NovelToon NovelToon
Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: bung Kus

Buku Merah Maroon seolah menebar kutukan kebencian bagi siapapun yang membacanya. Kali ini buku itu menginspirasi kasus kejahatan yang terjadi di sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam.

Kisah lanjutan dari Rumah Tepi Sungai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perkemahan dimulai

Minibus meraung melewati tanjakan yang cukup tinggi. Jalanan dari bebatuan yang ditata rapi kini ada di depan mata. Pak Nafi' mulai berkeringat meski udara terasa sangat sejuk.

"Jalanan tidak banyak berubah dari beberapa tahun silam. Yah memang hanya ada satu rumah di tengah hutan. Mana mungkin akses jalannya diperbaiki dan diaspal ya, tempat lain yang banyak pemukiman saja dibiarkan," gumam Pak Dolah tersenyum masam. Tangannya mencengkeram dasboard mobil. Goncangan di dalam minibus semakin terasa menyiksa.

"Wahh, jadi Anda sudah pernah berkemah di tempat ini?" tanya Nana penasaran.

"Tentu saja. Aku merupakan salah satu orang yang mengusulkan agar lahan milik Bu Anggun digunakan sebagai tempat perkemahan. Usulan yang disetujui oleh Bu Anggun yang merupakan pewaris tunggal dari kekayaan Zainul Rich Man," jawab Pak Dolah membanggakan diri.

Anggoro di kursi belakang tidak terlalu tertarik dengan topik percakapan. Dia sedang asyik melamun memandangi hijaunya hutan melalui kaca jendela. Hutan yang lebat dengan banyak tanaman besar membuat Anggoro takjub.

Ada satu tanaman yang tumbuh tinggi menjulang tepat di tepi jalan. Akarnya tampak kuat menonjol di atas permukaan tanah. Tentu Anggoro tidak akan bisa menjumpai pohon itu di tengah perkotaan.

Dengan cekatan Anggoro mengeluarkan buku saku, dan melihat layar handphone. Pohon Bendo dengan nama latin Artocarpus elasticus. Pohon bendo termasuk dalam famili Moraceae dan genus Artocarpus dan masih berkerabat dekat dengan Nangka, Sukun, dan Cempedak.

"Apa asyiknya mengamati pohon?" tanya Rana membuyarkan lamunan Anggoro. Rana mengintip layar handphone teman sekelasnya itu.

"Namanya pohon Bendo, termasuk sudah langka di daerah sini. Meskipun terlihat sekilas, tapi tidak salah lagi yang di tepi jalan tadi adalah pohon Bendo," ucap Anggoro seolah perkataan itu untuk dirinya sendiri. Dia tidak menatap lawan bicaranya.

"Kamu tahu kenapa pohon itu termasuk langka?" tanya Anggoro kali ini menoleh dan menatap Rana. Sedangkan lawan bicaranya hanya mampu menggeleng perlahan.

"Karena bagi warga pohon Bendo dipandang kurang bermanfaat dan tidak memiliki nilai ekonomis. Hanya dilihat bagian bijinya saja yang bisa disangrai untuk dikonsumsi seperti kacang. Padahal kulit kayunya bisa dimanfaatkan sebagai kontrasepsi untuk wanita pada jaman dulu dan juga dapat direbus untuk mengobati sakit perut, serta obat disentri. Daun muda pohon Bendo juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tuberkulosis menurut jurnal yang kubaca. Aku tertarik pada pohon Bendo, karena terasa memiliki nasib yang sama denganku. Dipandang tidak berguna meski sudah kucoba memberi manfaat pada orang lain," gumam Anggoro lirih. Ucapannya terdengar pilu, tetapi lawan bicaranya diam saja. Rana termenung dengan pandangan matanya yang kosong.

Lima belas menit terlewati, di depan minibus terdapat sebuah jalan bercabang. Pak Dolah meminta Pak Nafi' untuk menginjak rem sejenak.

"Jalur ke kanan, sekitar lima puluh meter adalah villa milik Bu Anggun. Kita mengambil jalur kiri. Mengikuti aliran sungai. Tidak lebih seratus meter, disitulah tempat kita berkemah," jelas Pak Dolah. Semua orang mengangguk-angguk.

Mobil minibus kembali melaju. Dan benar saja, tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di sebuah tanah lapang dengan rumput hijau terhampar bagai permadani. Gemericik air terdengar jelas berlomba dengan suara serangga hutan yang bersahutan.

Pak Nafi' menarik rem tangan dan mematikan mesin minibus. Semua orang turun. Rana dan Anggoro yang paling terakhir. Aroma segarnya hutan semerbak menyapa indera penciuman. Sensasi sejuk dan dingin menghipnotis semua orang. Hutan selalu menampilkan dua wajah. Warna hijau gelap yang menampilkan kesejukan sekaligus kengerian yang sulit diabaikan.

"Kita akan mendirikan 4 tenda. 1 tenda untuk para gadis, 1 tenda untuk para cowok, 1 tenda untuk guru dan pembina lalu 1 tenda lagi untuk tempat beribadah. Ingat, keberadaanku disini selain untuk membantu juga untuk memberi penilaian. Bagaimanapun kegiatan ini resmi atas ijin sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler," jelas Pak Dolah berapi-api.

Semua orang langsung sibuk mendirikan tenda kecuali Aldo. Anak Sang kepala sekolah mengambil joran di dalam tasnya, lalu melompat ke atas batu besar di tepian sungai. Tidak ada yang berani protes, bahkan Pak Nafi' pun hanya diam dan tersenyum.

"Sejujurnya jika saja aku tidak berhutang budi padanya, sudah kuseret bocah itu kesini untuk ikut mendirikan tenda," bisik Bastian yang berjongkok di sebelah Anggoro.

"Orang sepertimu ternyata sangat menjunjung tinggi soal hutang budi rupanya," sahut Anggoro spontan.

"Matamu! Nantang berkelahi?" Bastian melotot.

Anggoro mengangkat kedua tangan. Kepalanya menggeleng perlahan. Tentu ucapan yang keluar dari mulutnya hanya refleks tanpa ada niat untuk melawan Bastian.

"Ada apa itu ribut-ribut?" tanya Pak Nafi' berjalan mendekat.

"Memangnya nggak boleh ngobrol? Apanya yang ribut?" balas Bastian ketus.

Pak Nafi' terlihat kesal. Sikap Bastian memang tidak pernah menunjukkan rasa hormat kepada guru.

"Ingat kata pepatah Bastian, sepi ing pamrih ramai ing gawe. Banyak kerja sedikit bicara." Pak Nafi' mencoba menasehati.

"Tidak ada salahnya juga kan banyak bicara juga banyak kerjanya?" bantah Bastian cepat. Pak Nafi' terdiam tidak bisa membalas ucapan muridnya yang keras kepala.

Pada akhirnya, Pak Nafi' menarik Bastian. Memisahkan laki-laki itu dengan Anggoro. Bastian diminta membantu Gery untuk mengikat tali tenda untuk tempat beribadah. Sedangkan Anggoro menancapkan pasak bersama Rana.

"Sudah kukatakan sebaiknya kita terus bersama agar terhindar dari kejahatan mereka. Bayangkan keisengan apa yang mereka rencanakan saat jam tidur nanti malam. Sebaiknya kita tidur bergantian," bisik Rana lirih. Matanya nyalang mengawasi, takut orang lain ikut mendengar ucapannya.

"Hanya berdua melawan komplotan ini? Mustahil. Apalagi aku orang yang lemah," keluh Anggoro. Meski sebenarnya dia sudah merencanakan sesuatu, tetapi nyalinya terlalu ringkih dirobohkan oleh keraguannya sendiri.

"Yah setidaknya kalau berdua, mungkin kita tidak akan mati konyol," sahut Rana santai.

Anggoro menoleh, menatap Rana. Dia baru menyadari ternyata Rana memiliki kekhawatiran yang sama dengannya. Aldo dan kawan-kawannya bisa saja menghilangkan nyawa orang lain dengan keisengan yang di luar batas.

Anggoro masih belum menceritakan soal rencana Aldo mengerjai Rana. Ada keraguan di hatinya. Benarkah Rana sama dengan Anggoro? Meskipun Rana bukan komplotan Aldo, tetapi laki-laki itu adalah saudara kembar kekasih Aldo. Bagaimana jika semua dirancang untuk merundung Anggoro? Semua kemungkinan itu ada, dan Anggoro merasa tidak perlu mempercayai orang lain saat ini.

Tidak butuh waktu lama, tenda sudah berdiri kokoh. Pak Dolah meminta semua orang berkumpul termasuk Aldo. Rupanya putra semata wayang kepala sekolah itu berhasil mendapatkan beberapa ekor ikan wader.

"Semua berjalan sesuai jadwal. Jam datang, waktu yang diperlukan untuk mendirikan tenda, kalian ternyata remaja-remaja yang terampil. Tepuk tangan untuk kita semuanya," ucap Pak Dolah memberi semangat. Semua orang bertepuk tangan.

"Lalu, selanjutnya kita mengumpulkan kayu bakar untuk kegiatan api unggun, juga memasak makan dan minum. Kita bergerak ke hutan dalam tim. Hutan yang dimiliki oleh keluarga Bu Anggun dibatasi oleh pagar kawat setinggi dada. Sudah dijamin keamanannya asalkan tidak melompati pagar. Namun demikian hati-hati dan waspada tetap menjadi perhatian utama bagi seorang survivor. Kalian siap?" pekik Pak Dolah bersemangat.

Maaf Bab baru tersendat. Yang nulis sedang memperpanjang kontrak pekerjaan. 😝🤣

Doain lancar ya gaesss 🫰

1
Nur Hidayah
cepattt update kak🐣
홍시아
Buka aja dulu stiker di pohon
Rika Iftakul
bner na memang pak dollah sengaja
Rika Iftakul
pasti pak dollah sendiri yg sengaja mutus kabel
Rika Iftakul
kuku putra atau rana
Yuli a: kuku putra ada di dalam perut aligator ...😭
total 1 replies
Hidayah Hanan
lnjut kakak😍😍😍
Desyi Alawiyah
Itu bukan kukunya mak Ijah, Nana...

Wah, ada kuku? Kuku siapa yah 🤔🤔🤔
Ai Emy Ningrum: kuku manusia yg kelepas waktu daging nya lg dimasak mak Ijah 😳
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Lalu dimana Aldo? Giliran kamu Gery sakit, si Aldo malah ninggalin...hadeehhh 🤭
Yuli a
bisa jadi pak Dollah si pembunuh itu... minta bantuan sama Mak Ijah... jadi tuan Zainul nya Mak Ijah yang baru... Mak Ijah hidup hanya untuk mengabdi kan...
Yuli a
kok nggak muntah sih na ngeliat ada kuku dimasakan... aku aja kalau beli nasi uduk ada rambutnya pingin muntah Lo...🤢🤮
Yuli a
sengaja itu mah... hujan reda, WiFi mati. biar terisolasi mereka tu...
Mak Ijah kali ya yang grubak-grubuk mutusin kabel..
Yuli a: wah multi talenta banget Mak Ijah ya... kadang-kadang cosplay jadi tukang jagal, kadang-kadang jadi chef handal, sekarang malah cosplay jadi wonder woman...
Yuli a: berarti Suga nya nggak asli dong ya .. 🤣🤣🤣
total 6 replies
Yuli a
duh... jangan lama-lama dong ninggalin Gerry nya... entar hilang Lo...
Yuli a
aku tadi udah deg degan banget... takut kalau yang berjas hujan itu sang pembunuh... ternyata pak Dollah...
Ai Emy Ningrum
bisa2 jurinya yg dijadiin sop sama Mak Ijah kalok dia ikut kompetisi Master Sop 🙈🙈 apalagi jurinya modelan chef Juna 🤣🤣🤣
Yuli a: cius....🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: btw ,liontin deh yg bnr 😹😹
total 12 replies
Maymayarni
lanjut thor
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎
kenapa aku menduga Rana belum tewas ya ⊃ο<*, dugaan aja sih, soalnya biasanya plot twist hehe 😁
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎: maka dari itu, kepalanya pecah kan belum tentu itu rana atau bukan, tapi yo ga tau sih
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩: Rana yg tewas di sungai kan? yg kepalanya pecah ditindih batu?
Anggoro sama Pak Nafi liat itu Rana.
jadi sepertinya klo menurutku Rana tewas kak
total 2 replies
Nur Hidayah
setiap hari nungguin KK upload👀
Sulastri
Bagus sekali
Maymayarni
lanjut thor
Isnaaja
kasian putra. datang ke perkemahan hanya untuk makanan ikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!