NovelToon NovelToon
EMERIS SANG PEWARIS

EMERIS SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Nens

Ada sebuah rahasia besar dibalik sosok M, seorang dance crew populer di Surabaya dan sekitar Jawa Timur. Sosok yang misterus dan di puja banyak kaum hawa itu nyatanya memilih menjadi pelampiasan sang selebgram cantik asal Surabaya, Miki namanya.
Miki yang baru saja ditinggal pergi pacarnya demi gadis lain pun menerima M sebagai pelampiasan. Ia mengabaikan berbagai macam rumor yang beredar tentang M yang selalu memakai masker hitam ditiap kemunculannya.
Tapi siapa yang akan menyangka, sosok asli dari M si dancer jalanan itu, dancer yang di rumorkan memiliki wajah yang buruk rupa hingga harus menyembunyikan wajahnya di balik masker hitam itu, nyatanya adalah seorang pewaris tunggal dari Misha Corp sebuah perusahaan raksasa yang terkenal di Indonesia. Emeris Misha.
Kisah cinta Miki dan sang pewaris pun memunculkan banyak rahasia besar yang telah terkubur dalam pada keluarga Misha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Mobil berwarna putih itu melaju dengan kecepatan sedang di tengah-tengah jalanan kota Surabaya. Matahari sepenuhnya telah tenggelam sejak beberapa menit lalu. Helaan napas demi helaan napas si CEO muda itu pun tiada henti di denguskan dengan kasar.

"Ngebut dikit donk!" seru Emeris yang berada di jok tengah mobil.

"Kamu serius mau turunin M?" Thomas masih sanksi dengan keputusan Emeris untuk menjadi M malam ini.

Itu karena Thomas yang baik hati merasa cemas dengan kondisi kaki sahabat CEO-nya itu.

"Thom...,aku udah baikan. Jadi slow!" Emeris mempertegas.

"Hhh..., okay...," Thomas pun pasrah pada akhirnya.

Ia menambah sedikit kecepatan laju mobilnya.

Emeris yang berada di jok tengah mobil, tengah sibuk berganti outfit menjadi M. Dengan tangan dan kaki yang terus bergerak aktif, matanya malah sibuk menatap pada 1 arah.

Seonggok benda persegi panjang pipih, dengan harga layaknya dp rumah tipe 45 di sebuah perumahan.

Itu semua dikarenakan pesan chat dari Miki beberapa menit lalu. Ketika ia berharap akan bisa bertemu dengan gadis itu di arena nanti. Nyatanya sang gadis membalas chatnya, kalau ia tidak akan hadir.

Sebersit kekecewaan muncul di hatinya. Walau kemudian ia segera menampiknya dengan berfokus pada rekan tim nya dan para fansnya yang lain. Tapi tetap saja...

Ada yang kurang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mobil merapat di gang kecil nan sepi, seperti biasa. Sosok M turun dari mobil mewah itu. Ia berjalan sembari memasang topi hitamnya. Di penghujung gang, ia berhenti melihat kesekeliling, kembali berjalan menuju sebuah halte yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Menunggu sejenak lalu menaiki sebuah busyang berhenti di depannya.

Busberjalan membawanya ke taman Bungkul.

Sesampainya disana, ia langsung mendengar suara dentuman musik dari tengah taman. M juga langsung dapat melihat kerumunan penonton itu.

Beberapa orang yang berpapasan dengannya langsung menebar senyum histeris dan kegilaan.

M hanya mengangguk kecil membalasnya.

Bahkan remaja-remaja ABG pun meliriki dirinya dengan penuh kekaguman. M sekali lagi hanya mengangguk sembari berlalu pergi.

Ia menghampiri Toya. Melempar tas bututnya dan berjabat tangan. Keduanya kemudian mengobrol dengan mata yang sama-sama mengamati para kru yang lain. Yang tengah menunjukkan aksi di tengah arena.

Mata M hanya berpaling sepersekian detik yang kemudian membawanya tersadar akan sosok kunci keberadaan gadis Hobbit itu.

Dimana ada si jangkung, pasti ada di gadis berambut panjang lalu pasti..., gadis Hobbit.

Mata M memicing mencari gadis berambut panjang.

Kalau tidak ada di sebelah kanan dari si jangkung, pasti di sebelah kiri.

Manik mata M bergulir perlahan.

Ketemu!!!

Kalau posisi si jangkung ada di sisi kanan..., lalu si gadis berambut panjang di sisi kiri....

Langkah M mulai berjalan membelah arena. Melewati para kru yang tengah menarih. Keriuhan pun mulai merebak.

"Disini..., soalnya dia hobbit. Yang cuma kehalang dikit aja udah nggak kliatan...," M bergumam sambil membelah kerumunan.

"Tapi, gitu bisa nyingkirin penghalangnya...," M menyingkirkan tubuh terakhir yang menghalangi langkahnya.

Ketemu!!!

Mata M berbinar dari celah masker mulut dan moncong topinya. Ia dapat melihat hobbit kecilnya.

"Cowok jangkung..., dan cewek rambut panjang...," M menuding bergantian Ali dan Olive. "Dimana ada mereka, pasti ada kamu!" kini M menuding Miki.

Tanpa sadar senyum M muncul dari balik masker mulutnya. Ia merasa senang bisa melihat gadishobbit ini lagi.

"Kenapa kamu bilang kalau kamu...," M tidak bisa melanjutkan pertanyaannya.

Itu karena suaranya tercekat mana kala gadishobbit itu mulai mendongak menatapnya perlahan. M menemukan sesuatu yang tidak beres dengan wajah yang biasanya mulus cantik itu.

"Kenapa...," Mata M mencureng.

"Kenapa bibirmu?" tanyanya sangat terkejut hingga tanpa sadar menyentuh perlahan area di sebelah ujung bibir yang membiru itu.

Ia dapat melihat mata Miki membulat kaget mendapat perlakuan macam itu darinya. Ia juga dapat mendengar semua orang bergemuru melihat aksinya. Tapi ia tidak perduli, ia hanya peduli tentang kenapa ujung bibir itu bisa membiru seperti itu.

"Kenapa ini?" tanya M kesekian kalinya.

Miki memalingkan wajahnya agar tangan kokoh itu terlepas dari pipinya.

"Miki!" M menarik kembali wajah gadishobbitnya keposisi semula.

M melihat alis yang mengerut kemudian.

"Kena sikut Olivee pas bercandaan dan itu nggak sengaja," Miki memberikan kebohongan yang sama dengan yang ia berikan kepada Mamanya.

"Bercanda model apa coba sampai kayak gini?" M tidak langsung percaya. Ia masih memelototi lebam biru itu.

Miki yang mulai malu dan risih dengan desas-desus dan tatapan sinis para fans M pun menepis kuat tangan kokoh itu.

M dibuatnya terkejut.

"Kamu nggak tahu aja kita kalau bercandaan emang suka heboh banget," pungkas Miki sembari berjalan mundur sedikit menjauh.

Ia memasukkan tubuhnya kedalam barisan yang sejajar dengan Ali dan Olivee.

M diam. Ia memandangi Miki yang perlahan menggenggam erat kedua tangan sahabatnya di tangan kanan dan kirinya. Insting M mengatakan ada yang di tutupi oleh Miki.

Ok, mungkin gadis hobbitnya itu akan berfikir kalau M pasti percaya dengan apa yang diucapkannya. Tap sayangnya, ada jiwa Emeris pula yang  didalam sosok M.

Tentu ia tidak akan tertipu dengan sikap Miki yang seakan ingin meminta pertolongan dari kedua sahabatnya.

"Iya..,iya, kena siku ku....," aku Oliveeyang terlihat sangat syok sekali.

Bagaimana tidak syok? Dia sama sekali tidak tahu kalau sahabatnya sangat dekat dengan M. Saking dekatnya, sosok keren itu sampai bisa dengan mudahnya menyentuh pipi Miki dengan lembutnya.

Selain itu pula, Oliveejuga kaget mendapati dirinya bisa bertatapan sedekat ini dengan M. Bahkan ia mengucapkan beberapa kata padanya.

M kemudian mulai menganggukkan kecil kepalanya. Ia memilih menyerah dan percaya, begitu melihat kedua usaha sahabat Miki untuk meyakinkan bahwa pernyataan Miki itu benar adanya.

"M!" Panggil Gisty yang tiba-tiba sudah muncul di belakang M.

M menoleh.

"Ada apa?" tanya Gisty pura-pura tidak mengerti. "Oh, hai Mik!" sapanya kemudian ketika pandangannya dan Miki bertemu.

"Hai Gis!" sahut Miki canggung.

"Kalian lagi nontonin M ya?" tanya Gisty lagi.

"Iyalah. Kayak beneran nggak tahu aja," seloroh Oliveeyang pada dasarnya memang tidak suka dengan rubah betina di hadapannya.

Gisty melirik Olivee sengit. Ia juga tidak pernah suka dengan gadiscablak di samping Miki itu.

"Oy! Kenapa nih?" tanya Toya begitu ia berada di pusat perhatian para penonton.

"Mas...," ucap Gisty.

"Kenapa M?" tanya Toya pada M yang hanya memandanginya.

"Nggak apa-apa," jawab M singkat kemudian berbalik hendak pergi.

Miki hampir saja menghela napas lega ketika kemudian ia kembali menahan napas manakala tubuh M kembali berbalik dan berjalan lurus kearahnya. Melewati Toya dan Gisty.

"Kamu, jangan pulang duluan. Tunggu aku. Oke?" pintanya pada Miki yang memandanginya dengan penuh keterkejutan.

Miki tidak langsung menjawab. Ia masih memandangi M seakan tidak percaya. Ia pikir ajakan M jadian itu hanya guyonan. Namun kalau sikap M sangat terang-terangan begini..., mungkinkan dia memang serius?

"Miki...!" panggil M.

"Ah, iya?" sahut Miki akhirnya tersadar.

"Tunggu aku, ku bilang. Oke?" pinta M sekali lagi.

Ragu...,pada akhirnya Miki pun mengangguk.

Guratan mata di cela kecil itu pun nampak. Menandakan M tengah tersenyum lebar karena senang. Selanjutnya dengan langkah ringan si pusat perhatian itu pun berbalik pergi, kembali ke depan arena.

Gisty dan Toya memandang bingung antara M dan Miki.

"Mik..., kamu ada apaan sama M?" tanya Gisty langsung dengan penuh kecurigaan.

Miki menggeleng. "Nggak ada apa-apa...," jawabnya canggung.

"Bohong!" Gisty terlihat tidak senang.

"Hop! Balik!" Toya yang melihat gelagat kemarahan sang adik muncul pun, segera menggeretnya pergi.

Sepeninggalnya mereka, barulah Miki bisa merasakan tatapan dingin nan sinis para penonton lain yang ada di sekitarnya.

"Kok aku jadi nggak nyaman ya, Liv, Li...," eluh Miki pada kedua sahabatnya.

"Seharusnya kita yang ngomong gitu," sahut Olive dengan nada dingin.

Miki menoleh dan mendongak kearah Olive. Dilihatnya sahabatnyaitu tengah menatapnya dengan tajam. Ngeri melihat tatapan tajam Olive, Miki pun bergerak mundur meminta perlindungan Ali.

"Ada hubungan apa kamu sama si M? Kok berasa ada yang di rahasiain ya," giliran nada dingin terdengar dari ucapan Ali.

Miki berganti menoleh ke Ali dengan cepat. Ternyata Ali juga tengah memandanginya dengan tajam dan penuh selidik.

Manik mata Miki secara intens menggelinding ke kanan dan ke kiri. Menatap Olive lalu Ali lalu Olive lagi dan ke Ali lagi.

"Ok..., ok aku cerita!" Miki menyerah dengan intimidasi tatapan penuh selidik sahabat-sahabatnya itu.

Ia kemudian menyeret kedua sahabatnya menepi. Mencari ruang yang cukup sepi untuk mengutarakan kejujurannya.

Mereka sampai di seberang jalan taman Bangkul. Tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi.

"Cerita gih!" desak Olive.

"Hhh..., sebenarnya, M itu nembak aku pas COD-an baju kapanan hari," akhirnya Miki jujur.

"Seng temen (yang bener)?!" Ali berseru cukup keras karena terkejut.

"Ugh! Cangkemmu!!" (Mulutmu!) Miki dengan gemas membekap mulut mercon Ali barusan.

"Apaan Mik?!?" Olive justru berdrama ria dengan berlakon sok budek dadakan.

"M nembak aku. Dia minta aku jadi pacar dia!" ulang Miki gemas sembari melepas bekapan tangannya pada mulut Ali.

Mulut Olive melongo seketika.

"Kamu terima???" tanyanya kemudian terlihat penasaran.

Miki menggeleng. "Belum ku jawab," jawabnya.

"Lha? Kenapa nggak langsung terima?? M loh! Bian mah, lewat!!" pungkas Ali.

Miki menoleh kearah Ali. "Nah itu. Bian..., alasannya Bian...," ucapnya.

"Sumpah seriusan Mik! Kenapa nggak diterima langsung sih? Malah mikir Bian lagi!" Olive gemas.

"Liv, Li..., gini. Biar kata aku ngefans banget sama M..., tapi aku nggak tau dia aslinya gimana. Jangan-jangan dia bisa jadi kayak Bian...," tiba-tiba Miki teringat tentang sakit yang dibuat olehnya.

Sorot mata tajam Olive perlahan meredup. Ia memahami apa yang di takutkan oleh sahabatnya.

"Tapi Mik. Kamu juga harus move on! Jangan sampe kejadian tadi pagi keulang lagi," ucap Ali.

Olive merasa sependapat dengan Ali.

"Bener kata Ali. Kalo kamu nerima M. Pacaran sama M..., Regina nggak akan gangguin kamu lagi," timpal Olive.

Miki memandangi Olive dan Ali tidak yakin.

"Tapi..., kalian tahu kan aku...,ck! Aku masih berharap Bian balik ke aku...,

" ucap Miki dengan wajah sayu yang sangat melas.

"Siapa Bian??" terdengar suara seseorang menyela percakapan ketiga sahabat itu.

Ketiganya seketika menoleh ke arah sumber suara.

Ternyata M. Ia berdiri tidak jauh dari ketiga sahabat itu berada. Dari jarak mereka saat ini, sangat wajar kalau M dapat mendengar percakapan ketiganya.

Ketiga tentu terkejut. Bahkan Miki sampai bergeser mundur ketika melihat M berjalan mendekat.

"Siapa Bian?" tanya M lagi di sela langkahnya.

Tidak ada jawaban dari ketiganya. Yang jelas ketiganya masih dalam keadaan kaget.

"Apa si Bian itu, alasan kamu nggak bisa ngasi jawaban cepet buat aku?" tanya M yang sudah berdiri tepat di hadapan Miki.

Miki menelan ludah.

Ia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menceritakan tentang Bian pada M. Tapi..., malah jadi begini.

"Apa orang yang namanya Regina yang bikin bibirmu jadi lebam?" tanya M makin membuat mata Miki membulat lebar.

Dia..., dia nguping sejak kapan???Batin Miki bingung.

1
YenYuanTyan
SEMANGAT YAAA KAKAKK NULISYAAA!! Bagus kok ceritanya, jangan nyerah yaaa 🔥
anyway baca punyaku juga boleh dong? 👉👈
I'm Nens: terima kasih kak. nanti aku sempatkan buat mampir/Smile/
total 1 replies
naotaku12
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Kruzery
Menggugah perasaan
I'm Nens: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!