Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang raja.
Namun jiwa seorang pemimpin sudah melekat sejak kecil dalam dirinya. Dan darah seorang raja mengalir dalam tubuhnya.
Carlos, seorang pemuda yang menjadi pewaris dan penerus dari kakek moyangnya Atalarik attar.
Namun tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, rintangan demi rintangan harus ia hadapi. Mampukah Carlos menghadapinya?
Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Carlos dan Diyan menginap di satu kamar saja. Selain tidak ingin jauh, keduanya bisa menghemat biaya.
Walaupun keduanya banyak uang, tapi Carlos merasa jika mereka tidak akan mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari raja itu.
Apalagi mereka berdua adalah orang asing dan juga usia keduanya masih sangat muda. Dan Carlos juga merasa akan ada konflik nantinya.
"Car, kamu yakin kita akan diterima begitu saja?" tanya Diyan. Saat ini mereka sudah berada didalam kamar.
"Tidak begitu yakin sih, tapi tidak ada salahnya jika kita mencoba," jawab Carlos.
"Kakak mandi dulu, aku ingin telepon mama untuk mengabarkan bahwa sudah sampai ke tempat tujuan," kata Carlos.
"Oke deh, kebetulan sudah seharian ini tidak mandi," ujar Diyan.
Setelah Diyan masuk kedalam kamar mandi, Carlos pun menelepon orang tuanya, terutama sang mama yang pasti khawatir jika tidak memberi kabar.
"Halo sayang, assalamualaikum," ucap Carlina. Saat ini mereka sedang melakukan panggilan video.
"Waalaikumsalam Ma, cuma mau bilang kalau kami sudah tiba di hotel. Mungkin besok baru menemui raja William," kata Carlos.
"Hati-hati ya sayang, perasaan Mama gak enak," ucap Carlina.
"Mama tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa kok," ujar Carlos.
Setelah merasa cukup, Carlos pun menyudahi panggilannya. Karena ia mau mandi dan setelah itu makan.
Carlina pun merasa lega karena putranya tiba dengan selamat. Namun kekhawatirannya tetap ada. Karena masalah ini masalah besar dan bukan main-main.
Carlos pun segera mandi setelah Diyan selesai. Kini giliran Diyan yang menghubungi sang mama yaitu Kayvira.
Kayvira juga merasa lega karena putranya selamat sampai tujuan. Namun berbeda dengan Dylan yang cemberut karena istrinya mengizinkan putranya untuk ikut Carlos.
Putra satu-satunya yang diharapkan untuk mengola perusahaan, tapi kabur ke negara orang dengan alasan yang tidak jelas. Akhirnya Ayunindya yang mengalah dan membantu sang papa.
"Pesan makanan saja, aku malas mau keluar," kata Diyan setelah Carlos selesai mandi.
"Pesan saja lah, aku juga mau istirahat," ujar Carlos.
Diyan pun memesan makanan untuk diantar ke kamar mereka. Mereka menunggu sambil ngobrol dan bermain ponsel.
Setelah beberapa menit kemudian, pelayan datang dengan makanan yang mereka pesan. Keduanya makan dan setelah itu merekapun istirahat.
Keesokan harinya ...
Mereka sudah bersiap-siap untuk ke istana. Dengan pakaian formal, keduanya pun keluar dari hotel dan memesan taksi yang kemarin mereka tumpangi.
Namun sebelum itu Carlos mengirim pesan kepada Carla. Jika dalam 1 atau 2 minggu mereka tidak ada kabar, Carlos meminta Carla untuk menyusul mereka.
"Kalian yakin mau ke istana? Kami saja yang orang sini tidak di perbolehkan masuk," tanya sopir taksi itu.
"Yakin Pak, karena kami ada sedikit urusan dengan raja William," jawab Carlos.
Pria itu hanya mengantar mereka hingga depan gerbang. Dia tidak berani untuk masuk, apalagi mengantar Carlos dan Diyan yang notabene nya hanyalah orang asing.
"Maaf Tuan, disini tidak bisa sembarangan orang bisa masuk," kata penjaga.
"Kami hanya ingin bertemu raja, ada perlu yang akan disampaikan," ujar Carlos.
Para penjaga saling kode, kemudian salah satu dari mereka melapor ke prajurit. Lalu sang prajurit melapor ke menteri dan menteri melapor ke raja.
"Siapa?" tanya raja William saat menteri melaporkan bahwa ada orang asing ingin masuk.
"Tidak tahu Yang Mulia, kata prajurit dua orang pemuda berpakaian seperti orang pejabat," jawab menteri.
"Hmmm, aku penasaran, suruh dia masuk dan langsung bawa menghadap ke aku," ujar raja William.
"Baik Yang Mulia." Menteri itupun memerintahkan prajurit untuk mengizinkan Carlos dan Diyan masuk.
Mereka dibawa menggunakan mobil, karena jarak antara gerbang dan istana cukup jauh. Kalau jalan kaki lumayan juga jauhnya.
"Siapa kalian? Dan mau apa datang kemari?" tanya Wiliam.
"Mohon maaf sebelumnya, kami datang untuk menyerahkan ini," jawab Carlos menyerahkan surat amanah dari kakek moyangnya yaitu Abbas.
Menteri segera mengambil kertas surat tersebut lalu menyerahkannya kepada Wiliam. Wiliam membukanya dan membacanya.
Kemudian ia tersenyum miring setelah membaca isi surat tersebut. Dan melipatnya kembali lalu menyerahkannya kepada Carlos.
"Akting kalian lumayan bagus, kenapa tidak jadi aktor saja? Kalian pikir aku mudah ditipu dengan hanya pesan seperti itu?" tanya Wiliam.
"Aku ada bukti lain," jawab Carlos. Kemudian Carlos mengeluarkan lambang kerajaan negara ini.
Wiliam memperhatikan dengan seksama. "Darimana anak itu mendapatkan lambang kerajaan? Aku sudah puluhan tahun mencarinya, namun tidak ketemu. Sampai mengorbankan raja sebelum ku pun tidak ketemu," batin Wiliam.
"Hahaha, bagus, bagus sangat bagus. Tidak bisa menipu dengan kertas, sekarang menggunakan lambang kerajaan. Kalian pasti mencuri nya, kan?" ujar William.
"Tuan raja, ini peninggalan kakek moyangku," kata Carlos.
"Prajurit! Tangkap kedua orang ini!" perintah Wiliam.
Para prajurit segera mengepung mereka berdua. Merasa tidak aman, Carlos segera merebut lambang kerajaan miliknya dari tangan Wiliam.
Tidak ada pilihan lain, Carlos dan Diyan pun segera menangkap Wiliam dan mengancamnya.
"Jangan perduli kan aku, tangkap penipu dan pemberontak ini!" perintah Wiliam.
Mereka mana berani, apalagi raja mereka sedang disandera. Puluhan prajurit sedang mengepung mereka berdua.
"Jika ada yang mendekat, maka raja kalian akan tinggal nama," ancam Carlos.
"Jangan perduli kan ucapannya, tangkap mereka berdua!" pekik Wiliam.
Para prajurit dengan senjata ditangan mereka masing-masing pun hanya bisa saling pandang.
Mereka tidak berani bertindak, mereka takut akan melukai raja mereka. Namun mereka juga memuji keberanian kedua pemuda itu.
"Apa yang kalian tunggu?" pekik Wiliam.
Para prajurit mengepung mereka bertiga, namun belum ada yang maju untuk bertindak menyerang.
Carlos dan Diyan secara perlahan mundur dari situ, mereka masih menyandera Wiliam dan menjadikan tameng untuk mereka berdua.
"Awas saja kalian, kalian tidak akan bisa lolos dari sini," ucap Wiliam pelan.
Namun Carlos bukan nya takut, ia rela mati jika memang takdirnya harus mati disini. Begitu juga dengan Diyan, tekadnya juga kuat seperti Carlos.
Kini mereka sudah berada di luar istana. Para prajurit semakin banyak berdatangan. Apalagi saat melihat raja mereka ditawan.
"Mereka semakin ramai, apa yang harus kita lakukan?" tanya Diyan berbicara pelan.
"Kita harus segera keluar dari sini, yang penting kita bisa menahan raja William," balas Carlos.
"Hahaha, kalian anak kemarin bermimpi mau melawanku? Jangan harap!"
Carlos dan Diyan tidak menjawab, ia terus membawa Wiliam ke mobil. Namun saat dekat dengan mobil, Wiliam tiba-tiba menikam dirinya sendiri.
Sehingga ia terlepas dari Carlos. Carlos dan Diyan yang sudah terkepung pun tidak bisa apa-apa.
"Hahaha, kalian pikir kalian pintar. Aku lebih pintar," kata William, kemudian meringis menahan sakit di perutnya.
Carlos dan Diyan yang merasa terpojok pun cuma bisa pasrah. Tapi mereka tidak ingin menyerahkan diri dan berusaha untuk melawan.
Dor ... Dor ... Dor. Tiga tembakan beruntun mengenai Carlos, sehingga Carlos ambruk di tanah. Kemudian giliran Diyan yang juga ikut tertembak.
"Yang Mulia, mereka sudah mati," kata menteri.
"Buang mereka ke tebing bukit yang curam. Biarkan mereka membusuk disana!" perintah Wiliam.
"Baik Yang Mulia," jawab menteri.
Perdana menteri pun memerintahkan penjaga untuk membuang Carlos dan Diyan ke jurang, dengan menggunakan mobil.
mending perang apa bunuh²an aja .. wkkwkw