yang merupakan tempat istirahat karyawan, ruang meeting sekaligus pantry. Dua orang baker yang baru menyelesaikan pekerjaannya terlihat sedang berbaring malas-malasan di sofa sambil memainkan ponsel mereka.

Rayyan membongkar isi kantong belanjaannya di hadapan Eun-mi. Mata Eun-mi langsung berbinar melihat kemasan mie instan sejuta umat.

"Salman ngundang kamu hari Minggu ini, acara syukuran ulang tahun anaknya", ucap Salman.

Eun-mi menggeleng.

"Aku gak bisa, ada acara keluarga di rumah. Kakek sudah wanti-wanti supaya aku jangan sampai lupa", Eun-mi melangkah ke pantry lalu meletakkan panci berisi air di atas kompor.

"Oh... Ya sudah. Nanti aku beritahu Salman", sahut Rayyan.

"Sebenarnya.. aku pengen ngajak kamu ke acara itu", ucap Eun-mi, sementara matanya tertuju pada isi panci.

Rayyan tersenyum pahit.

"Memangnya aku mau ngapain di sana? Bukannya banyak keluarga kamu yang gak suka kalo kita berteman? Bukannya mereka bilang aku ini pengaruh buruk buat kamu?".

Eun-mi terlihat seolah sedang berpikir.

"Ya.. mereka gak salah juga sih. Kamu kan yang ngasih ide buat niup ubun-ubun cowok kencan butaku kemaren, sampai-sampai mukanya jadi horor terus langsung cabut melarikan diri?", sahut Eun-mi seraya tertawa.

Rayyan ikut tertawa, tak bisa protes.

"Sebenarnya, aku sendiri juga merasa risih kalo harus ngumpul sama seluruh anggota keluarga besarku. Kalo aku menolak ikut makan, mata mereka langsung terlihat sinis. Walaupun aku sudah kasih tahu ke mereka alasannya. Belum lagi kalo sudah merembet ke masalah pakaian sama hijab. Pokoknya selama acara, yang kulakukan cuma berusaha menahan emosi karena ucapan dan tatapan mereka", Eun-mi menghela nafas lalu membawa dua mangkok mie instan yang sudah masak ke meja.

Rayyan terdiam mendengarnya. Dia benar-benar merasa kasihan dengan temannya itu.

"Apa... calon suami kamu harus mereka yang nyari? Maksudku gini, kenapa kamu gak coba cari sendiri aja? Daripada hanya nunggu sampai ada yang cocok dan kayaknya gak bakalan ada yang cocok, bukannya lebih baik kalau kamu yang usaha sendiri?", tanya Rayyan.

Eun-mi menatap Rayyan seraya menghela nafas.

"Mau nyari dimana? Kalaupun ada yang menurutku cocok, kan belum tentu buat mereka. Nanti ujung-ujungnya malah nambah masalah lagi", Eun-mi menyuap mie nya dengan malas. Sepertinya selera makannya tiba-tiba menguap entah kemana.

"Tapi kamu gak bisa terus-terusan begini Mi. Mau sampai kapan? Umur kamu itu terus nambah lho. Kamu mau jadi perawan tua?", Rayyan sepertinya lupa batas.

Eun-mi melotot, sementara Rayyan berlagak seolah tak ada sesuatu yang salah dan dengan lahap menyantap mie nya.

"Aish! Tu mulut bisa dikondisikan gak? Aku belum setua itu juga kali!" Eun-mi tak terima dengan ucapan Rayyan.

"Sekarang sih memang iya, tapi beberapa tahun lagi?" Rayyan menatapnya seolah minta pengakuan akan kebenaran ucapannya.

Eun-mi menghempaskan sumpitnya di atas meja. Dia merasa kesal dengan Rayyan yang bukannya menghibur malah mengejeknya. Dan kini dia benar-benar tak ingin lagi menyentuh makanannya.

"Dengar Eun-mi temanku yang baik..., aku tu juga perlu segera menikah. Tapi aku gak bakalan tega kalau harus nikah lebih dulu sementara kamu masih sibuk nyari calon suami yang pas buat kamu", ucap Rayyan, entah sekedar bicara atau memang sungguh-sungguh.

Kini giliran Eun-mi yang terdiam. Ia tak menyangka akan mendengar kalimat itu dari Rayyan.

"Kamu, mau nikah?", tanyanya ragu-ragu.

"Ya iya lah.. Lagian itu kan Sunnah Rasulullah. Kalo gak ikut, ntar kalo gak diakuin sebagai umatnya, gimana nasibku nanti? ", sahut Rayyan yang kini sudah menghabiskan mienya.

"Bukan begitu. Maksudku, kamu sudah punya calon isteri?", tanya Eun-mi lagi.

Rayyan mengangguk.

"Ayah sama ibu sudah punya calon buatku. Kalau cocok, ya.. mungkin aja aku bakal segera menikah", ucapnya.

"Untungnya perjodohan di keluargaku itu gak seribet di keluarga kamu. Yang penting seiman, punya visi misi membangun keluarga yang baik, ya udah. Nikah", sambungnya.

"Itu mienya kok didiemin aja. Gak mau dihabisin?", tanya Rayyan melihat mangkok di depan Eun-mi yang isinya tak berkurang.

Eun-mi menggeleng lemah. Dengan suka cita Rayyan kemudian menarik mangkok Eun-mi ke hadapannya kemudian melahap isinya.

"Kenapa kamu gak pernah cerita masalah ini ke aku?", Eun-mi merasa sedikit kecewa karena ternyata Rayyan selama ini menyembunyikan sesuatu darinya.

"Buat apa? Supaya bisa menyombong ke kamu kalau aku sudah punya calon? Sementara kamu masih sibuk sama acara kencan buta kamu yang entah kapan episode terakhirnya bakal tayang?", Rayyan membela diri.

Eun-mi tak suka mendengar ucapan Rayyan, terlihat dari ujung alis matanya yang meninggi.

"Oke, oke! Berarti maksud kamu kalau aku belum nikah, kamu juga gak bakalan nikah, begitu?", Eun-mi mencari kesimpulan dari ucapan Rayyan tadi.

"Kurang lebih ya kayak gitu. Kalau aku sampai jadi bujang lapuk, berarti itu salah kamu!", ucapnya tajam, kemudian membawa kedua mangkuk di hadapannya ke tempat cuci piring kemudian mencucinya.

"Jadi tolong, cepetan nikah. Oke?", Rayyan lalu meninggalkan Eun-mi menuju ruang etalase.

Eun-mi masih sedikit tak percaya dengan apa yang didengarnya tadi. Ia tetap duduk dan diam seperti berusaha menyusun kembali pikirannya yang sedikit kacau.

Terdengar ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk, dari bibinya. Dan Eun-mi sudah tahu pasti apa isi pesan itu.

"Jeong In-ho. Anak kolega pamanmu. Tanggal 26 bulan ini. Bersikap baik, jangan sampai seperti yang terakhir. Kau sudah membuatku malu"

Pesan itu dilengkapi dengan foto seorang lelaki tampan dengan senyum yang indah. Namun tak cukup membuat Eun-mi untuk kembali bersemangat, apalagi setelah mendengar ucapan Rayyan tadi. Ia hanya menghela nafas, lelah...

1
Tutupet
baca sampai sini dulu
Puspa Indah: Makasih 😃
total 1 replies
Puspa Indah
Kritik sangat diharapkan. Sekeras dan setajam apapun dipersilahkan asal disertai penjelasan supaya bisa jadi pembelajaran demi perbaikan kualitas. Pisau kalau gak di asah sampai klenger mana bisa tajam, jadinya malah gak guna. Jadikan saya pisau, dan anda semua adalah batu asahannya. Thanks✌️😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!