NovelToon NovelToon
RED FLAG

RED FLAG

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Rosita

"Kita putus!"

"putus?"

"ya. aku mau kita menjadi asing. semoga kita bisa menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. aku pergi,"

"Silahkan pergi. tapi selangkah saja kamu melewati pintu itu ... detik itu juga kamu akan melihat gambar tubuh indahmu dimana-mana,"

"brengsek!"

"ya. itu aku, Sayang ..."


***

Bagai madu dan racun, itulah yang dirasakan Eva Rosiana ketika jatuh dalam pesona Januar Handitama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Rosita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05

Setelah menjalankan amanah dari Pak Johan, sekarang Eva mempercepat langkahnya untuk ke kantin. Dia tadi dapat pesan dari Ajeng kalau gadis itu menunggunya dikantin bersama Doni.

"Ajeng!" seru Eva yang setelahnya sedikit terkejut. Ternyata di meja itu juga ada Janu dan Evan.

"Bener-bener lo ya, Pe. Cewek gila, lupa lo kalo gue ini makhluk paling ogah kalo dsuruh jalan!" kena sembur si Eva oleh sahabatnya yang paling mungil ini.

Fakultas Ajeng dan Eva itu lumayan jauh jaraknya. Jadi gadia bertubuh tak tinggi alias pendel itu terpaksa jalan untuk menemuo Eva. Biasanya Eva yang akan menjemput ke fakultasnya, atau motor Ajeng akan ada di parkiran jika Eva ada kelas.

Eva menyerobot, duduk di antara Ajeng dan Doni, membuat cowok kemayu itu berdecak kesal dan menjambak rambut Eva. Tak dihiraukan jambakan dari Doni, ada yang lebih penting dari itu.

"Ajeng, temen gue yang paling imuuutt!!" seru Eva seraya memeluk Ajeng.

"Kok perasaan gue nggak enak ya, Don?" sindir Ajeng karena tiba tiba mendapat pelukan dari Eva.

"Si lampir bikin salah kali, Beb!" sahut Doni, mata kirinya mengerling genit ke arah Janu.

Dimana pun ada manusia tampan, disitulah anggota tubuh Doni beraksi.

"Bikin salah apa lo sama gue?" todong Ajeng membuat Eva menyengir lebar.

Ajeng yang dikasih cengiran, tapi Janu yang tersenyum tipis. Dari tadi mata elang itu tak pernah lepas menatap Eva.

"Alemong! Mas berto senyum?" pekik Doni dengan suara genitnya, mengundang tatapan dari orang orang yang ada di meja itu menatap Janu termasuk Eva.

"Kenapa?" tanya Janu santai yang masih setia terlihat cool.

"Elo senyum tadi, Mas Bertooo!" gemas Doni.

"Ya terus?" tanya Janu lagi, kali ini wajahnya bingung. Memang ada yang salah jika dia senyum.

"Iiih, gemesss!! Itu senyum langkah udah kek lpg ijo yang direbutin buibu komplek! Ganteng bingiiitzz, sampe rahim aku anget Mas!"

"Si bego!" maki Eva yang langsung menggeplak kepala Doni.

"Sakit goblog!"

"Hahahaha!" semuanya tertawa mendengar suara laki laki Doni yang keluar, sepertinya cowok itu kesal dan reflek mengeluarkan suara aslinya.

"Kodamnya langsung keluar anjir!" seru Eva yang semakin terpingkal.

"Makin makin ya lo lampir! Gue kutuk jadi batu baru tau rasa lo!" kembali ke setelan awal, suara Doni kemayu lagi.

"Malin kundang kali ah!" Eva usap sudut matanya, karena kuatnya tertawa sampai air matanya keluar.

"Maling kutang lebih cucok buat lo!" sungut Doni.

"Kalian lucu ya. Hahaha!" sahut Evan, temannya Janu yang sudah mulai merasa nyaman gabung di sirclenya Budi.

Janu sendiri juga tertawa, tapi tanpa suara. Hanya mangap doang dan bahunya bergetar.

"Udah-udah, sakit nih perut!" ujar Ajeng di sela tawanya, "balik ke pertanyaan awal. Bikin salah lo ya ke gue?" tudingnya ke Eva.

Langsung lenyap tawanya Eva, gadis itu meringis. "Gue kena tilang. Motor lo di kantor polisi, Jeng. Soriiii," cebiknya manja, mengeluarkan jurus andalannya supaya Ajeng tidak tantrum.

"Pantes aja motor gua kagak ada diparkiran?! Bener-bener lo emang ya!" amuk Ajeng kesal, hampir saja itu tangan mendarat di kepala Eva untuk menoyornya. Tapi suara Janu membuatnya urung melakukannya.

"Bentar lagi motor lo dateng. Masih dijalan, otw kesini,"

Tak hanya Ajeng, Eva dan Doni serta Evan pun tak paham maksud Janu. Mereka jelas terkejut.

"Maksudnya?" tanya Ajeng.

"Motor lo udah ada yang ngurus. Tunggu aja bentar lagi," jawaban dari Janu ini tentu saja tak bisa memuaskan rasa penasaran ketiga orang itu. Kecuali Evan yang sudah mulai paham maksudnya. Cowok itu menyeringai ke Janu.

"Maksudnya gimana sih? Tapi tunggu deh, lo tau kalau Eva kena tilang?" tuntut Ajeng.

Janu mengangguk.

Ajeng sekarang menyipitkan matanya skeptis ke Eva, "kok lo bisa tau, Jan?"

"Ketemu dijalan!" jawab Janu cuek.

Makin makin itu mata Ajeng menyipitnya, dan sekon selanjutnya wajah imut itu diraup oleh tangan Eva. "Nggak usah aneh-aneh!"

Ajeng itu berwajah subtitle, jelas kalau Eva bisa mengetahui apa yang ada dipikiran sahabatnya.

"Terus kenapa bisa motor si Ajeng otw kesini, Beb? Pakai ordal ya?" kali ini Doni yang bertanya.

"Udah. Kalian tenang aja. Intinya motor Ajeng bakalan dateng bentar lagi!" tukas Evan membantu Janu agar mereka tak banyak bertanya. Dia tahu pasti temannya itu menggunakan powernya. Mengurusi masalah seperti ini sangat sepele bagi Janu. "Lo utang penjelasan ke gue," bisiknya ke Janu yang ditanggapi kerlingan mata jengah.

Evan sama seperti Ajeng, penasaran kenapa Janu bisa tahu dan membantu Eva. Pasalnya dua manusia itu baru kenal dan tak cukup akrab.

"Gurls, liat deh. Ada si itwill kemari!" seru Doni dengan lirih ke Eva dan Ajeng ketika matanya menangkap sosok gadis dan cowok yang baru saja masuk kantin.

Tak perlu menoleh, Eva dan Ajeng sudah tau siapa yang dimaksud Doni.

"Va," Ajeng mengelus pelan lengan Eva.

"Its okey, Jeng. Gue udah biasa aja kok!" sahut Eva. Memaksakan senyumnya.

Interaksi Eva dan Ajeng mengundang tanya bagi Janu. Dia melihat arah pandang Doni, ada cewek yang tak dia kenal. Disampingnya juga ada Ari, katingnya yang merupakan salah satu anggota BEM.

"Hai. Kalian apa kabar?" sapa Indah, mantan sahabat Eva.

Iya, satu bulan yang lalu Eva masih menganggap Indah sahabatnya. Tapi sekarang, tuh cewek sudah di anggap kuyang oleh Eva.

Putri Indah Sari, salah satu mahasiswi cantik yang terkenal dengan kepintaran dan kelembutannya. Ramah serta kecantikannya membuat para buaya kampus mengagumi sosok Putri.

Seperti namanya, cewek itu juga bersikap anggun layaknya seorang Putri. Itu dimata orang lain, tapi dimata Eva endegeng dia itu cewek pickme. Cewek yang bermuka dua dan suka mencari perhatian. Termasuk perhatiannya si Ari, kating yang sudah lama dekat dengan Eva.

Laki laki yang pernah singgah dihati Eva selama dua tahun lamanya.

"Duduk aja, In!" Ajeng yang menjawab. Di antara teman-temannya yang lain, memang hanya Ajeng yang bisa menerima Indah. Lebih tepatnya si Ajeng ini cewek polos yang gampang dibodohi.

"Eh, ada teman baru ya? Kenalin nama gue Putri," riangnya memperkenalkan diri ke Janu dan Evan. Tak lupa Indah pasang senyum cantiknya.

"Gue Evan,"

"Janu,"

"Kamu kabarnya gimana?" Ari mengeluarkan suaranya untuk menanyakan kabar gadis yang dekat dengannya, tapi akhir akhir ini seperti menjauh.

"Baik," jawab Eva seadanya.

Ari mengangguk dan tersenyum kecut, "aku mau bicara sama kamu,"

"Sekarang?" tanya Eva yang tahu jika Ari ingin berbicar berdua dengannya.

"Iya. Sekarang. Bisa kan?"

Tak ada sahutan tapi berdirinya Eva sudah menjadi jawaban jika dia meng iyai ajakan Ari, "bentar ya, guys?" ujar Eva pamit ke teman-temannya.

Setelah mendapat anggukan dari temannya, Eva berjalan keluar kantin dengan Ari yang mengekorinya.

Evan menoleh ke Janu yang matanya tidak lepas dari kepergian Eva. Cowok itu menyenggol lengan dan mendekatkan kepalanya ke Janu, "si Ari rival lo deh keknya,"

"Berisik!" tukas Janu. Dia ikut berdiri dan memilih pergi. Toh buat apa dia duduk disini kalau yang di incar tidak ada.

Kembali lagi ke Eva dan Ari. Mereka berdua berdiri di lorong kantin. Eva menyandarkan tubuhnya di dinding tak mau menatap Ari.

"Mau ngomong apa?" tanyanya memilih bersuara lebih dulu, karena hampir lima menit Ari terus menatapnya tanpa suara.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa aku merasa kamu menghindar? Kamu masih marah?" tanya Ari beruntun.

"Marah buat apa?"

"Please, Va. Kamu bukan orang bodoh, kamu tahu maksud aku. Aku sudah minta maaf, kamu salah paham!" erang Ari yang sepertinya sudah frustasi.

Seminggu Eva mengabaikannya, tak mengangkat telfonnya tak membalas chatnya juga. Ini semua karena kesalah pahaman, Ari mengajaknya keluar dan dia tidak datang karena menolong Indah.

"Salah paham?" beo Eva tertawa hambar, "kita ini apa sih, Kak, sampai aku harus salah paham segala?" Iya, sebenarnya harus dinamai apa hubungan Eva dan Ari ini. Eva sendiri bingung.

Dua tahun mereka dekat, Ari selalu memberi perhatian dan mengajaknya jalan layaknya orang pacaran. Tapi sampai saat ini Ari tidak pernah mengajaknya untuk berpacaran.

Cowok itu hanya menegaskan ke Eva kalau dia menyayanginya, tapi tidak bisa berpacaran dan alasannya karena dia tidak mau pacaran.

Kurang ajar bukan?

Lebih kurang ajarnya si Eva ini juga mau aja digantung seperti ini. Emang radak goblog manusia kalau urusan hati.

"Kenapa diam? Nggak bisa jawab kan?" serang Eva. Bibirnya sudah menyeringai melihat cowok didepannya ini bungkam.

"Va. Kamu tau kan..."

"Kalau kamu sayang aku tapi kita tidak bisa pacaran?" potong Eva melanjutkan kata kata yang akan di ucapakan Ari.

Eva tertawa miris, menertawakan dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia yang terus menunggu kepastian dari orang yang dengan dirinya sendiri saja tidak yakin.

Sedangkan Ari menatap nanar gadis yang selalu ada dihatinya. Jujur dia memang sangat mencintai Eva, tapi bodohnya dia tidak bisa memiliki gadis itu karena ketidak berdayanya untuk melawan orang tuanya sendiri.

"Va ..."

"Stop, Kak. Sepertinya udah nggak ada lagi yang harus kita bahas. Aku harap kamu paham maksudku. Jangan berlebihan lagi," putus Eva. Dia sadar, sudah tidak seharusnya lagi dia terus menunggu. Dia tidak semenyedihkan itu untuk mengemis cinta. Apa lagi setelah Eva mengetahui jika mantan sahabatnya ini sudah menjadi parasit di hubungan yang tidak pasti antara dia dan Ari.

"Lepas!" geram Eva tertahan karena Ari mencekal tangannya membuat langkah kakinya berhenti.

"Enggak. Kamu harus dengerin aku dulu,"

"Aku bilang lepas," pelan sekali Eva mengatakannya, namun disetiap katanya ada tekanan yang membuat Ari terkesiap.

"Va, ponsel lo bunyi. Nyokap lo yang telpon,"

Eva dan Ari menoleh mendengar suara bariton dari Janu yang tiba tiba muncul.

Entah cowok itu bohong atau tidak, tapi Eva cukup lega dengan kemunculannya. Setidaknya dia punya alasan untuk lolos dari Ari.

"Lepas, Kak. Lo denger kan apa yang dibilang Janu?" ketus Eva.

Masih belum mau melepaskan tangan Eva, mata Ari malah menatap sosok Janu dengan tajam. Sejak tadi dia sudah ingin mencari tahu, kenapa Janu bisa duduk satu meja dengan gengnya Eva. Dan sekarang cowok itu malah mengganggunya.

"Lepas bro. Lo nggak budek kan?" celetuk Janu. Santai sekali dia membalas tatapan dari Ari.

"Kak Ari," suara mendayu nan manja itu datang dari arah belakang Janu. Indah dengan wajah paniknya mendekat ke Ari. "Kak, kasihan Eva. Nanti tangannya sakit," katanya dengan wajah cemas menatap Ari dan Eva bergantian.

Jika gadis lain mungkin akan meringis karena Ari mencekalnya dengan kuat, terlebih lagi ketika melihat kedatangan Janu, Ari semakin mencengkeram tangan Eva tanpa sadar. Namun alih alih meringis, Eva diam saja seperti tak merasakan sakit.

Eva memang gadis yang pandai menyembunyikan sesuatu.

"Maaf," sesal Ari seraya melepas tangan Eva, "aku beneran minta maaf. Sakit ya?"

Eva menggeleng, "yuk, Jan!" ajaknya ke Janu.

Baru akan mengejar Eva, langkah Ari dihentikan oleh Indah. "Kak, maaf. Kalau boleh aku kasih saran, mending nanti saja bicara sama Eva. Aku tahu dia sedang emosi sekarang," tutur Indah dengan lembut.

Ari pun mengangguk, mengikuti saran dari Indah. Gadis di depannya ini memang selalu baik dan lembut.

Kembali lagi ke Janu dan Eva.

Mereka berdua kembali ke dalam kantin dimana disana sudah datang penghuni baru, si Budi.

"Lo bohong ya tadi? Tapi, thanks ya!" Eva tahu Janu berbohong hanya untuk menyelamtakannya.

Janu mengangguk saja.

Baru saja duduk Eva sudah dihadiahi seringai ejekan dari Budi. "Personal brandingnya independent woman. Serba bisa, pekerja keras, galaknya kayak macan. Tapi begitu kena cinta, modyaar!!" sarkas Budi menyindir Eva dengan kata kata yang sering bersliweran di fyp tiktoknya.

Ajeng dan Doni sudah cekikikan. Sedangkan Evan dan Janu diam saja. Evan diam karena tidak tahu maksudnya, kalau Janu diam menikmati wajah Eva didepannya.

Apa Eva sakit hati dengan sindiran Budi? Oh, tidak. Yang temannya katakan itu fakta. Dia sadar diri kok.

"Lanjut Don!" seru Budi menyuruh Doni untuk meroasting Eva juga.

"Ogah ah. Temen ye serem, wak, kalo ngamuk! Beling-beling dimakan!" sahut Doni yang tidak mau ikut ikutan.

"Babi! Dikira gue limbad?" balas Eva santai, matanya bergeser menatap Janu yang ternyata sedang menatapnya juga.

Cowok ini ... gimana ya Eva menjabarkannya. Mata coklat Janu itu loh, kalau sedang bertatap begini seperti menantangnya. Cowok ini sungguh misterius bagi Eva.

Tak ada yang memutus aksi saling tatap itu. Keduanya seperti punya magnet tersendiri.

"Lagian lo ngapa dah, bucin banget sama Ari. Jemuran aja kelamaan digantung bisa kusut. Lah ini, lo, Va?" celetuk Budi, "heran. Kayak kagak cowok laen aja. Dua taun digantung. Apa kabar itu hati? Waras lo?" mulutnya Budi ini memang terlalu loss doll, tapi dia begini juga karena tak inging sahabatnya itu tersesat didalam hubungan yang tidak jelas.

"Okey. Lo bertiga dengerin gue ya sekarang!" sudah waktunya Eva menyudahi ocehan sahabatnya. Sekarang saatnya dia memberitahu apa yang dia rasakan. "Sesuatu yang gue ambil, pasti susah untuk gue buang. Tapi begitu gue lepas, nggak akan pernah ada sisa karena gue buang se akar-akarnya. Paham kan lo pada?" tegas Eva.

"Heleh, paling dielus dikit juga lo luluh!" cibir Ajeng.

"Mon maap. Saya bukan andaah!" sarkas Eva, "kagak ada tuh dalam kamus gue mungut sesuatu yang udah gue buang!" lanjutnya santai.

Matanya tak sengaja menatap Janu lagi. Jika tadi Janu hanya menatapnya dalam diam, sekarang tuh cowok tersenyum tipis. "Good girl!" gerakan bibirnya tanpa suara yang masih bisa ditangkap dengan jelas oleh Eva.

1
Nia Arizani
seruuuu banget,, doble up dong thor😍
Ita Retno
gokil si ipe👏👏💪🔥
Ita Retno
dari cerita Ajeng jd tau cerita Eva👍❤️🔥
tati hartati
benar pasangan yg cocok sama emosian
Novita Ambarwanti
Thor lupa ya ada kontrakan disini 🫠
eva rositadewi: `nggak lupa. tapi pikun. hoho
total 1 replies
Vtree Bona
haha Eva di lawan
Vtree Bona
duh kemana aja kak thor
Arumi Putri
di lanjut gak nih padahal novel nya bagus loh
Arz Kaf
ya ampun kasiang juga si eva berarti yg masih beruntung hanya ajeng ya disayang mama dewi walau tiap hari ribut berdebat masalh yg gak genah tapi eva ternyata selalu dibedakan 😌😌va knapa nasibmu ngenes sih ga punya ibu tapi pilih kasih 😭
Arz Kaf
awasin ya di ipe ntar ada yg nyelakain kan repot apa perlu si bang janu yg jagain eva 🤭
Arz Kaf
gegara si janu nih terlalu seksih jadi baca kesini eh ternyata si markojeng teman nya si ipe toh😁😁😁
Safa
belum up lagi kah ?
anak meong
kaya nya memang ga di lanjut lagi sih cerita ini..
Aleea24
kereen siih ini novel.. semangat terus kaa...😊😍
Anonymous
nah uda keliatan ni red flag nya si januu
Rica Eldagita
akhirnya kesini juga 😊
anak meong
kak kata gw emang kurang panjang ih 😭😭
kak kenapa ga di fizo aja sih novel ini..
Anonymous: nah iyaaa. kenapa gak di pijo ajaa 😭😭😭
total 1 replies
Sri Wahyuni
bagus banget
Novia Herlina
Ho'oh...
Anonymous
aku nebak2 judul dan dimana letak red flag nya si Janu. Sejauh ini dia manis, tapi kayaknya dia bakal pecemburu bgttt Krn kecintaan atau bahkan seobses ituu sama si Eva. thorrr, makasih ya Uda up
✨litlestar🌟: belum kali kak ini kan masih awal, biasanya kan manis2 dulu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!