Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.
Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Bad Mood
Jika bukan karena Seruni yang selalu menguatkannya, Kalila pasti memilih untuk menyerah saja. Namun, ibunya sendiri tidak pernah menyerah. Senyuman tulus dari wanita yang sudah mengandung dan melahirkannya itu selalu membuat rasa sesak dalam hati Kalila lepas.
Dan sekali lagi, Kalila tahu, dia harus tetap berdiri, jika memang badai yang harus dihadapinya untuk bisa melihat senyum Seruni, ia akan menerjangnya.
Karena itu, kali ini dia akan menjalani hari-harinya dengan ketulusan. Dia tidak akan memikirkan apa yang akan dilakukan Arlen di belakang atau pun di depannya. Dia hanya akan menjalani harinya sesuai dengan kata hatinya.
Seperti pagi ini, disaat matahari belum menyambut, Kalila sudah berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk dirinya juga untuk Arlen. Dia tidak peduli jika sarapan yang dibuatkannya tidak dimakan atau mungkin langsung dibuang oleh Arlen, dia hanya ingin membuatkan lelaki itu sarapan karena Kalila tahu Arlen memiliki gerd.
Setelah selesai dengan urusan dapur, dia mulai bersiap-siap untuk membawa bekal untuk dia bawa ke kedai. Tepat pukul enam, pintu kamar Arlen bergerak terbuka. Lelaki itu muncul dengan kaos polos dan celana pendek, rambutnya yang berantakan dan wajah bantalnya.
Matanya menyipit melihat Kalila dengan tanda tanya, meski bibirnya rapat.
"Aku akan berangkat sekarang." kata Kalila dengan santai sembari memasukkan kotak makan di dalam tasnya.
"Aku buatkan sarapan. Terserah mau kamu makan atau ga. Aku hanya ingat kamu punya gerd."
Arlen tetap tidak membuka mulutnya, bahkan ekspresinya pun tetap terlihat datar tak peduli. Ia melangkah menuju dispenser untuk menuangkan air hangat.
"Aku berangkat, ya." Kalila akhirnya melangkah ke luar dengan langkahnya yang cukup santai, bahkan senyuman menghiasi wajahnya. Dia tidak mengharapkan respon apa pun dari Arlen, dia hanya ingin melakukan apa yang ia ingin lakukan.
Begitu pintu tertutup rapat kembali di belakangnya, Kalila segera menuju lift, dia masuk ke dalam kotak besi itu seraya melepaskan napas yang panjang, seolah dia baru saja menyelam tanpa bantuan tabung oksigen.
Entah sampai kapan dia mampu menahan sorot kebencian yang dilemparkan Arlen kepadanya.
*
Arlen menatap datar pada sepiring nasi goreng sea food yang biasanya selalu menjadi favoritnya, apa lagi jika itu buatan Kalila. Tapi kali ini, untuk menyentuh piringnya saja dia tidak sudi.
Dia kembali ke kamar untuk bersiap-siap berangkat ke kantor, namun sebelum masuk ke kamar mandi, dia menyempatkan untuk menyapa Miranda, tapi sayangnya panggilan teleponnya tidak dijawab oleh kekasihnya itu, lantas dia mengirimkan pesan dengan kalimat romantis dan penyemangat karena hari ini seharusnya Miranda akan melakukan penerbangan ke Jepang untuk urusan kontrak kerja sama dengan sebuah brand kosmetik.
Itu sebabnya semalaman dia menemani kekasihnya itu bermanja-manja dan beberapa kali Arlen harus mengingatkan Miranda untuk tidak kelewat batas, karena sentuhan-sentuhan Miranda membuat Arlen cukup tertekan. Hingga, semalam Arlen terpaksa pergi dari apartemen Miranda karena wanita itu yang merajuk ingin sekali saja berciuman dengan Arlen jika memang Arlen tidak mau tidur dengannya.
"Sabar, sayang. Satu tahun lagi aku pastikan Mama akan merestui kita." Hanya kalimat itu yang Arlen ucapkan untuk menenangkan Miranda sebelum ia meninggalkan apartemen kekasihnya malam tadi.
Setelah mandi dan tubuhnya merasa lebih segar, dia kembali mengecek ponselnya, pesan yang dia kirimkan belum juga dibaca oleh Miranda. Ia merasa frustasi. Miranda pasti merajuk.
Argh! Dia menyugar rambutnya sedikit kasar karena rasa kesal. Dia tak berbohong jika sebenarnya dia pun ingin menyentuh bahkan berkali-kali dia berfantasi mencium dan tidur dengan kekasihnya itu, hanya saja sex before marriage bukanlah prinsipnya. Berciuman hanya akan menjadi pintu utama yang dia buka untuk masuk ke area-area terlarang selanjutnya.
Pada akhirnya dia memilih untuk bersiap-siap dan berangkat ke kantor, tanpa melirik sedikit pun kepada sepiring nasi goreng yang tersaji di atas meja makan.
Moodnya menjadi tidak bagus karena Miranda masih juga belum membalas pesannya hingga siang hari. Panggilan teleponnya pun juga tidak mendapatkan jawaban.
"Apa saja kerjaanmu?!" Bentak Arlen kepada sekertarisnya yang kali ini mendapatkan juga jatah omelan dari si bos yang sedang bad mood. "Kalau kamu sudah bosan, keluar saja dari perusahaan ini, masih banyak orang yang lebih niat untuk bekerja dengan gigih!"
"Maaf, Pak." Si sekertaris hanya bisa menunduk dan meminta maaf untuk kesalahan sepele yang sebenarnya tidak akan merugikan perusahaan sama sekali.
"Perbaiki laporan itu!" Arlen melempar kertas yang berisi laporan bulanan, dimana pada bagian untuk tanda tangan, garisnya batasnya tidak sepanjang biasanya.
Noe hanya bisa menggeleng melihat mood Arlen yang kacau balau. Dia yakin, jika informasi terbaru tentang Miranda yang dia kantongi sekarang pasti akan membuat mood Arlen bukan lagi kacau balau, tapi bisa jadi binasa. Jadi, asistennya itu memilih untuk menutup mulutnya saja.
Arlen kembali mengecek ponselnya, lebih tepatnya, mengecek pesan yang sejak pagi tadi belum juga dibaca oleh Miranda.
"Akh, sial! Kemana Miranda?! Kenapa pesanku ga dibaca?!" Umpatnya sembari melemparkan benda pipih itu ke atas meja.
"Noe!"
"Ya, Tuan." Sahut Noe dengan tenang.
"Cari tahu apa yang dilakukan Miranda sampai pesanku ga terbaca olehnya! Sesibuk apa dia sampai mengabaikan aku!"
Noe hanya mengangguk, kemudian beranjak ke luar dari ruang kerjanya.
Baru saja Noe meninggalkan Arlen, ponselnya berdenting, sebuah pesan masuk. Semangat dia meraih ponselnya dan yakin betul bahwa itu adalah Miranda yang akan mengucapkan maaf karena baru sempat membalas pesannya.
Namun yang muncul adalah notifikasi pesan dari Kalila. Arlen mendengkus, dia tidak berniat untuk membukanya apa lagi membacanya, tapi sepertinya ibu jari dari tangannya memiliki otaknya sendiri. Notifikasi itu pun disentuh dan terbuka lah langsung pesan singkat yang dikirimkan Kalila.
[Aku lepas dulu cincin nikahnya, karena kemarin Rafa tanya, dan sepertinya dia tau. Apa kamu yang kasih tau dia tentang pernikahan ini?] - Lila.
"Apa? Rafa tau?" Arlen mengerutkan kening.
Arlen kemudian memutuskan untuk menjawab pesan itu.
[Kamu tau dari mana kalau Rafa tau? Aku ga kasih tau siapa-siapa. Termasuk Rafa dan Miska.] - Arlen.
Beberapa detik kemudian, pesan balasan masuk kembali dari Kalila.
[Kemarin dia membantuku memperbaiki mesin kopi dan dia lihat aku pakai cincin, rupanya cincin ini pernah dia lihat waktu mengantar sepupunya. Aku ga membocorkan pernikahan ini, aku bilang padanya kalau ini cincin imitasi.] - Lila.
[Tapi Rafa malah menitip salam untukmu, dia bilang, jika dia mampu memberikan yang sungguhan, jangan berikan yang imitasi.] - Lila.
[Kenapa juga harus kamu katakan itu imitasi? Menyebalkan, apa kamu sengaja ingin menjatuhkan harga diriku?!] - Arlen.
[Gunakan otakmu, Ar.] - Lila.
[Apa aku harus katakan saja pada Rafa kalau aku sudah menikah denganmu, tapi pernikahan ini hanya akan berjalan selama satu tahun saja. Begitu?] - Lila.
[Pintar sekali kamu playing victim, Lila!] - Arlen.
[Kenapa ga kamu katakan saja pada Rafa dan Miska, tujuanmu setuju untuk menikah denganku karena kamu ingin memoroti kekayaan keluargaku!] - Arlen.
Arlen menekan tombol kirim dengan cukup kesal dan marah.
Butuh dua menit Arlen menunggu balasan dari Kalila, hingga notifikasi kembali muncul.
[Oke.] - Lila.
[Aku akan katakan itu jika ada yang bertanya.] - Lila.
.
.
.
Bersambung
terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️
Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻