Setelah ibu mertuanya meninggal, Zara Hafizah dihadapkan pada kenyataan pahit. Suaminya, yakni Jaka telah menceraikannya secara tiba-tiba dan mengusirnya dari rumah. Zara terpaksa membesarkan anaknya yang masih berusia 6 tahun, seorang diri
kehidupan Zara semakin membaik ketika ia memutuskan hijrah dan bekerja di Ibu Kota.
Atas bantuan teman dekatnya,
Suatu hari, Zara bertemu dengan Sagara Mahendra, CEO perusahaan ternama dan duda dengan satu anak. Sagara sedang mencari sosok istri yang dapat menjaga dan mencintai putrinya seperti ibu kandungnya.
Dua orang yang saling membutuhkan tersebut, membuat kesepakatan untuk menikah secara kontrak.
Sagara membutuhkan seorang istri yang bisa menyayangi Maura putrinya dengan tulus.
Dan Zara membutuhkan suami yang ia harap bisa memberinya kehidupan yang lebih baik bagi dirinya serta Aqila putrinya.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka selanjutnya, akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Zara sempat tercekat saat Sagara mengatakan sesuatu yang tidak lazim tentunya, namun Zara berusaha menepisnya, mungkin saja Tuannya itu sedang mengigau.
"Dimana Maura?" tanyanya sedikit ketus
Jhon yang memperhatikan Sikap tuannya yang super kaku, hanya bisa menepuk jidatnya.
'bisakah Tuan bersikap lembut terhadap seorang wanita? Ck.." keluhnya dalam hati.
"Ada di dalam Tuan, sedang tidur di kamarku bersama dengan Maura!" jawabnya cukup kaku.
Kemudian tiba-tiba saja munculah seorang pria yang masih mengenakan seragam karyawan, datang menghampiri Zara sambil membawa tentengan kresek berwarna putih.
"Assalamualaikum Mba Zara!" Sapa Dika
"Waalaikumsalam, eh ada Mas Dika!" jawab Zara tersenyum renyah.
Saga yang menyaksikan sikap dua orang di hadapannya yang cukup akrab tersebut, ia mulai merasa jengah, sedangkan Dika menatap tidak sukanya ke arah Sagara.
'Oh, jadi pria ini adalah Bosnya Mba Zara, ngapain dia malam-malam kesini? Kurang kerjaan sekali!' gerutunya dalam hati.
"Oh iya mba, ini ada sedikit oleh-oleh untuk Mba Zara dan juga Aqila, mohon di terima ya!" ucapnya sembari mengasongkan kantong kresek berwarna putih kepada Zara.
Saga pun semakin kesal di buatnya, dadanya serasa terbakar melihat Zara mengobrol akrab dengan pria di hadapannya.
"Hey, jika sudah tidak ada urusan enyahlah kau dari sini!" usir Sagara dengan nada membentak.
Zara pun merasa tidak enak atas sikap Tuan Sagara kepada Dika, yang sudah Zara anggap sebagai seorang teman.
"Maksud anda apa Tuan!" sahutnya memberanikan diri memelototi Sagara.
"Aku bilang pergi ya pergi! Kupingmu budek hah?" bentaknya, kembali membuat Dika semakin jengkel di buatnya.
Lalu Jhon mencoba melerainya agar tidak terjadi pertikaian di antara keduanya.
"Maaf ya Mas, sebaiknya anda mengikuti perintah dari Bos Saya!" pintanya memohon.
"Memangnya siapa dia hah? Bukan penguasa kampung ini kan? Apa kau seorang pejabat hah?" balasnya tidak mau kalah
Sampai akhirnya Zara mencoba membujuk Dika dengan suaranya yang lembut.
"Mas Dika, sebaiknya pulang dulu ya, nanti kalau mau mengobrol lagi bisa di lanjutkan besok, bagaimana?" usulnya sambil melempar senyum.
Melihat sikap Zara begitu manis terhadap Dika, Sagara semakin kesal di buatnya, bahkan darahnya sampai mendidih, perasaanya begitu bergejolak.
Hingga pada akhirnya Dika memilih untuk kembali ke rumahnya, namun sebelumnya ia kembali memelototi Sagara.
'Brengsek, cari mati rupanya orang ini, awas saja, akan aku buat perhitungan dengannya ! Berani-beraninya bersikap seperti ini padaku,cih!' umpatnya dalam hati.
'Ada apa dengan Tuan Sagara? Kenapa ia bersikap menyebalkan seperti ini? Aish...ingin rasanya aku menyumpal mulutnya yang suka seenaknya jika berbicara dengan orang lain!' keluh Zara dalam hati.
Setelah kepergian Dika, Kemudian Sagara menerobos masuk ke dalam dan mencari keberadaan Maura, Zara pun sempat di buat kesal oleh nya, apalagi Tuan Sagara tidak melepas alas kakinya alias sepatu nya.
"Maaf Tuan, bisakah anda bersikap sedikit lebih sopan saat berkunjung ke rumah orang!" tegurnya penuh keberanian, kali ini Zara tidak peduli jika Bosnya sampai mengomeli dirinya.
Namun entah kenapa Sagara tidak berkomentar apapun ia hanya terdiam dan berhenti melangkah kan kedua kakinya di depan pintu kamar, Ia pun sempat kebingungan, pintu kamar yang mana yang harus ia buka, sebelah kanan atau kiri?"
Sedangkan Jhon lebih memilih untuk Duduk di kursi teras depan sambil memperhatikan kondisi serta situasi di sekitar rumah. Karena sedari tadi ia melihat ada lebih dari dua warga yang mengintip, sepertinya mereka mulai mencurigai hadirnya Tuan Sagara di tempat ini.
"Aish, apakah warga +62 selalu ingin tahu urusan orang? Dasar kepo!" keluh nya sembari menatap sinis dua orang wanita yang sepertinya sedang mencoba mencari tahu.
Dua orang wanita tersebut pun langsung berlari sampai terbirit-birit ketika Jhon berhasil memergoki mereka.
Lalu Zara memberitahu kepada Tuan Sagara jika Maura berada di dalam kamar sebelah kanan, kemudian Sagara buru-buru membuka handel pintu, sedangkan Zara lebih memilih mengekori Sagara dari belakang, saat Sagara menoleh dan membalikan tubuhnya ke arah belakang, ia tidak menyangka jika Zara tepat berada di belakang punggungnya, seketika Zara malah menabrak dada bidang milik nya. Dan tiba-tiba saja suasana telah berubah menjadi hening, rasa canggung di antara keduanya mulai terasa, dan kini keduanya malah saling menatap dalam diam, Sagara tidak pernah putus memandangi Zara, begitu pun dengan Zara, saat ini kedua mata mereka saling bertemu.
Hingga akhirnya Zara tersadar dari situasinya saat ini, tiba-tiba saja detak jantungnya berdegup cukup kencang, begitupun dengan Sagara bahkan wajahnya menjadi Merona. Karena takut ketahuan oleh Zara, Saga pun segera memalingkan wajahnya lalu netranya beralih ke arah putrinya yang sedang tertidur pulas di samping Aqila.
Perlahan Sagara mulai menggendong tubuh putri kecilnya dan membiarkan kedua tangannya melilit di lehernya.
"Pah!" ucap Maura dengan suara yang parau dan mata masih terpejam.
"Ini Papah Nak, kita pulang ya?" ajak Sagara berbicara lembut terhadap putri kecilnya.
"Iya Pah, tapi besok aku ingin main lagi di sini, boleh ya?" pintanya merengek.
"Iya, boleh kok!" jawab nya dan bergegas membawa Maura keluar dari dalam kamar.
Kemudian Zara mengambil peralatan menggambar milik Maura.
"Tuan, ini punya Maura, tadi ia belajar menggambar bersama Lala, dan rupanya Maura memiliki bakat menggambar yang luar biasa!" ujarnya sambil menyerahkan buku gambar dan pensil warna milik Maura, Jhon yang melihat Tuan nya kerepotan, akhirnya ia yang mengambilnya sambil membawa kursi roda milik Maura di samping kursi ruang tamu.
Lalu Sagara bergegas pergi, saat ia berada di depan pintu keluar, Sagara menoleh ke arah Zara yang saat ini berada di belakangnya.
"Besok kau mulai bekerja di kantor pusat, kau sudah tidak bekerja lagi di Hotel Raflesia, jangan sampai telat, aku tunggu kedatanganmu besok pagi, dan terimakasih sudah menjaga Maura dengan baik" ucapnya, lalu Sagara bergegas pergi begitu saja tanpa mendengarkan komentar dari Zara yang saat ini masih berdiri mematung karena dirinya terkesima dengan apa yang ia dengar barusan dari mulut Tuan Sagara.
"Ini tidaklah mungkin, kenapa anda suka sekali bertindak sesuka hati seperti ini, Tuan! Seenaknya saja memindahkan tempatku bekerja, fyuuhhh...itu artinya aku harus beradaptasi kembali dengan lingkungan pekerjaan ku yang baru, hadeuh malas sekali aku! Sebaiknya besok pagi aku ceritakan semuanya kepada Dewi, semoga dia bisa memberikan pendapat tentang semua ini." ucapnya bermonolog.
Kediaman Syailendra
Kini Sagara menempatkan Tubuh Maura di atas ranjang tempat tidurnya.
Ia pun mulai menutup tubuh Maura dengan selimut tebal, dan di akhiri dengan sebuah kecupan hangat di keningnya.
"Good night putrinya Papah, semoga tidurmu nyenyak dan bermimpi lah yang indah." Lalu pandangannya beralih ke atas meja belajar Maura, Sagara penasaran dengan apa yang sudah di gambar oleh putrinya.
Saat buku gambar di buka, sagara cukup terkejut ketika melihat hasil gambar milik Maura
'ya ampun Maura? tolong maafkan Papah, kenapa kau begitu mengharapkan Zara sebagai ibu sambung mu Nak? Mana mau dia menikah dengan Papah?" keluh nya dalam hati.
Bersambung..
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
sabar saga tunggu halal 😁