Wanita adalah makhluk paling rumit di dunia. Sangking rumitnya, pikiran, bahkan perkataannya bisa berubah seiring waktu.
Pada ulang tahun pernikahan pertama, Sandra melontarkan candaan ringan, mengatakan bila tak kunjung memiliki anak akan meminta Bastian menikah lagi.
Bastian tak menanggapi candaan Sandra sama sekali, hingga pada akhirnya di tahun ke sepuluh pernikahan. Hal yang tak diinginkan Sandra lantas terjadi. Ternyata, secara diam-diam Bastian menikah siri dengan sekretaris pribadinya bernama Laura dan sekarang tengah berbadan dua.
Apa yang akan dilakukan Sandra? Apa dia akan pergi atau memilih bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Renovasi
"Laura berhenti ...." Bastian tak mampu lagi melawan. Telah pasrah dengan lidah Laura yang bergerak liar di bawah sana. Bastian pun sudah lama menahan gairahnya sebab Sandra tidak melayaninya tadi. Ibarat seekor kucing ketika diberi ikan, pasti tidak akan menolak. Dia toleh lagi ke samping sebentar, di mana masih Sandra terlelap.
Laura tak peduli. Wanita yang tidak punya urat malu itu memaju mundurkan kepalanya dengan sangat cepat sambil menatap ke arah Bastian, hingga Bastian terpaksa membekap mulut sendiri kala hampir saja mengeluarkan desahan.
Kurang lebih lima menit kejadian itu berlangsung, sampai pada akhirnya Laura tiba-tiba duduk di perut Bastian, dengan posisi kejantanan Bastian sudah berdiri tegak sejak tadi.
Bastian membelalakan mata sejenak. "Laura, jangan di sini, kita di kamarmu saja," katanya, takut jika Sandra akan terbangun dan melihat apa yang mereka perbuat saat ini.
Satu kebiasaan kecil Sandra yang diketahui Bastian. Istri pertamanya itu susah sekali membuka mata, meski ada badai sekali pun. Apa lagi hari ini jam kerja Sandra lumayan padat. Jadi, dapat dipastikan Sandra tidak akan terbangun. Walaupun begitu Bastian harus bersikap waspada.
"Di sini saja, ayo kita main, aku tahu kau tidak mampu lagi Bas, tenanglah Sandra tidak akan tahu kok," kata Laura lalu melirik sekilas ke arah Sandra yang tengah mendengkur pelan sekarang.
"Tidak, Laura. Ingat, kau hamil muda, aku takut akan melukai anak ki—hmf!" Bastian mendorong dada Laura dengan pelan, ingin mengajak Laura pergi ke kamar lain. Namun, sebuah kecupan mendarat cepat di bibirnya seketika. Terlebih, Laura sedang memainkan keperkasaannya lagi dengan mengelus-pelan pelan benda pusaka itu.
Dalam keadaan sadar Bastian akhirnya terlena. Ikut membalas kecupan Laura kemudian perlahan memejamkan matanya. Sekarang lidah keduanya saling bertautan. Bastian dan Laura perlahan merebahkan diri di kasur sambil berpelukan. Tanpa menghiraukan lagi ada sosok manusia yang tidur di samping mereka saat ini.
Cukup lama pasangan tak tahu malu itu berciuman sampai pada akhirnya Bastian mengendurkan pelukan dan mulai menelusupkan tangannya ke belahan dada Laura.
Laura mendesah pelan. "Ah, Bas ...."
"Jangan berisik, kita hanya ciuman saja ya, aku tidak mau anakku kenapa-kenapa," kata Bastian sambil melirik ke samping sekilas, di mana Sandra tengah membalikkan badan dan membelakangi mereka.
Laura balas dengan sebuah anggukan pelan dan senyuman kecil. Bastian mulai melakukan aksinya. Lelaki itu membuka lingerie Laura dengan cepat hingga istri keduanya itu tak memakai sehelai benang kain pun sekarang. Begitu melihat gundukan menantang di depan mata, Bastian langsung membenamkan wajahnya dan memainkan puncak dada Laura menggunakan lidahnya.
Melihat Bastian tampak sabaran, Laura mengeluarkan tawa kecil. Berbeda dengan Bastian malah melototkan mata.
"Jangan tertawa Sayang, nanti Sandra bangun," kata Bastian sambil membekap mulut Laura. Dan sesekali melirik lagi ke samping. Dengkuran halus menjadi pertanda wanita berambut itu masih tidur. Bastian menarik napas lega sejenak.
Dengan mata polosnya, Laura perlahan mengangguk. Permainan pun kembali dimulai, Bastian mengecup seluruh tubuh Laura dan sesekali meminta Laura memainkan keperkasaannya.
Sampai pada pukul dua belas malam, Laura dan Bastian sama-sama beringsut dari kasur. Susu kental yang menetes dari kasur menjadi bukti keduanya telah berhasil menuntaskan hasratnya masing-masing. Bastian tak lupa mengelap susu tersebut menggunakan tisu.
"Kau sangat nakal tahu," kata Laura lalu mengalihkan mata ke arah Sandra, dengan tersenyum penuh arti.
"Kau yang nakal, ayo cepat pakai bajumu." Dengan cepat Bastian mengambil lingerie unggu Laura di bawah ranjang dan memberikannya pada Laura.
"Iya, iya, kita sama-sama nakal, aku keluar ya, besok malam tidurlah denganku, kita bisa puas-puas di dalam sana," ujar Laura sembari menyambar pakaian minim itu.
Bastian tersenyum kecil. Sebelum Laura memakai lingerie. Dia meremas kuat bokong Laura seketika. Seandainya saja Laura tidak hamil muda, Bastian pasti sudah menggauli istri keduanya itu.
Laura justru terkekeh pelan. Mendengar Laura tertawa, Bastian melototkan mata kembali.
"Lau, kau ini, cepat keluar sana." Dengan cepat Bastian membantu Laura memakai lingerie.
Laura menahan senyum, dia sengaja membuat Bastian ketakutan. Tak sampai semenit, Laura pun bergegas keluar dari kamar. Meninggalkan Bastian mulai naik ke tempat tidur.
"Uh, hampir saja, nakal sekali Laura. Untung saja Sandra tidak bangun." Bastian bergumam-gumam sambil perlahan menggeser tubuh dekat dengan Sandra, kemudian melingkarkan tangan ke pinggang Sandra.
"Selamat malam Sayang." Sebelum menutup matanya, Bastian mengecup singkat pipi Sandra dan memeluk istri pertamanya itu dengan sangat erat.
Pagi pun tiba, matahari sudah naik ke permukaan. Bastian dan Laura sudah duduk dengan rapi di meja makan, tengah menunggu kedatangan Sandra turun ke bawah. Namun, belum juga semua makanan tersaji di atas meja.
Suara kumpulan manusia sekitar lima orang terdengar di depan pintu utama. Ruangan di bawah di dominasi dengan ruangan tanpa sekat, jadi Bastian dan Laura dapat melihat manusia di luar sekarang melalui jendela kaca. Keduanya pun saling lempar pandangan sejenak.
"Bik Ani, ada siapa di depan?" tanya Bastian saat melihat asisten rumah sedang meletakkan piring di atas meja.
Bibi Ani menolehkan mata ke ambang pintu. "Nggak tahu Den, saya ke depan dulu ya." Bastian mengangguk.
Belum juga Bibi Ani menggerakkan kaki. Sandra tiba-tiba turun dari tangga dengan sangat cepat, tanpa berniat sekali pun menoleh ke arah Bastian dan Laura.
"Bik Ani, suruh mereka naik ke atas langsung!" perintah Sandra seketika.
Bibi Ani mengangguk dengan tergagap-gagap lalu berjalan cepat ke ruang depan.
"San, mereka siapa?" tanya Bastian sambil beranjak dari kursi jati.
Sandra menaikkan sedikit alis mata sambil melipat tangan di dada. "Bukan siapa-siapa, hanya orang-orang yang kusuruh merenovasi kamarku," katanya lalu cepat-cepat melangkah bersama kumpulan pria yang baru saja masuk sambil menenteng beberapa tas.
"Renovasi?" Bastian makin kebingungan, hendak bertanya lagi, tapi Sandra sudah naik ke atas. Dia pun segera menyusul Sandra. Laura tak mau ketinggalan, ikut mengekori Bastian.
"San, kenapa direnovasi?" Sesampainya di kamar Bastian langsung bertanya, melihat dua orang pria mengeluarkan meteran dan melihat-lihat lantai di sekitar.
"Tadi malam, ada ular masuk ke kamar kita Bas. Kau tahu kan aku sangat benci dengan ular," kata Sandra sambil melirik dingin sekilas ke arah Laura.
Tadi subuh, sekitar jam lima, setelah Bastian turun ke bawah hendak berolahraga. Sandra memutuskan memeriksa CCTV kamar hendak mengambil bukti rekaman percakapan dia dan Laura kemarin.
Namun, betapa terkejutnya Sandra melihat ada satu rekaman dari CCTV yang berada di lorong kamar. Menampilkan Laura berjalan cepat masuk ke kamar menggunakan lingerie unggu. Laura keluar lagi dari kamar tengah-tengah malam. Tentu saja Sandra tahu apa yang tengah dilakukan Bastian dan Laura. Semakin mendidih darah Sandra hendak melihat rekaman di kamar tapi tidak bisa.
Karena pada malam hari, CCTV di kamar memang sengaja dimatikan Bastian. Terlebih, Bastian sempat ingin berhubungan badan dengannya semalam. Akan tetapi, Bastian melupakan CCTV di luar kamar, yang hanya diketahui Sandra. Ditambah lagi, ada bekas air lengket di sisi tempat tidur Bastian tadi pagi. Tanpa pikir panjang Sandra menelepon orang untuk datang ke rumah, merenovasi kamar. Sandra sangat jijik dengan kedua manusia itu!
Dengan kening berkerut kuat Bastian lantas terdiam, apa benar ada ular pikirnya sejenak? Berbeda dengan Laura, tersenyum penuh arti karena Sandra tahu aksinya semalam.
"Ular, kau yak—"
Sandra mengabaikan Bastian dan langsung menyela.
"Baik, aku mau semua kamar ini dirombak habis, lantai, gorden, springbed semuanya diganti dan barang-barang yang lama jangan lupa bakar. Lalu aku mau pintu kamar diganti dengan sidik jariku saja! Tidak boleh ada yang masuk, selain Aldo, Aldo pun akan menggunakan sidik jari nanti. Aku mau semua beres dalam dua hari! Tenanglah aku akan membayar dua kali lipat!" ujar Sandra sedikit menggebu-gebu.
Para pekerja lantas mengangguk cepat dan mulai melakukan tugas. Secepat kilat Sandra menyambar tas di nakas dan menghubungi Nana agar segera datang, mengambil tas-tas mahal untuk dijual. Kemudian Sandra bergerak cepat keluar, melewati Bastian dan Laura.
Bastian cepat-cepat mengekori Sandra. Laura pun juga.
"Tapi San, kenapa harus diganti semua, apa ularnya sudah ketemu?" kata Bastian di lorong kamar.
Sandra menghentikan langkah.
"Sudah, tadi pagi aku menangkapnya dengan tanganku sendiri!" Sandra tiba-tiba mengeluarkan kantong putih dari tas dan mengangkat tinggi-tinggi benda tersebut, terlihatlah ular kecil berwarna hitam berada di dalam. Ular ini hanyalah alibi. Tadi, Sandra menghubungi Nana untuk mengirimkan dia ular. Nana tentu saja langsung menyanggupi. Ular itu datang bersama para pekerja. Tadi, Nana dan para pekerja sudah bersengkokol. Sandra mengambil dari tangan salah seorang pekerja saat Laura dan Bastian lengah.
Bastian dan Laura bergidik ngeri kemudian reflek memundurkan langkah kaki.
"Ini, ambillah dan buang keluar!" Sandra mengambil tangan Bastian lalu memberi kantong tersebut.
Bastian terpaku dengan muka menahan takut. Dia taruh kantong di sudut lorong dengan sangat cepat. Setelah itu Sandra melenggang pergi dari situ.
"Tunggu Sandra!" Bastian segera menyusul Sandra yang kini berjalan turun di anak tangga dengan tergesa-gesa. Laura berada di belakang Bastian sejak tadi. "Tapi kenapa semuanya harus direnovasi, bukankah—"
"Sft, tenanglah Bas, kau tidak perlu khawatir, aku pakai uangku sendiri kok bukan pakai uangmu. Tidak usah kau pusingkan, kebetulan aku mau ganti suasana baru." Saat di anak tangga terakhir Sandra langsung membalikkan badan dan sesekali melirik sinis Laura.
Sekali lagi Bastian mematung.
'Apa Sandra tahu ya, kalau ada Laura di kamar semalam, tapi tidak mungkin kalau tahu kenapa dia tidak marah denganku.' batin Bastian sejenak.
"Baiklah, Laura ayo kita pergi ke kantor sekarang," kata Sandra lalu kembali berjalan menuju meja makan. Mengambil roti tawar dan susu kotak.
Bastian segera tersadar dan menghampiri Sandra.
Laura sudah seperti anak ayam, mengekori Bastian dari belakang dari tadi.
"Kita belum sarapan, ayo kita sarapan dulu," ujar Bastian.
"Waktu sudah mepet, ayo Laura!" Sandra melirik Laura sambil memasukkan roti dan susu ke dalam tas. Kemudian berjalan cepat lagi menuju pintu utama.
Laura tak langsung bergerak, meminta bantuan Bastian agar tak pergi sekarang karena dia belum mengisi perutnya.
"Ayo kita pergi, nanti Sandra marah pada kau," ucap Bastian.
Mau tak mau Laura mengangguk, dengan wajah lesu berjalan menuju pintu bersama Bastian. Secara bersamaan Nana tiba-tiba masuk ke dalam hendak mengambil tas milik Sandra di lantai dua. Saat berpapasan Nana menatap tajam Laura lalu melengoskan muka.
Laura pun ikut melengoskan muka. Sesampainya d luar, Bastian langsung membuka suara.
"San, kita satu mobil saja ya, aku kurang enak badan hari ini," ujar Bastian jujur. Walaupun Laura memuaskan gairahnya semalam tapi Bastian merasa kurang puas dan membuat kepalanya sakit pagi ini, padahal dia sempat berolahraga tadi.
"Tidak bisa, aku pergi bersama Laura dan Nana, orang-orang akan heran kalau kau ikut dengan kami," tutur Sandra dengan raut wajah datar.
Perkataan Sandra ada benarnya juga. Bastian mengangguk lemah.
"Ayo kita pergi! Na, langsung masukkan saja tasnya ke belakang," kata Sandra cepat ketika melihat Nana keluar bersama kantong khusus tas.
Nana mengangguk cepat dan melaksanakan perintah Sandra. Bastian hendak bertanya, tapi Sandra sudah masuk ke dalam mobil.
"Ayo Laura, masuk!" cetus Nana melototkan mata saat melihat Laura tak kunjung bergerak.
'Kenapa perasaanku tidak enak ya.' Laura malah bermonolog di dalam hati.
"Laura, masuklah, aku mau ke dalam mengambil tas kerjaku." Tanpa mendengar balasan Laura, Bastian bergegas masuk ke dalam.
Laura merengut kesal, mau ikut bersama Bastian. Namun, teriakan di kursi kemudi membuat Laura terpaksa masuk ke dalam. Laura masuk ke mobil bagian depan dan duduk bersama Nana.
Tapi, baru saja menjatuhkan bokong di kursi dan belum juga memakai seatbelt. Nana tiba-tiba tancap gas, meninggalkan pelataran rumah. Para asisten rumah nampak melongo melihat mobil yang ditumpangi Sandra melesat cepat barusan.
"Apa yang kau lakukan?!" jerit Laura sambil menahan tubuhnya. Karena kecepatan mobil di atas rata-rata sekarang.
Nana tersenyum penuh arti sambil melirik sekilas ke samping. "Tentu saja mengemudi, kau ini pakai di tanya segala lagi," katanya lalu semakin mempercepat laju kendaraan. Nana sangat kesal, tadi pagi diberitahu Sandra aksi gila Laura dan Bastian tadi malam.
"Apa kau ingin membunuh kita hah?! Pelankan mobilnya!" teriak Laura, wajahnya panik dan mulai tampak pucat pasi.
Nana malah tertawa keras. "Aha, saran yang bagus, tidak bisa, waktuku kita mepet, aku cepatkan lagi ya," katanya, sambil melirik sekilas Sandra di belakang, melalui center mirror.
Sandra tak memberi reaksi sama sekali, terdiam dengan raut wajah datar. Dia sudah memakai seatbelt sejak tadi dan tubuhnya sesekali bergoyang akibat belokan tajam Nana. Namun, jauh di lubuk hatinya, Sandra merasa senang saat mendengar teriakan Laura yang penuh ketakutan.
"Tolong aku!!!" jerit Laura untuk kesekian kali.
"Hahaha!"
***
Selamat hari senin, ini bab terpanjang selama saya menulis, hampir 2000 kata. Mumpung hari senin, kasi author bunga dan vote ya, hehe biar semangat updatenya :D
madu yg km hadirkn itu pilihanmu bastian....
terima aja klo sandra mundur dri pda brtahan dgnmu.... laki2 g ada otak... hobi selingkuh...
wlopun kau kaya raya..... tpi bukan segalanya....
jgan nyesel y bastian dgn kpergian sandra dri hidupmu.... krna ketidaksetianmu dan jga keegoisanmu.....
mna ada km cinta dgn sandra tpi mmpu mnyakitinya trlalu dlm.... yg ada km itu suami kejam sprti pph sandra.... sama biadabnya sperti binatang.....
selamat bastian sbntar lgi yg km katakn mncintai laura akn trbukti.... mmpukah laura yg km cintai mngisi posisi sandra saat sandra mnjadi mantanmu...
haruskah mnunggu puluhan tahun lgi sandra untuk lepas dri smua pndritaannya??