NovelToon NovelToon
Janji CINTA

Janji CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Menikah Karena Anak / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:572k
Nilai: 5
Nama Author: syitahfadilah

Memiliki anak tanpa suami membuat nama Cinta tercoret dari hak waris. Saudara tirinya lah yang menggantikan dirinya mengelola perusahaan sang papa. Namun, cinta tidak peduli. Ia beralih menjadi seorang barista demi memenuhi kebutuhan Laura, putri kecilnya.

"Menikahlah denganku. Aku pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyebut Laura anak haram." ~ Stev.

Yang tidak diketahui Cinta. Stev adalah seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan besar yang menyamar menjadi barista demi mendekatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7~ AKAN KU BUAT KAU MENYESAL

Malam hari...

"Bisa gak, kamu jauhan dikit?" ucap Sean pada Maura yang terus berdiri di sampingnya hampir tak berjarak.

"Hei, kamu gak lupa, kan, kalau aku ditugaskan Pak Vano untuk jadi pacar pura-pura kamu!" balas Maura terlihat santai. Bahkan sejak tadi bibirnya terus menyunggingkan senyum menatap kue ulangtahun di depannya. Bolehkah ia berharap jika ini semua nyata, bukan pura-pura.

"Iya, aku tahu. Tapi ... Vano dan Cinta belum datang. Jadi kamu gak usah ambil kesempatan dalam kesempitan ya!"

"Gak usah ge'er. Aku cuma menjalankan tugas dengan profesional. Apalagi Pak Vano sudah memperingati aku agar menjalankan peran ku dengan sangat baik. Lihat mereka semua." Maura menunjuk ke arah para pegawai yang sudah datang dengan membawa keluarga masing-masing. Tinggal menunggu kedatangan Vano, Cinta dan anaknya.

"Mereka gak tahu kan, kalau semua ini hanya rekayasa? Jadi, kamu juga nurut aja. Jangan sampai ada pegawai kamu yang tahu dan bilang nanti sama Cinta. Bisa berabe urusannya. Kamu dan aku, pasti dikasih pelajaran sama Pak Vano kalau sampai rencananya gagal."

Sean memutar bola matanya malas. Dari pada ribut dengan Maura, lebih baik ia yang mengalah dan ... dengan gerakan pelan bergeser beberapa centi.

Di sisi lain...

Vano baru saja sampai di depan rumah Cinta. Seperti tadi pagi, ia juga tak melepas helm. Khawatir jika si duplikat cabe setan alias Indri tiba-tiba keluar dan melihatnya.

Pak Amin yang sedang bersantai di pos, langsung beranjak menuju pagar begitu melihat seorang pengendara motor singgah. "Maaf, cari siapa ya?" tanyanya.

"Saya temannya Cinta, Pak. Mau jemput," jawab Vano.

"Oh, tapi Non Cinta dari siang gak ada di rumah."

Vano sedikit terkejut. Setelah dari cafe ia sendiri yang mengantarkan Cinta pulang. "Pergi ke mana ya, Pak?"

"Ke rumah sakit. Anaknya kena diare, dan harus di rawat inap," jawab pak Amin.

Raut wajah Vano seketika berubah cemas. Kenapa Cinta tidak memberitahunya, padahal ia sudah bilang akan menjemput malam ini. "Di rawat di rumah sakit mana, Pak?"

"Rumah sakit Sejahtera."

"Terima kasih informasinya, Pak." Vano pun bergegas naik ke motornya. Sebelum pergi ia terlebih dahulu menelpon Sean. Hanya dalam beberapa detik, sambungan teleponnya pun telah terhubung.

"Van, kamu dimana sih? Udah jemput Cinta belum? Ini yang lainnya sudah pada datang. Maura, sektretaris kamu juga sudah datang dan dia... ." Sean menjeda kalimatnya sambil melirik Maura yang tampak menguping pembicaraan nya. "Dia juga sudah menjalankan perannya dengan sangat baik," lanjutnya yang membuat Maura seketika tersenyum.

Vano menghela nafas berat. Bahkan tenggorokannya terasa tercekat, ia benar-benar dibuat panik mengetahui anaknya Cinta sedang sakit. "Sean, sebelumnya aku mengucapkan terima kasih banyak karena sudah bersedia melakukan ini semua untukku. Tapi ... maaf, rencana malam ini batal. Aku baru tahu kalau Cinta ada di rumah sakit. Anaknya sakit," ucapnya penuh sesal.

Sean tampak melongo mendengar kalimat panjang lebar yang baru saja di sampaikan Vano. Detik itu juga ia langsung buru-buru bergeser lebih jauh dari Maura.

"Ya udah, Van, gak apa-apa. Jadi sekarang kamu mau ke rumah sakit?"

"Iya, aku tutup teleponnya dulu ya." Setelah sambung telepon terputus. Vano memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket yang dikenakannya. Kemudian melajukan motornya dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit yang telah diberitahukan pak Amin.

Sementara itu Sean pun kembali mengumumkan pada seluruh pegawainya jika acara malam ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya, karena ia dan Maura harus pergi lantaran ada urusan mendadak. Namun, ia tetap meminta mereka semua untuk tetap berada di cafe menikmati hidangan yang sudah tersedia.

"Ingat, besok kamu harus datang lebih awal untuk buka Cafe," ucap Sean pada salah satu pegawainya setelah memberikan kunci. Ia dan Maura pun bergegas pergi meninggalkan cafe.

"Telpon Vano, tanya di rumah sakit mana anaknya Cinta di rawat," pinta Sean pada Maura yang duduk di sampingnya. Mobilnya baru saja meninggalkan pelataran cafe.

Dengan wajah sedikit manyun, Maura pun mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kemudian menghubungi bos-nya. Namun, panggilannya tidak terjawab. "Gak di angkat."

"Telpon terus, sampai di angkat!" titah Sean tanpa melihat kearah lawan bicaranya itu. Ia hanya fokus pada jalanan di depan.

.

.

.

Sesampainya di rumah sakit, Vano berjalan sedikit tergesa-gesa menyusuri koridor. Ia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Cinta, matanya melebar melihat ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari Maura. Ia pun menelpon balik sekretarisnya itu.

"Pak Vano telepon!" seru Maura, membuat Sean yang sejak tadi diam tampak melamun itu sedikit terkejut. Mereka memilih untuk menepi sambil menunggu telepon dari Vano, sebab tak mungkin terus berkendara tanpa tujuan.

"Cepetan angkat!"

Maura pun menerima telponan dari sang bos. "Halo, Pak? Apa Bapak sudah sampai di rumah sakit?"

"Sudah, kamu dimana? Apa masih di Cafe?"

Belum sempat Maura menjawab, ia terkejut kala Sean tiba-tiba merebut ponselnya.

"Halo, Van. Share lok sekarang, aku dan Maura akan menyusul ke sana." Panggilan pun berakhir setelahnya. Menunggu beberapa saat share lok dari Vano.

"Ini hape kamu." Sean mengembalikan ponsel Maura setelah melihat alamat rumah sakit yang dikirim Vano. Ia pun kembali melajukan mobilnya.

Sementara itu, Vano beralih menghubungi Cinta. Namun, panggilannya tak terjawab. Ia kembali mencoba hingga akhirnya terjawab.

"Cinta, sekarang aku di rumah sakit. Anak kamu dirawat di ruangan mana?"

Cinta yang setengah mengantuk itu seketika terperanjat. Ia pun lantas menegakkan badannya yang sejak tadi duduk dengan merebahkan kepalanya di tepi ranjang pasien. Bahkan ia sudah hampir tertidur kala ponselnya tiba-tiba berdering.

"Kamu di rumah sakit?" tanyanya sedikit terbata. Ah, ia lupa memberi tahu Stev agar malam ini tidak usah menjemputnya. Stev pasti sudah datang rumahnya dan ada yang memberitahu ia sedang berada di rumah sakit.

"Iya, sekarang kasih tahu anak kamu di rawat di ruangan mana?" tanya Vano lagi.

"Ruangan cempaka 3," jawab Cinta.

"Oke, aku kesitu sekarang." Vano mengakhiri panggilannya. Kembali melanjutkan langkahnya dengan ekspresi kesal diwajahnya. Bahkan ia sampai berdecak pelan beberapa kali.

Bagaimana tidak, ruangan yang baru saja disebutkan Cinta adalah kelas paling terendah di rumah sakit. Bagaimana bisa Haris yang seorang konglomerat itu membiarkan cucunya sendiri memasuki ruangan kelas bawah dengan fasilitas yang tidak begitu memadai. Tidak adakah rasa iba sedikitpun dalam hatinya. Ia saja sampai dibuat kesal membayangkan sekarang Cinta hanya duduk menemani anaknya. Ruangan dengan kapasitas yang memuat 4 hingga 6 orang pasien itu jelas tidak menyediakan bed untuk penunggu pasien.

"Lihat saja, Pak Haris. Akan ku buat kau menyesal telah menyia-nyiakan anak dan cucumu!"

1
Rafly Rafly
baru di gertak gitu saja udah ngepret... kamu harus berani Vano...kalo perlu bantai di Evan
Rina
Kamu mau ngapain Evan , semoga kamu gak melakukan hal yang akan merugikan kami ya 🫢🫢🫢
Puji Ustariana
semoga setelah bertemu dengan indri hati evan di lembutkan jangan ada dendam evan gak ada habisnya klo soal dendam kecuali dengan ke ikhlasan
Puji Ustariana
jangan" evan akan membuat indri susah entah itu utk indri pribadi ato akan menyangkut dengan cinta dan vano semoga aja evan tidak jahat biarkan indri sepertinya dia sudah bertobat
Ilfa Yarni
waduh alarm bahaya ini
Aditya hp/ bunda Lia
waaah ...si Evan wajib di santet ini mah gemes pengen numpuk pake batu satu karung ...
Yuliasih
Vano damai dg pak haris,,, evan ga bisa damai kayaknya sama Indri,,, apa kbr Indri udah baikan sama Cinta??,,, lupa lagi
Puji Ustariana
alhamdulillah semoga seterus ya van
Dwi Rustiana
nah kan bener si curut nyusun rencana balasan emang pling bisa bkin orang emosi heran deh
Dwi Rustiana: itu dah pling bagus lho Mak 🤣🤣🤣
Nurlinda: gak ada julukan lain gitu Mak. ya ampun si curut 🤭
total 3 replies
Sugiharti Rusli
walo Vano tidak membersamai Laura dari awal, tapi rasa sayangnya pasti juga akan sama besarnya dengan anak yang sedang Cinta kandung,,,
Sugiharti Rusli
semoga kesepakatan yang Vano lakukan dengan Evan akan berdampak positif tuk Laura di masa depan sih yah,,,
Sugiharti Rusli
kalo dipikir-pikir si Laura sungguh beruntung dia, ayah kandung dan keluarga mama kandungnya bukan orang sembarangan, tapi sayang dia ada karena kesalahan orang dewasa,,,
Sugiharti Rusli
wah kejutan yah sekarang si Vano dah mau berdamai dengan ayah mertuanya sih
kaila
lanjut kak
Rina
Semoga semuanya akan baik” saja 🙏🏻
Mey-mey89
,,
Mey-mey89
..
Mey-mey89
,,
Mey-mey89
,
Mey-mey89
..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!