NovelToon NovelToon
Hipertenlove

Hipertenlove

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:97k
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang itu bukan hal baru untuk Bagas, boleh dibilang ia adalah seorang playernya hati wanita dengan background yang mumpuni untuk menaklukan setiap lawan jenis dan bermain hati. Namun kenyataan lantas menamparnya, ia justru jatuh hati pada seorang keturunan ningrat yang penuh dengan aturan yang mengikat hidupnya. Hubungan itu tak bisa lebih pelik lagi ketika ia tau mereka terikat oleh status adik dan kakak.

Bagaimana nasib kisah cinta Bagas? apakah harus kandas atau justru ia yang memiliki jiwa pejuang akan terus mengejar Sasmita?

Spin off Bukan Citra Rasmi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hipertenlove~ Bab 5

Bagas mendengus sumbang dan menggelengkan kepala, tak habis pikir saja dengan cara berpikir Septi, yang menumpahkan seluruh perasaannya pada Bagas padahal mereka belum tentu menjadi pasangan sehidup semati. Entah mungkin wanita ditakdirkan begitu, lebih memakai perasaan dibanding logika.

"Kalo sama si Salsa mah lumayan lama geningan Gas," akui Fauzi. Bagas menoleh singkat menyetujui pernyataan Fauzi dan mengangguk, "masih betah. Ngga tau kalo besok," singkatnya berseloroh, memancing kekehan Uzi, "kamvrett."

Setelah pamit pada Salsa, Bagas segera meninggalkan kampus ke arah rumah Alvaro dan Asmi untuk mengganti motornya dengan mobil Asmi sesuai permintaan si bocah, belum apa-apa udah banyak mintanya, dasar menak pikasebeleun! Berasa jadi ka cung bocah bau kencur. Kalo bukan karena sayang...eh maksudnya sayang sebagai kakak, sudah ia ketok kepalanya dengan palu sampe tertanam di halaman rumah.

Brummmm!

"Mang, pergi dulu!" pamitnya keluar dari gerbang rumah Alvaro, membawa serta mobil Asmi dan meninggalkan motornya di carport.

"Udah tau jalur macet, minta dijemput pake mobil segala...meni riweuh bocah teh!" dumelnya kesal, mana badan capek, mata masih ngantuk, mesti tua di jalan lagi! Aroma pengharum mobil beraromakan hutan pinus rupanya tak serta merta membuat Bagas jadi anteng.

Yang dituju berikutnya adalah menjemput si bocil gemesin bau jahe. Bagas kembali ingat moment pertama bertemu si raden kecil itu, bocah yang kecil-kecil sudah berani menggombalinya dengan gombalan receh, dan justru rayuannya itu mampu menyentil jiwa laki-lakinya, ada senyum tergambar di wajahnya jika ingat itu.

Bukan sekali dua kali ia bersama raden rara Arum Sasmita Kertawidjaja itu, namun hampir setiap waktu, seolah takdir sedang berupaya meruntuhkan benteng penghalang dan menciptakan perasaan baru untuknya dan si adik kecil. Arghhhh! Semakin Bagas menepis itu, Sasi semakin membuatnya resah. Sasi adalah adiknya, catat! *Cuma adik, Gas! Come on, lu itu pemain hati....cewek modelan apa yang ingin ia pacari?! Ntar sore pasti dapet*.

Bagas berdecak ketika mendapati lampu merah yang detiknya itu lama, melebihi detik-detik proklamasi, bikin kepala pening! Diteguknya minuman berbintang kemasan kaleng yang sempat ia beli sebelumnya dari minimarket. Hingga akhirnya mobil memasuki jalanan menanjak dimana sekitarnya banyak ditumbuhi pepohonan pinus besar bersama udara yang mendingin.

Bagas celingukan di tengah keramaian lahan parkir salah satu wana wisata alam yang menyuguhkan area camping dan outbond ini. Sungguh cocok untuk tempat rekreasi bareng keluarga atau teman dan pacar, dingin dinginan biar bisa anget-angetan, uhuyyyy!

Ia mengedarkan pandangan mencari sosok Sasi diantara puluhan bahkan ratusan manusia, "dimana sih?"

*Cil, aa udah di parkiran*.

Tak jua dibalas, Bagas mencoba menghubungi ponsel Sasi sambil berjalan lebih dalam lagi. Diantara kesibukannya mencari Sasi, jaketnya ditarik seseorang, "a Bagas, lama ih! Pacaran terus ini mah pastinya!" omel gadis dengan jaket biru navy bertuliskan logo sma tempatnya bersekolah.

Bukannya marah, Bagas malah terkekeh, "sami-sami geulis." sindirnya pada Sasi yang bukannya bilang makasih justru mengomelinya dengan wajah kecut persis mangga mentah.

"Dihh! Sasi ngga bilang nuhun juga!" ketusnya lagi.

Bagas menarik kepala gadis yang nampak lusuh itu, sepertinya Sasi tak cukup istirahat semalam atau justru ia tak bisa tidur? Wajahnya itu lebih mirip zombie.

"A Bagas ih ! !" sewotnya berontak meninju-ninju ketika Bagas memasukan kepala Sasi di ketiaknya.

"Ngga tau diri, bukannya bilang nuhun a Bagas yang ganteng plus soleh, dasar bocah..." Bagas tertawa-tawa membawa Sasi, "aa ih *engap* (sesak)!" tinjunya terus, Bagas cukup ngilu dibuatnya. Terang saja, Sasi merupakan atlet pencak silat.

"A Bagas ih! Iya nuhun!" teriaknya, beberapa pengunjung cukup gagal fokus melihat interaksi keduanya yang mirip seperti pelakon drama penculikan serta kekerasan dalam rumah tangga.

"Ngga tulus ah, itu mah minta maafnya! Permintaan maaf ditolak," bibir Bagas melengkung menggoda Sasi yang berada dalam dekapannya.

"A, Sasi lagi ngga pengen becanda ini, a...ngantuk banget, sumpah ih!" keluhnya.

Bagas mengangkat alisnya sebelah sambil menyeringai, benar dugaannya bocah menak ini tak bisa tidur di alam terbuka, "sini aa kelonin..."

Sasi mendengus dan memukul perut Bagas, "dikelonin buaya mah auto bikin janji sama malaikat pencabut nyawa. Buruan a, Sasi ngantuk parah ih, semalem ngga tidur pisan *sieun jurig*! (takut hantu)" ocehnya melepaskan diri dari Bagas dan memberikan tas backpackernya yang beratnya naudzubillah, dosa-dosa Sasi selama hidup kayanya!

"Jurignya kamu!" balas Bagas.

"Eh bener ih! Semalem di luar tenda Sasi ada yang nangis, cewek. Nih, a sekalian tolong bawain ke bagasi ih, da a Bagas mah ganteng..." serahnya merayu.

"Eh, enak aja! Si! Bawa atuh sendiri!" sewotnya tak mau, namun gadis itu sudah berlari menjauh.

"Dasar bocah!" ia mele nguh berat, namun tak urung membawa tas Sasi.

"A Bagas, cepet atuh! Meni lelet kaya belum makan aja, katanya lelaki jantan?!" tawanya mencibir.

"Sabar atuh neng, ini teh tas kamu beratnya ngelebihin berat pikiran presiden. Isinya apa? Dosa temen temen sekelas kamu ya?"

Sasi tertawa di pintu samping pengemudi yang siap dibuka Bagas, "aduin gera sama temen-temen aku!"

Gadis itu langsung masuk begitu Bagas membuka kuncinya dan memposisikan diri di posisi nyamannya seraya memasang sabuk pengaman.

"Mau langsung pulang atau ke rumah teteh sama A Alva dulu?" tanya Bagas.

"Langsung ke rumah aja ah, disana sepi, si teteh sama kang Alva lagi ketemu walikota. Sasi juga ngga kuat ngantuk pengen cepet-cepet tidur di kasur sendiri, tidur di tenda mah bikin tulang Sasi remuk. Ini mah pasti langsung pingsan sampai besok gera!" akuinya.

Sasi sesekali membalas sapaan teman-temannya yang berpamitan.

"Si! Duluan!"

"Si, hayuk ahhh balik duluan"

"Eh iya! Lusa ketemu lagi di sekolah!" balas Sasi mengangkat tangannya.

"Itu mah kamunya aja yang kaya ke bo, doyan tidur!" balas Bagas sudah masuk ke dalam mobil.

Rambut hitam dicepol sembarang tanpa sisiran kayanya, karena nampak jelas rambut Sasi yang semrawut justru meninggalkan kesan cantik, leher jenjangnya yang putih mengintip dari balik kerah jaket yang Sasi tarik resletingnya sampai mentok di atas menambah kesan sopan meskipun ia menggoda tanpa permisi.

Sasi telah tumbuh menjadi gadis cantik yang menggoda, ngga kalah dengan perawakan Salsa.

Bagas terkekeh usil melihat Sasi sekarang, "cape kamu teh cil?" sesekali liriknya, tangannya bahkan sudah terulur atas nalurinya mengusap jidat Sasi yang luasnya ngalahin lapangan sepakbola, tapi yang dipandang seolah tak merasa terganggu, ia justru asik melanglang buana dalam mimpi diantara posisi leher menekuk ke samping.

Sepertinya memang benar, ia teramat lelah! Sasi bahkan tak menunggu sampai Bagas membawa mobilnya ke khayangan dulu untuk tertidur, pantas saja minta dijemput dengan mobil, gadis ini sudah terlelap dengan kaki yang terangkat satu dan mulut yang terbuka sedikit, jika sedang begini Sasi seperti tak mencerminkan sosok seorang putri ningrat yang kalem.

"Ealah, si bocil! Gue dianggap supir....emhhh...enaknya bobo!" cibir Bagas.

Bagas menarik rem tangan sesaat setelah memasuki gerbang besar rumah Sasi, tidak sulit untuknya keluar masuk rumah yang persis museum rumah adat ini, udah sering keluar masuk kaya rumah ayam sendiri.

Ia tak langsung keluar dari sana, namun sejenak memanfaatkan waktu itu untuk memandang wajah Sasi barang sebentar. Lumayan, mumpung lagi kalem, karena biasanya jika bangun gadis ini bawaannya rusuh, nyebelin. Hidung yang tak terlalu mancung terkesan lebih cocok untuk wajah bulatnya. *Sadar, Gas! Adek lu tuh*! *Mana emaknya galak ampun-ampunan*!

Mungkin jika Alva pejuang cinta sejati, tapi ia? Mikir-mikir dulu lah!

.

.

.

.

.

1
isni afif
lanjut teh sin......up lagi...😍
Zayyin Arini Riza
Sepertinya akan segera berani ungkap perasaan masing masing, tapi harus kah ada penghalang cinta diantara mereka?
'Nchie
kamu sudah kalah pamor gas sama cucu ibun..den alit 😅😅
'Nchie
kangen atuh neng sasi...neng sasi aja ga peka 😅😅
'Nchie
🤣🤣🤣teteh asmi lieir ke Kidu ngilu ngabohong ka amih 😃😃
lestari saja💕
sandal pink kaaan???😂😂😂
'Nchie
haha hati2 bagas banyak yg ngincer sasi...lawanya bukan kaleng2 lo wkwk
lestari saja💕
kayak buronan perlu dikawal euy
lestari saja💕
akhirnyaaa
lestari saja💕
pantesan asmi,candra glawan kan dari turunan apih nyaaa😂😂😂
lestari saja💕
yaaa jodoh atu enin...kalo somplak ketemu somplak mah gimana????biar nyai sekar taji ga serius mulu bisa senyum....😋
lestari saja💕
apapun demi dilirik sasi.....ngelirik ga ya sasi????
lestari saja💕
sopo maneh surya kembara saingan aa bagas???
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣sasi gedeng
lestari saja💕
cita2 mulia
lestari saja💕
semoga ga cinta buta ya wil
Yuni Widiyarti
ini nih si sasi yg rada bego.dikangenin dak tau dia
Miko Celsy exs mika saja
seru nih klo wilang ikut ke rumah asmi,wah bagas jetu rivalnya nih,
Fadilah
next kak
Miko Celsy exs mika saja
amih. hrsnya kau jgn terlalu mengekang ank2 mu krn kau jg dr kalangan orang biasa bkn ninggrat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!