Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 ( Kebencian keluarga Sanjaya )
“Tidak mengapa kau tak pernah membalas cinta ku. Aku tidak pernah membenci mu karena itu. Tapi, setidaknya hidup lah lebih lama lagi agar aku bisa setiap saat bisa melihat mu walau dari kejauhan. Tapi, apa yang kau lakukan, Anjani. Kau mengakhiri hidup mu sendiri tanpa melihat ku yang selalu ada untukmu demi pria lain yang tidak pernah sekalipun melihat mu. Kenapa ... Kenapa kau meninggal kan ku seperti ini?! Arghhh ... Jangan ambil cintaku tuhan, hiks!" Isak Andrew.
Itulah isi hati Andrew yang mana saat ini ia berada di pemakaman tempat peristirahatan Anjani yang terakhir. Mark dan Aleta mendampingi sang putra ia sangat tau kesedihan putranya yang sangat mencintai Anjani. Begitu pula kedua orang tua Anjani yang sangat terpukul dan merasa kehilangan.
Namun, di saat terakhir Anjani justru Hasta tidak datang itu membuat Dipta merasa marah dan memaki kedua orang tua Hasta di depan umum. Andrew yang mendengar merasa kesal ia pun menghampiri Dipta yang saat ini menatap tajam Adnan dan Sarah.
“Jangan bertengkar di sini, om. Anjani baru saja pergi janganlah membuat dia tidak tenang nantinya,” mohon Andrew.
“Kau saja yang bukan suaminya peduli. Sedangkan suaminya sendiri tidak datang atau bahkan tidak tau jika putri ku tiada!” pekik Dipta.
“Aku sudah memberitahunya, Dipta. Hasta tidak berada di rumah saat itu dan hanya ada dia yang membawanya ke rumah sakit. Sebenarnya ada hubungan apa pria ini dengan Anjani? Sedang apa dia di sana?” cecar Sarah yang merasa curiga.
“Jadi, kau menuduhku putri ku berselingkuh begitu? Kau sangat tau itu tidak akan mungkin dan kau juga sangat tau Sarah jika Anjani sangat mencintai Hasta. Dia Andrew pria yang ditolak Anjani karena lebih memilih putramu dan sekarang kau malah menuduh putri ku yang tidak-tidak, hah!” sambung Lina.
“Jangan salah paham dulu. Istriku hanya bertanya Lina. Kita akan tau nanti penyebab kematian Anjani dari pihak kepolisian,” ujar Adnan.
“Ya, jika terbukti kematian putriku karena putra mu. Aku bersumpah akan menjebloskan dia ke dalam penjara dan juga selamanya keluarga Sanjaya akan membenci kalian tidak akan ada lagi kerjasama antara perusahaan kita. Mulai detik ini juga aku memutuskan hubungan dianatara kita dan keluarga besar kita Adnan!”
Adnan hanya diam, ia tidak berbicara karena pastinya memang semua salah putranya. Akan tetapi, kedua orang tua Anjani tidak tau jika putrinya yang sangat memaksa Hasta harusnya Anjani juga yang harus dipersalahkan atas pernikahan memaksa ini.
“Pah, kenapa kau diam saja. Kalau mereka benar-benar melaporkan putra kita ke polisi bagaimana?” bisik Sarah.
“Lihat saja nanti. Papa tidak bisa berbuat apa-apa,” Adnan memilih pulang diikuti Sarah dan Vanes.
Andrew menatap ke arah Vanes seraya mengerutkan dahinya,”Pah, gadis itu siapa?” tanya Andrew penasaran.
“Dia adiknya Hasta, memangnya kau tidak tau?” jawab Mark.
“Tidak,” singkat Andrew.
“Mungkin karena dia tinggal lama di luar negri jadi kau tidak pernah melihatnya. Lagipula papa juga tidak terlalu dekat dengan keluarga mereka hanya karena kerja sama amanat dari kakek mu menajdikan papa sedikit mengenal keluarga mereka. Memangnya ada apa, Ndrew,” ujar Mark.
“Sepertinya aku pernah melihatnya tapi aku lupa di mana,” sahut Andrew.
“Sudah hampir siang lebih baik kita pulang saja,” ajak Aleta.
“Kalian duluan saja, Aku masi ingin berada di sini,” lirih Andrew dan Mark sangat sangat mengerti ia memilih pulang bersama istrinya.
Andrew kembali menghampiri makam Anjani, dia mengusap papan nisan yang baru saja di tancapkan ke tanah. Dengan derai air mata yang terus saja mengalir membasahi kedua pipinya Andrew meratapi kepergian wanita yang amat dicintainya,”Anjani kau sangat menyakitiku. Kenapa kau melakukan ini padaku. Tidak mengapa kau bersama orang lain aku ikhlas kalau itu memang membuat mu bahagia setidaknya aku masih bisa melihatmu walaupun senyuman mu menyakitkan hatiku. Tapi kepergiaan mu malah membuat hidup ku serasa mati. Anjani … aku mencintaimu sangat, sangat mencintaimu, hiks,”
*
*
“Tuan, kamu masih marah sama aku?” tanya Jesan yang mana merasa diabaikan oleh suaminya yang dari kemarin selalu sibuk dengan pekerjaannya.
“Tidak,” Hasta terus saja fokus di depan laptop nya dan Jesan hanya bisa menghela napas kasarnya berusaha sabar menghadapi sikap suaminya yang sangat berbeda.
Padahal dia yang hamil tapi mengapa suaminya yang selalu ngambek,”Tuan, udah dong ngambeknya. Ya, aku minta maaf. Hmm … ngomong-ngomong udah dua hari kamu ga pulang dan Anjani juga ga biasanya ga menghubungi kamu.
Seketika ketikan di keyboard terhenti, ia juga heran mengapa semenjak dia pergi dari rumah Anjani tidak menghubunginya. Terlebih lagi dari kemarin ia tidak mengecek ponselnya yang tersimpan di laci karena memang hasta sengaja menghindar dari Anjani dan sudah tidak ingin berhubungan apapun dengannya.
Saat Hasta ingin beranjak dari duduknya ketukan pintu terdengar langsung saja Hasta menghampiri pintu dan langsung membukanya.
Degh
“Selamat siang. Apa benar anda yang bernama Hasta?” mendengar suara seorang pria Jesan pun menoleh ke arah belakang dan betapa terkejutnya ia melihat beberapa polisi sedang berhadapan dengan suaminya.
“Ya, saya sendiri, pak. Ada apa ya?” tanya Hasta ragu.
“Sekarang bapa ikut kami ke kantor polisi dan ini surat penangkapan anda pa Hasta,” polisi itu pun memberikan nya pada Hasta, tetapi Jesan lebih dulu mengambilnya dan benar ia membaca surat itu adalah surat penangkapan suaminya atas dasar melenyapkan nyawa Anjani dan yang melaporkan adalah kedua orang tua Anjani.
“Gak … gak mungkin pak. Ini hanya salah paham. Melenyapkan Anjani? Memangnya Anjani kenapa pa?” tanya Jesan yang sudah menangis.
“Nona Anjani ditemukan tewas di kamarnya dan penyebabnya adalah pak Hasta. Jangan halangi kami untuk membawa suami anda dan menahannya,” perintah polisi mebuat Jesan histeris dan berusaha memegangi Hasta yang hanya terdiam dan sangat syok
Bukan karena penangkapannya melainkan kepergian Anjani yang sangat tidak ia sangka sebelumnya. Hasta pikir Anjani tidak akan melakukan hal nekat seperti itu tapi kenyataannya Anjani membuktikan ancamannya.
“Pak tolong, jangan bawa suami saya. Ini bisa dibicarakan baik-baik saya yakin suami saya tidak bersalah, hiks,” mohon Jesan menggenggam erat tangan suaminya yang mana ingin dipakaian borgol oleh polisi lainnya.
“Maaf nyonya nanti penjelasnnya di kantor saja,” tolak polisi tersebut.
“Tuan, kenapa kau diam saja. Katakan sesuatu. Pasti ini salah paham kan? Kau tidak akan melakukan hal itu,” pekik Jesan menangis terisak.
“Tenanglah, jangan panik. Ingat kau sedang mengandung. Hubungi Andrew untuk menemanimu aku akan selesaikan semuanya kau jangan kahwatir,” bujuk Hasta.
Hasta mengangkat kedua tangannya dan langsung saja polisi itu memborgol tangannya dan mereka pun melangkah keluar apartemen dengan membawa Hasta.
“Tuan, tuan … jangan pergi!” jerit Jesan yang mengikuti suaminya sampai ke bawah dan tidak berhenti menangis.
Sepanjang jalan menuju lobby Hasta menenangkan sang istri semua orang pun melihat mereka dan saling berbisik,”Bukan kah dia putra dari keluarga Nugraha? Tersandung kasus apa ya?” bisik orang-orang yang berada di lobby yang memang mengenal Hasta.
“Mungkin penggelapan uang? Atau korupsi?” sahut yang lain.
“Sepertinya bukan, kau lihat wanita di sebelahnya? Dia siapa? Apa istri keduanya? Yang aku tau istrinya bukan dia. Lihat perutnya juga sepertinya dai lagi hamil,” berbagai gunjingan di sematkan pada Jesan yang mana ia berjalan kembali menuju apartemennya dengan sedikit ketakutan karena tatapan orang-orang yang seperti membicarakannya dengan hal buruk padanya.
Namun, dengan langkah cepat Jesan berusaha tidak memperdulikan omongan orang-orang di sekitarnya, sampai ia akhirnya bisa masuk lift menuju ke atas.
“Aku rasa dia memang istri keduanya. Mungkin saja istri pertamanya tidak bisa hamil jadi suaminya memilih menikah lagi dan sekarang dia berhasil memilki anak dari wanita yang sedang mengandung itu,” lanjut para penggosip yang tidak berhenti membicarakan Jesan semuanya pun mengangguk mengiyakan perkataan temannya.
*
*
Bersambung