NovelToon NovelToon
Pernikahan Rahasia Gadis Culun & Dokter Dingin

Pernikahan Rahasia Gadis Culun & Dokter Dingin

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Tamat / Balas Dendam / Peningkatan diri-peningkatan identitas/sifat protagonis
Popularitas:60.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)

Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.

Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.

Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Kuat

Sheila duduk melamun di meja makan para pelayan di dapur dengan makanan yang terhidang di depannya. Gadis itu memilih makan di tempat para pelayan, karena sadar ibu mertua tidak menyukainya. Namun, belum sesendok pun makanan itu masuk ke mulutnya. Sejak tadi gadis itu hanya mengaduk makanannya dengan sendok, akibat kehilangan selera makannya.

"Sheila, makan yang banyak, ya... Kalau Marchel tahu kau makannya sedikit, kami semua bisa kena marah," kata Bibi Yum saat melihat Sheila enggan memakan makanannya.

"Aku tidak lapar, Bibi."

Bibi Yum mendekat pada gadis malang itu, meneliti wajah tirus dan mata sembabnya.

Gadis itupun kembali menangis sedih sampai sesegukan sehingga air matanya jatuh ke makanannya. "Aku mau pulang, Bibi. Aku tidak mau tinggal di sini! Kenapa Kak Marchel tidak mengizinkanku pulang ke rumahku saja. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

Wanita paruh baya itupun memeluk gadis itu, membelai rambut panjang berwarna cokelat itu dengan sayang.

"Sheila....Kau kan sudah menikah dengan Marchel. Tidak mungkin Marchel membiarkanmu tinggal sendiri." Bibi Yum mencoba menghibur Sheila.

"Kak Marchel kan terpaksa menikahiku, Bibi. Kak Marchel mencintai Kak Shanum, bukan aku. Aku tidak mau jadi beban orang lain."

"Sudah, Sheila. Semuanya akan baik-baik saja. Sekarang, makan, ya... Apa bibi buatkan makanan lain?" bujuk Bibi Yum diikuti gelengan kepala dari Sheila. Gadis itu mulai menyendokkan makanan ke mulutnya, namun belum sempat makanan itu masuk ke mulutnya, suara decakan terdengar di dapur itu. Sendok yang berada di tangan Sheila terjatuh ke piring makannya.

Ibu masuk dengan langkah angkuh dan tatapannya yang penuh kebencian. Sheila pun segera mengusap air matanya dan membetulkan posisi kacamatanya.

"Apa Nyonya butuh sesuatu?" tanya Bibi Yum pada majikannya itu.

"Aku ingin jus tomat," jawab ibu dengan matanya yang menatap tajam Sheila.

"Baik, Nyonya! Akan saya buatkan." ucap Bibi Yum.

"Tidak! Aku ingin anak ini yang membuatnya."

"Tapi, Nyonya... Sheila sedang makan siang dan..." Bibi Yum menggantung ucapannya karena langsung dipotong oleh majikannya itu.

"Aku tidak suka dibantah. Suruh dia membuat jus tomat untukku," ucapnya ketus.

Sheila menundukkan kepalanya menahan air mata yang seolah memaksa keluar.

"Ba-baik, Bu!"

Gadis polos itu berdiri dari duduknya, tangannya gemetar menahan rasa takut pada ibu mertuanya yang sangat galak itu. Sheila membuka kulkas dan mengambil beberapa buah tomat segar untuk dijadikan jus.

Sesaat kemudian, wanita paruh baya itu keluar dari dapur menuju ruang keluarga, tempatnya biasa bersantai ria. Bibi Yum langsung mendekati Sheila yang sedang mencuci tomat itu.

"Sheila, makan saja dulu. Biar bibi yang membuat jus itu," ucap Bibi Yum seraya mengusap bahu Sheila.

"Jangan, Bibi. Kalau ibu tahu, nanti Bibi bisa dapat masalah. Biar aku saja."

"Tapi kau sama sekali belum makan sesendok pun."

"Tidak apa-apa, Bibi. Pelan-pelan aku akan terbiasa." Sheila kemudian membuat jus tomat itu dengan perasaan sedih. Bayang-bayang Shanum kembali terngiang. Betapa lembut dan penuh kasih sayang kakaknya itu, bagai seorang ibu. Jangankan membuat jus, menyentuh barang di dapur pun tidak pernah. Shanum memperlakukan Sheila layaknya seorang putri. Ia sangat memanjakan adik kesayangannya itu.

Bibi Yum mengusap bahu gadis belia itu, "Sabar, ya... Suatu saat nyonya pasti bisa menerima kehadiranmu di rumah ini. Ini hanya masalah waktu. Mungkin nyonya masih sedih dengan kepergian Shanum."

Shela menganggukkan kepalanya pelan, "Kemana aku harus membawa jus ini, Bibi?"

"Biasanya Nyonya ada di ruang keluarga. Siang-siang begini biasanya nyonya nonton acara gosip di tv. Bawa ke sana saja."

Sheila kemudian mengambil baki dan meletakkan jus itu di atasnya. Lalu berjalan keluar menuju ruang keluarga. Di kejauhan ia melihat ibu sedang duduk selonjoran di sofa dengan matanya yang tertuju pada layar tv. Sheila menarik napas dalam, melangkahkan kakinya dengan perasaan takut.

"Bu, ini jusnya," ucap Sheila sambil meletakkan jus di atas meja.

Ibu mengalihkan pandangannya dari tv kemudian mengambil jus buatan Sheila. Wanita itu melirik Sheila dengan ekor matanya. "Apa kau yang membuat jus ini?"

"Iya, Bu!" jawabnya sambil mengangguk pelan.

Wanita paruh baya itu pun mencoba jus yang baru saja dibuat Sheila. Wajahnya seketika berubah ketika merasakan cairan berwarna merah itu melewati kerongkongannya.

"Apa ini? Kenapa rasanya seperti ini?" bentak ibu membuat Sheila terlonjak. Saking terkejutnya, nampan di tangannya terjatuh ke lantai dan pecah berhamburan, membuat Ibu semakin naik pitam.

"Ma-maaf, Bu...!" Sekuat tenaga Sheila menahan air matanya agar tidak terjatuh. Gadis itu langsung berjongkok memunguti pecahan-pecahan itu.

"Kau benar-benar tidak bisa apa-apa. Bahkan membuat jus saja kau tidak becus," teriak ibu. "Ya ampun, kesalahan macam apa yang ku perbuat di masa lalu sehingga putraku menikahi gadis sepertimu."

Jantung Sheila seperti di remas tanpa ampun mendengar ucapan menusuk mertuanya itu. Air mata yang sejak tadi di tahan-tahan akhirnya jatuh juga. Bibi Yum yang mendengar keributan itu langsung berlari keluar. Dilihatnya Sheila di bawah sana sedang memunguti pecahan kaca yang berhamburan. Buru-buru, wanita itu segera menghampiri Sheila dan membantunya memunguti pecahan itu.

"Jangan membantunya!" bentak Ibu. "biarkan anak bodoh ini melakukannya sendiri. Membuat jus saja tidak bisa, apalagi yang lain! Bagaimana kau bisa menjadi istri yang baik?"

Dengan wajah kesal wanita itu meninggalkan ruang keluarga dan segera masuk ke kamarnya dengan membanting pintu keras. Sheila kembali terlonjak kaget. Sungguh, gadis polos itu benar-benar ketakutan.

Bibi Yum mengusap rambut panjang gadis itu. "Sudah, biar Bibi saja yang melakukannya. Kembalilah ke kamar."

Sheila masih terisak sambil memungut pecahan kaca itu. "Tidak apa-apa, Bibi. Aku bisa melakukannya. Maafkan aku."

Setelah selesai membersihkan pecahan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah, Sheila bergegas menuju kamarnya.

Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di pembaringannya. Meratapi nasib malangnya.

Kenapa semua ini harus terjadi padaku. Orang tuaku, kakakku, mereka semua pergi meninggalkanku. Dan sekarang, aku harus hidup seperti di neraka. Aku ingin mati saja. batin Sheila.

Sheila terus menangis menumpahkan kesedihannya. Bahkan gadis malang itu belum sempat makan sesuap nasi pun.

Tidak lama, terdengarlah ketukan pintu di kamarnya. Bibi Yum masuk ke kamar itu dengan membawa nampan berisi makanan. Ia duduk di bibir tempat tidur, dengan penuh kelembutan mengusap rambut gadis itu.

"Sheila makan dulu, ya..." ucap Bibi Yum, sambil meletakkan nampan di atas meja nakas.

"Aku tidak lapar, Bibi," jawabnya membuat Bibi Yum tersenyum tipis.

"Bibi suapi saja, ya... Kau kan harus minum obat. Kalau tidak makan bagaimana minum obatnya. Nanti Marchel akan marah kalau tau kau belum minum obat."

"Tapi Kak Marchel tidak akan peduli, Bibi."

Bibi Yum menggeleng pelan, sambil membelai wajah Sheila. "Siapa bilang Marchel tidak peduli padamu? Bibi sangat mengenal Marchel. Bibi yang sudah membesarkannya dan menganggap Marchel seperti anak bibi sendiri. Begitu pun dengan Marchel. Bibi tahu dia sangat peduli padamu. Sekarang, ayo makan!"

Bibi Yum pun mulai menyuapi Sheila. Gadis itu masih merasa beruntung. Setidaknya para pelayan di rumah itu bersikap baik padanya di antara penghuni rumah yang seolah memusuhinya.

Aku mau pulang. Aku tidak kuat tinggal di rumah ini. batin Sheila.

*****

Bersambung

1
A&R
biasa
Ramlah Kuku
astaga apakah anak itu anaknya Sheila
Ramlah Kuku
impianmu kandas willy😁
Ramlah Kuku
Marcel?? 😊
Ramlah Kuku
hmm kamu terlalu sibuk dngn kesendirian Marcel
Ramlah Kuku
tdk usah dicari Sheila akan datang
Ramlah Kuku
bls mereka semua Sheila
Ramlah Kuku
tunggu saja Sheila di nobatkan sbgai pemilik rumah sakit kamu akan di tendang Audrey
Ramlah Kuku
sheila disembunyikan pak arman
Ramlah Kuku
semoga cepat sembuh thor
Ramlah Kuku
maaf basi taau
Ramlah Kuku
ya ampun mengandung bwang thor
Ramlah Kuku
Marcel laki-laki tdk tau diri
Ramlah Kuku
Luar biasa
Ramlah Kuku
bodoh kamu Marcel
Ramlah Kuku
sungguh harta, tahta dan jabatan membuat org silau
Ramlah Kuku
maulah Sheila
Ramlah Kuku
kamu pasti akan menyesal Marcel
Ramlah Kuku
iya itu Sheila bego
Ramlah Kuku
masa ATM di buang kan ada anaknya Marcel yg btuh biaya hidup
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!