Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
salah paham
*****
Setelah sampai dialun-alun kota Mandar Dewa dan Vanda menelusuri jalan setapak yang sudah rabat ditengah alun-alun. Mereka berjalan berdampingan sambil melihat orang yang berlalu lalang, ada yang duduk berduaan dikursi taman. Ada yang berkelompok duduk lesehan sambil menikmati kopi.
Dewa mengajak Vanda mampir disebuah tempat pedagang jagung bakar. "Kamu mau makan itu?" Kata Dewa sambil menunjuk kearah penjual jagung. ...oke coba satu saja, hehehe...saya tidak biasanya makan malam-malam soalnya"....sambil tertawa Vanda mengiyakan.
Dewa kemudian memsan jagung bakar dua kepada penjualnya. Mereka kemudian duduk disebuah kursi yang disiapkan penjual tadi.
"Apa kamu mendapat luka karena pekerjaanmu?" tanya Vanda setelah mereka duduk. "Itu bagian dari pekerjaan...oh ya berapa lama kamu di Mandar?" Dewa dengan cepat mengalihkan topik.
Vanda yang mendengar jawaban Dewa seperti mengalihkan pembicaraan menoleh kearahnya..."saya mengerti...saya tidak tahu sampai kapan disini tapi untuk saat ini belum ada rencana untuk kemana-mana"...kata Vanda dengan raut muka yang masam.
Dewa yang melihat Vanda mendekap kedua tangan didadanya sadar kalau Vanda mungkin kedinginan, dia melepaskan jaket lalu memasang dipundak Vanda. Mendapatkan perlakuan itu muka Vanda merona, tapi karena cahaya yang remang-remang Dewa tidak menyadarinya.
Setelah pembicaraan itu mereka banyak diam hanya sesekali mereka obrolin hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Selebihnya mereka hanya diam sambil menikmati jagung yang mereka pesan.
Setelah mereka menghabiskan jagung mereka akhirnya pulang karena sudah lewat jam sebelas malam.
*****
Pada keesokan harinya Dewa pergi kemarkas untuk bertemu rekan-rekannya. Setelah sampai markas disana sudah ada keempat rekannya yang lagi duduk dalam ruangan yang biasa mereka gunakan sebagai ruang meeting.
Dewa duduk kemudian duduk menghadap keempat temannya yang duduk di sofa. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum memulai pembicaraan.
"Bagaimana liburanmu..." tanya Zizau sambil melemparkan sebuah botol minuman ketangan Dewa.
"Ya lumayan capek kak...kabinnya mulai reot...kemarin dua hari disana hanya habiskan waktu untuk merehap atap dan dindingnya sebagian kecil..." jawab Dewa.
"Sean sehat-sehat saja kan Dud?" sambung Dewa sambil menoleh kearah Dude.
"Anteng banget anak bro....Dia hanya nangis kalau lapar atau popoknya basah....hehehe, kayaknya Dia sudah tidak kenal kamu sekarang...." balas Dude.
Mereka kemudian mengobrol banyak hal tentang pekerjaan mereka masing, sesekali mereka membahas keluarganya masing-masing.
Setelah cukup lama mereka mengobrol, akhirnya mereka pindah kedalam satu ruangan lain yang ada dikontainer yang ada ditengah.
*****
"Sebelum kita mulai membahas apa yang ingin kalian sampaikan hari ini saya mau menyampaikan beberapa hal lebih dulu"....Dewa membuka meeting hari ini dengan suaranya yang berwibawa. Biasanya saat seperti ini mereka serius karena setelah itu pasti ada sebuah misi yang akan mereka lakukan. Tapi hari ini yang mau Dewa sampaikan bukan tentang misi lagi.
"Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian semua atas dukungan dan persahabatan yang telah kita jalin selama ini," kata Dewa. "Namun, saya memiliki ide yang ingin saya bagikan kepada kalian. Saya pikir sudah saatnya kita beralih profesi dari tentara bayaran menjadi orang biasa."
Zizau, Adam, Martin, dan Dude saling menatap, terkejut dengan pernyataan Dewa.
"Apa maksudmu, Dewa?" tanya Zizau. "Kita sudah terbiasa dengan kehidupan ini. Mengapa kita harus berhenti?"
"Karena kita tidak bisa terus-menerus hidup dalam bahaya," jawab Dewa. "Kita sudah kehilangan banyak hal dalam hidup ini. Saya tidak ingin kita kehilangan sesuatu yang lebih berharga lagi."
Adam menggelengkan kepala. "Saya tidak setuju, Dewa. Kita sudah terbiasa dengan kehidupan ini. Kita tidak bisa hanya berhenti begitu saja."
Martin dan Dude juga mengungkapkan ketidaksetujuan mereka. Dewa merasa kecewa, tapi ia tidak ingin memaksa teman-temannya.
"Baiklah, saya mengerti," kata Dewa. "Tapi saya ingin kalian semua memikirkan tentang masa depan kita. Apakah kita ingin terus-menerus hidup dalam bahaya, atau kita ingin memiliki kehidupan yang lebih normal?"
Keempat temannya saling menatap, tapi tidak ada yang menjawab. Dewa merasa sedikit kecewa, tapi ia tidak ingin memaksa teman-temannya.
"Baiklah, kita akan membicarakan ini lagi nanti," kata Dewa. "Saya hanya ingin kalian semua memikirkan tentang masa depan kita."
Dewa berdiri dan meninggalkan ruang tamu, meninggalkan keempat temannya yang masih duduk di sofa, saling menatap dengan ekspresi yang tidak pasti.
Hubungan mereka yang selama ini sangat dekat, sekarang sedikit renggang. Dewa merasa sedikit kecewa, tapi ia tidak ingin memaksa teman-temannya. Ia hanya ingin mereka semua memikirkan tentang masa depan mereka.
Keesokan harinya, Dewa mencoba membicarakan lagi tentang ide beralih profesi, tapi keempat temannya masih tidak setuju. Mereka mulai menjauhkan diri dari Dewa, dan hubungan mereka semakin renggang.
Dewa merasa sedih dan kecewa. Ia tidak ingin kehilangan persahabatan dengan teman-temannya, tapi ia juga tidak ingin terus-menerus hidup dalam bahaya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Beberapa hari kemudian, Dewa mendapat kabar bahwa ada sebuah misi baru yang membutuhkan keahlian mereka. Dewa tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhir bagi mereka untuk bekerja sama dan mendapatkan uang yang cukup untuk memulai kehidupan baru.
Dewa memutuskan untuk membicarakan tentang misi ini dengan keempat temannya. Ia berharap bahwa mereka akan setuju untuk menerima misi ini dan bekerja sama sekali lagi.
Tapi, ketika Dewa membicarakan tentang misi ini dengan keempat temannya, mereka masih tidak setuju. Mereka belum rela kalau pasukan Iblis Neraka yang mereka banggakan selama ini bubar begitu saja.
Dewa merasa sangat kecewa dan sedih. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi. Ia hanya ingin keempat temannya kembali bekerja sama dengannya dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Tapi, Dewa juga tahu bahwa ia tidak bisa memaksa keempat temannya untuk bekerja sama dengannya. Ia hanya bisa berharap bahwa mereka akan kembali kepada Dewa dan bekerja sama sekali lagi.
Dewa memutuskan untuk meninggalkan markas dan keempat temannya dia mepertimbangkan menerima misi itu sendirian atau membatalkan misi itu karena saat ini Dewa masih terluka. Ia masih berharap bahwa keempat temannya berubah pikiran untuk menyelesaikan misi itu sebagai misi terakhir.
*****
Setelah meninggalkan markas Dewa memacu motor sportnya dijalan menuju bengkel yang baru saja dia buka sebelumnya. Dia ingin menghabiskan waktunya disana untuk melepaskan penatnya. Biasanya kalau lagi penat Dewa akan menghabiskan waktu mengerjakan sesuatu sesuai hobinya. Rencananya Dewa akan membangun sebuah mobil yang cocok untuk medan tanah.
Karena Dewa berasal dari sebuah Pedalaman dibagian Timur, dia berencana membangun mobil ini untuk dibawa kekampung halamannya.
Kebetulan bengkel baru yang dia buka adalah bengkel mobil dan modifikasi.
Sesampainya dibengkelnya Dewa masuk kedalam bengkel menemui orang kepercayaannya yang bernama Greg. Greg adalah anak buahnya yang diambil dari jalanan yang sebelumnya preman yang banyak meresahkan masyarakat.
Setelah memeriksa semua keadaan bengkel, Dewa memanggil Greg kebagian belakang bengkel yang dia sengaja bangun untuk modifikasi. "Greg kamu sudah dapatkan mobil sesuai yang saya pesan sebelumnya?" tanya Dewa. "Ya boss...sebuah minifan sesuai yang bos pesan, mesinnya masih berfungsi dengan baik tapi mungkin nanti bagian kaki-kakinya harus diganti, dan berapa bagian lain harus diganti, sasisnya juga dipotong bagian belakangnya karena itu cukup panjang bos"...jelas Greg.
"Oke...hari ini kita berdua mulai membangun mobil itu...mungkin dalam waktu dekat saya akan kewilayah bagian Timur..." kata Dewa.
Mereka Kemudian keluar dari ruangan itu lalu menuju kebelakang bengkel, setelah menggunakan pakaian bengkel mereka berdua mulai membongkar bodi mobil minifan tersebut.
Tak terasa sudah sore tapi Dewa masih kerja tanpa istirahat, melihat bosnya yang tidak istirahat, Greg bangkit berdiri menuju kedalam bengkel untuk mengambil minuman dingin. Dia tidak lupa meminta anak buahnya memesan makanan untuk dia dan bosnya. Karena Greg yang sudah lama mengenal Dewa sudah paham kalau pekerjaan mereka hari tidak akan pulang cepat.
"Bos...minum dulu, tadi saya minta dua orang karyawan untuk ikut lembur dengan kita....hehehehe....nanti bos sendiri yang kasih jatah lemburnya" kata Greg sambil menyerahkan minuman ke Dewa.
"Hahahaa....Greg...Greg.....tidak pernah mau rugi dari dulu...., baguslah kalau ada yang mau bantu, tapi kalau kamu capek kamu bisa pulang duluan Greg...." kata Dewa.
"Tidak apa-apa bos...istri dan anak saya hari ini berkunjung kerumah orang tuanya, mertua saya sakit mungkin mereka dua atau tiga hari disana..." jelas Greg.
Setelah berbincang-bincang tidak lama kemudiaan dua anak buah Greg datang kebelakang bengkel. Mereka membawa dua empat buah kotak makanan untuk mereka makan.
Dewa kemudian mengajak mereka bersama.
(BERSAMBUNG)