NovelToon NovelToon
BECOME A MAFIA QUEEN

BECOME A MAFIA QUEEN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Roman-Angst Mafia / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nuah

Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.

Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.

Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.

Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Sang Pelindung

Malam itu, Kaelus berdiri di depan jendela kantornya, menatap kosong ke arah lampu-lampu kota yang berkelap-kelip.

Dia baru saja menerima laporan dari anak buahnya.

Tentang Kirana.

Tentang bibinya.

Tentang bagaimana gadis itu kini berada dalam ancaman.

Dan yang lebih membuatnya marah—bagaimana Kirana memutuskan untuk menyelesaikan semuanya sendiri.

Tanpa memberitahunya.

Tanpa meminta bantuannya.

Kaelus mengepalkan tangan.

Dia ingin langsung turun tangan.

Dia ingin menghancurkan siapa pun yang berani mengancam gadisnya.

Tapi dia juga tahu…

Kirana bukan tipe yang ingin menjadi beban bagi orang lain.

Dia pasti ingin menyelesaikan semuanya sendiri.

Jadi, Kaelus memutuskan untuk mengawasi dari jauh.

Membiarkan Kirana mengambil langkahnya sendiri…

Sampai dia benar-benar tidak bisa melangkah lagi.

Keesokan harinya, Kirana pergi ke sebuah toko barang antik.

Dia membawa beberapa barang peninggalan orang tuanya.

Sebuah jam tangan tua.

Sebuah kalung emas yang pernah diberikan ayahnya kepada ibunya.

Dan beberapa barang berharga lain yang masih ia simpan dengan hati-hati.

Namun, hari itu, dia harus merelakannya.

Dia butuh uang.

Dan ini satu-satunya cara yang bisa dia pikirkan.

Saat pria pemilik toko melihat barang-barang itu, dia menghela napas.

"Kau yakin ingin menjual semuanya?" tanyanya.

Kirana menelan ludahnya. Barang-barang ini adalah satu-satunya peninggalan orang tuanya.

Namun, jika dia tidak melakukannya, bibinya akan menghancurkan makam mereka.

Jadi, dengan suara pelan, Kirana menjawab, "Ya. Tolong beli semuanya."

Pemilik toko melihat wajah Kirana yang penuh kesedihan.

Dia ingin menawar lebih rendah, seperti yang biasa dia lakukan dengan pelanggan lain.

Namun, ada sesuatu di mata gadis ini yang membuatnya iba.

Akhirnya, dia memberikan harga yang cukup pantas.

Dan Kirana menerima uang itu tanpa banyak bicara.

Dia memasukkan uang itu ke dalam tas kecilnya dan meninggalkan toko.

Namun, yang tidak dia sadari…

Kaelus telah melihat semuanya.

Dari jauh, pria itu berdiri di dekat mobilnya, mengamati setiap gerakan Kirana.

Matanya gelap.

Dia tidak menyangka Kirana akan sejauh ini.

Kaelus menggertakkan giginya.

Ini sudah terlalu jauh.

Namun, dia tetap menahan diri.

Karena dia ingin melihat…

Apa yang akan Kirana lakukan selanjutnya.

Sore itu, Kirana berdiri di depan sebuah rumah tua yang sudah mulai rapuh.

Rumah bibinya.

Rumah yang selama bertahun-tahun menjadi tempat penderitaan baginya.

Tangannya gemetar saat dia mengetuk pintu.

Tidak butuh waktu lama sebelum pintu itu terbuka, dan wajah perempuan paruh baya itu muncul dengan ekspresi puas.

"Ah, akhirnya kau datang," ujar bibinya dengan seringai.

Kirana menahan napasnya.

Dia mengeluarkan amplop berisi uang dari tasnya dan mengulurkannya.

"Ini uang yang kau minta," katanya dengan suara dingin.

Bibinya mengambil amplop itu dengan rakus dan membukanya.

Matanya berbinar melihat jumlah uang yang ada di dalamnya.

"Hmm… Kau memang anak baik, Kirana," katanya sambil tersenyum licik.

Tapi Kirana tidak tersenyum.

Dia hanya berdiri di sana dengan tatapan dingin.

"Aku sudah memberimu uang," katanya. "Sekarang jangan sentuh makam orang tuaku."

Bibinya tertawa kecil.

"Oh, tentu saja, tentu saja."

Namun, Kirana tidak percaya begitu saja.

"Janji padaku," desaknya. "Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh mereka!"

Bibinya menatapnya lama sebelum menghela napas.

"Apa kau benar-benar berpikir aku akan menggali makam itu?"

Kirana mengerutkan kening.

"Aku hanya ingin uang, bodoh," lanjut bibinya. "Kau terlalu mudah dipermainkan."

Darah Kirana mendidih.

Jadi… semua ini hanyalah ancaman kosong?

Dia sudah menjual barang-barang berharga orang tuanya…

Dan ternyata semua ini hanya permainan?

Namun, sebelum Kirana bisa bereaksi lebih jauh, suara berat terdengar dari belakangnya.

"Permainan ini sudah selesai."

Bibinya menoleh dengan kaget.

Dan Kirana langsung membeku.

Kaelus.

Pria itu berdiri di depan pintu rumah dengan tangan di saku, menatap bibinya dengan dingin.

"Si… Siapa kau?" bibinya bertanya, sedikit panik.

Kaelus melangkah maju dengan santai.

"Aku?" dia menyeringai tipis. "Aku seseorang yang tidak suka melihat gadisku disakiti."

Bibinya menatap Kirana dengan kaget. "Gadis…mu?"

Kaelus tidak menjawab.

Sebaliknya, dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan melemparkannya ke meja.

Beberapa lembar dokumen.

Bibinya mengambilnya dengan bingung dan mulai membacanya.

Matanya melebar.

"Apa ini…?"

"Dokumen hukum," jawab Kaelus dengan suara santai. "Tanah itu… sekarang bukan milikmu lagi."

Bibinya ternganga.

"Apa maksudmu?!"

Kaelus tersenyum dingin.

"Aku membelinya."

Bibinya hampir tidak bisa bernapas.

"Ti-tidak mungkin!"

Kaelus hanya mengangkat bahu. "Uang yang kau dapat dari Kirana hanyalah sisa kecil yang tidak kau sadari hilang dari rekeningmu."

Bibinya membeku.

Dia buru-buru membuka ponselnya dan mengecek saldo rekeningnya.

Dan di situlah kenyataan menghantamnya.

Rekeningnya kosong.

Bibinya menatap Kaelus dengan ketakutan.

"Apa… apa yang kau lakukan?!"

Kaelus mendekatkan wajahnya dan berbisik, "Aku hanya mengambil kembali apa yang bukan hakmu."

Bibinya jatuh terduduk.

Kirana yang sejak tadi diam, kini menatap Kaelus dengan kaget.

"Kael…" bisiknya.

Kaelus menoleh padanya dan tersenyum lembut.

"Masalahmu adalah masalahku juga, Kirana," katanya. "Kau tidak harus menanggung semuanya sendiri."

Kirana tidak bisa berkata apa-apa.

Matanya mulai berkaca-kaca.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya…

Dia tidak perlu bertarung sendirian.

Dan saat Kaelus meraih tangannya, Kirana tahu satu hal pasti—

Dia akhirnya menemukan rumah yang sesungguhnya.

.

.

Malam itu, Kirana berjalan sendirian di gang kecil dekat apartemennya.

Seharusnya, dia tidak keluar malam-malam seperti ini.

Namun, dia baru saja membeli beberapa barang kebutuhan dan merasa semuanya baik-baik saja.

Yang tidak dia sadari…

Seseorang telah mengintainya.

.

Di tempat lain, di sebuah rumah kumuh di pinggiran kota, seorang wanita paruh baya duduk dengan wajah penuh amarah.

Bibi Kirana menyesap kopinya dengan kasar.

Tangannya menggenggam ponsel erat, dan di layar, nama seorang pria muncul.

Preman Pasar - Joni

"Sudah siap?" tanya bibinya dengan suara dingin.

Dari seberang telepon, terdengar suara berat seorang pria.

"Sudah, Bu. Perempuan itu sebentar lagi sampai di tempat yang sepi. Kami akan menangkapnya."

Bibi Kirana tersenyum sinis.

"Bagus. Pastikan dia tidak bisa melawan."

"Tenang saja, Bu. Begitu dia masuk ke mobil kami, dia akan langsung dikirim ke luar negeri. Dijual dengan harga bagus."

Bibinya tertawa pelan.

"Lihat siapa yang menang sekarang, Kirana kecil."

.

Kirana berjalan cepat di trotoar yang agak gelap.

Jalanan sepi.

Angin dingin berembus pelan, membuatnya sedikit menggigil.

Saat dia hendak berbelok ke jalan besar, tiba-tiba sebuah van hitam berhenti mendadak di sampingnya.

Sebelum dia sempat bereaksi, dua pria bertubuh besar melompat keluar.

Salah satu menarik lengannya dengan kasar.

Yang lain menutup mulutnya dengan kain basah. Chloroform.

Kirana berusaha berontak.

Namun, racun itu mulai membuat kepalanya pusing.

Matanya mulai kabur.

Tubuhnya melemas.

Dan sebelum semuanya menjadi gelap…

Dia mendengar suara familiar.

Sebuah suara yang membuatnya merasa aman.

"Lepaskan dia, atau kalian mati."

.

Joni dan anak buahnya menoleh dengan kaget.

Di seberang jalan, berdiri seorang pria berjas hitam.

Tatapan matanya dingin.

Tangan kanannya memegang pisau lempar kecil.

Tangan kirinya… mengepal erat, seakan siap membunuh.

"Siapa lu?!" bentak Joni.

Pria itu melangkah maju.

Dari kegelapan, wajahnya terlihat lebih jelas.

Kaelus.

"Aku ulangi," katanya, suaranya rendah dan mengancam. "Lepaskan gadis itu."

Salah satu preman tertawa mengejek.

"Kau pikir ini film pahlawan? Pergi sebelum kau—"

SWISH!

Sesuatu berkilat di udara.

Dan dalam sekejap…

Pria itu berteriak kesakitan.

Tangannya yang tadi menahan Kirana kini terluka parah, darah menetes ke tanah.

Pisau lempar Kaelus telah menembus kulitnya.

Pria itu jatuh ke tanah, mengerang.

Joni langsung mengeluarkan pisau lipatnya.

"Kurang ajar!"

Tapi sebelum dia bisa bergerak—

BRAK!

Kaelus sudah lebih dulu menyerang.

Satu pukulan keras ke wajah membuat Joni terhuyung ke belakang.

Dua anak buahnya mencoba melawan, tetapi Kaelus bergerak seperti bayangan.

Tendangan keras menghantam dada salah satu preman, membuatnya terlempar ke dinding.

Yang lain mencoba menyerang dengan tongkat besi, tetapi Kaelus menangkapnya dengan mudah.

Dia memelintir pergelangan tangan pria itu hingga terdengar suara KRAK!

Jeritan menggema di malam yang sunyi.

Dalam hitungan detik, tiga pria besar itu sudah tergeletak tak berdaya.

Joni yang masih berdiri kini gemetar.

"K-kau siapa…?"

Kaelus menatapnya dengan tatapan tajam.

"Aku?"

Dia berlutut di samping Joni, menarik kerah bajunya dengan kasar.

"Aku adalah pria yang akan menghancurkan hidupmu… jika kau menyentuhnya lagi."

Joni tidak bisa bernapas.

Mata Kaelus…

Dingin.

Tanpa ampun.

Dia bukan manusia biasa.

Dan saat itu, Joni sadar…

Dia telah salah memilih musuh.

Kaelus melepaskannya dengan kasar, membuat pria itu jatuh ke tanah.

"Sampaikan salamku kepada orang yang menyuruhmu," katanya dingin.

Tanpa menunggu jawaban, Kaelus berbalik dan menghampiri Kirana yang masih setengah sadar.

Dia mengangkat gadis itu dalam pelukannya dan berjalan pergi.

Meninggalkan para preman yang hancur berantakan.

Dan saat mereka menghilang di kegelapan…

Joni hanya bisa merasakan satu hal.

Ketakutan.

.

Di apartemen Kaelus, Kirana terbangun.

Tubuhnya masih lemas.

Namun, begitu dia melihat sosok di sampingnya, hatinya berdebar keras.

Kaelus duduk di kursi, menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Kael…" bisiknya.

Pria itu tidak langsung menjawab.

Dia hanya menghela napas dan menyentuh kening Kirana dengan lembut.

"Kau baik-baik saja?"

Kirana mengangguk pelan.

Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Dia telah melihat sesuatu tadi malam.

Sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Sisi lain dari Kaelus.

Bukan pria yang lembut dan perhatian.

Bukan pria yang selalu tersenyum hangat padanya.

Tapi seseorang yang kejam.

Seseorang yang tak segan menghancurkan siapa pun yang mengancamnya.

Namun, anehnya…

Kirana tidak takut pada Kaelus.

Yang dia takutkan… adalah Kaelus sendiri.

Dia takut pria itu akan terus bertarung, terus menyakiti dirinya sendiri demi melindunginya.

Dia takut Kaelus terluka.

Dan itulah yang lebih menyakitkan daripada apa pun.

"Kirana," suara Kaelus membuyarkan pikirannya.

Dia menatap gadis itu dalam-dalam.

"Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu," katanya tegas.

Kirana menggigit bibirnya.

"Kael…" suaranya bergetar.

Pria itu tersenyum kecil dan menggenggam tangannya.

"Kau tidak perlu takut padaku."

Kirana menggeleng.

"Aku tidak takut padamu," bisiknya.

Dia menatap Kaelus dengan mata berkaca-kaca.

"Aku takut kau terluka."

Kaelus terdiam.

Sejenak, sesuatu bergetar di dalam dadanya.

Dia menatap gadis di hadapannya, dan untuk pertama kalinya…

Dia merasa bahwa dirinya bukan sekadar pelindung.

Dia adalah seseorang yang juga ingin dilindungi.

Kirana menarik napas dalam, lalu meraih tangan Kaelus dengan erat.

"Aku tidak ingin kau bertarung sendirian," katanya.

Kaelus menatapnya lama.

Lalu, tanpa berkata apa-apa, dia menarik Kirana ke dalam pelukannya.

Dan di dalam dekapannya, Kirana sadar satu hal—

Cinta mereka tidak biasa.

Namun, mereka akan bertarung bersama.

Tidak peduli siapa musuh mereka.

Karena kini, mereka bukan lagi dua orang yang terpisah.

Mereka adalah satu.

1
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
itulah kekuatan cinta❤😘
Shai'er
akhirnya 🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Shai'er
tak kenal lelah 💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
💪💪💪💪💪💪💪💪
Shai'er
💪💪💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
👍👍👍👍👍👍
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Shai'er
😭😭😭😭😭
Shai'er
😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧
Widayati Widayati
aduh knp imut bgini. 🥰
Shai'er
udah bisa jalan kah🤔🤔🤔
Shai'er
pandang pandangan 🤧🤧🤧
Shai'er
🥺🥺🥺🥺🥺
Shai'er
👍👍👍👍👍
Shai'er
memasang perangkap untuk menyatukan orang tua 💪💪💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!